Setelah melihat mobil mereka pergi, orang itu baru mengalihkan pandangannya, handphonenya yang ditaruh disamping tiba-tiba berbunyi.
Dia mengagkatnya lalu mendengar: “Bukanya sudah bilang kamu jangan menghubungi aku, kalau ada masalah aku sendiri yang akan meghubungimu.”
Tidak tahu apa yang dikatakan orang itu didalam teleponnya, melihat tangannya menggenggam handphonenya dengan erat, suaranya juga terdengar makin kejam: “Kamu sudah menjadi Budha yang sulit dijaga di sebrang sungai, kamu urus dirimu sendiri. Urusan aku, enggak perlu kamu campur tangan.”
Selesai bicara, orang itu langsung menutup teleponnya, lima jarinya menggenggam dengan erat handphone yang ada di tangannya, kalau bukan karena handphonenya cukup keras, mungkin handphone itu sudah pecah.
………….
Tempat tujuan mereka ternyata adalah kantor kerjanya Ivan, ia juga membawa desgin gaun pesta Ariella, ia meminta Ivan untuk membantu mendesign baju pesta pernikahan mereka.
Ivan melihat Carlson, lalu berkata: “Carlton, kamu jangan pikir kamu bisa pakai uang kamu yang banyak itu untuk mengundang saya menjadi designer pribadi kamu.”
Carlson tertawa lalu berkata: “Kamu jangan bilang kamu jadi desginer karena kamu suka menggambar baju, bukan karena uang.”
Ivan berkata: “Yang kamu bilang itu benar, aku menggambar baju memang benar karena aku senang menggambar baju, bukan untuk mencari uang.”
Carlson berkta : “Kalau bukan karena uang, kamu sekarang masih bisa mendesign baju?”
Setelah Carlson berkata demikian, Ivan merasa yang dikatakannya ada benarnya juga, mau ngerjain apa pun memang harus ada uang baru bisa.
Tapi, ia memang membutuhkan uang, tapi ia ada berbagai macam cara untuk mendapatkan uang, ia tidak butuh uang dari Direktur Carlson.
“Asisten, aku udah mau istirahat, antarkan mereka!” Ivan memang orang seperti ini, ia menggambar baju cuman pas waktu ia lagi senang, tidak peduli walaupun Direktur Carlson yang datang mencarinya, ia juga tidak akan memberikanya muka.
“Ivan, kamu masih mau lanjut membuka kantor kamu di Kota Pasirbumi ?” Carlson dengan santai berkata.
Kalimat yang dikatakan Carlson terdengar sangat santai, tapi siapapun yang mendengarnya pasti tahu kalau ia sedang mengancam Ivan, hanya dengan satu kata, kapan saja Carlson bisa membuat usaha Ivan di Kota Pasirbumi tidak bisa bertahan.
Bukan hanya tokonya yang ada di Kota Pasirbumi, kalau Carlson benar-benar mau menghancurkannya, ia bisa melenyapkan karir Ivan dari dunia designer.
Tapi mereka adalah teman lama, Carlson sangat kejam terhadap musuhnya, tapi tehadap temannya ia masih sangat bersahabat.
Benaran bersahabat?
Lihat Ivan berbuat demikian, sudah bisa lihat apakah Carlson benar-benar bersahabat.
Ivan melototi Carlson lalu berkata: “Asisten, kamu tolong ukur badan Nyonya Carlson dulu, buat recordnya, lalu beritahu Tuan Carlson, sepuluh hari lagi ia bisa datang lihat barang contohnya.”
Asisten masih dengan polosnya memnyampaikannya pada Tuan Carlson, Carlson melambai-lembaikan tangannya, mengisyaratkannya untuk jangan bicara lagi, Ivan bicara sekeras itu, ia juga tidak tuli, bagaimana bisa tidak mendengarnya.
Barang yang dibuat Ivan semua termasuk barang mewah, walaupun ia dipaksa untuk menerima pesanan lagi, Ivan tetap bisa menjamin kualitas produknya.
Kalau tidak bagaimana bisa jadi designer ternama didunia, walaupun hanya mengukur badan Ariella, dia pasti lebih teliti dari orang lain, ia tidak akan membuat kesalahan-kesalahan yang kecil.
Tapi, waktu mengukur, Ivan selalu memasang muka yang sangat sombong, cara bicaranya juga sangat angkuh, karena sudah di ancam Carlson, ia juga cuman bisa menahan emosinya.
……………
Saat pergi dari tempat itu, Ariella tiba-tiba mengingat ekspresi Ivan yang tidak berdaya tadi, tertawa keras: “Tuan Carlson, mana ada orang yang seperti kamu. Jelas-jelas mau minta tolong, tapi malah mengancam orang, kamu benar-benar membuat Ivan tidak berdaya.”
Carlson berkata: “Kamu pernah lihat berapa kali orang minta bantuan dan permintaannya dikabulkan?”
Ariella merpikir dengan serius, emang benar cuman ada beberapa yang berhasil minta bantuan sama orang lain.
Carlson lanjut berbicara: “Mau minta tolong sama orang, peluang berhasilnya sangat rendah. Jelas sudah tahu peuangnya kecil, aku kenapa masih mau minta tolong? Kalau pakai cara mengancam hasilnya sebagus ini, kenapa aku tidak pakai?”
“Kamu ini pakai logika apa?”Ariella tidak habis pikir Carlson rumahnya ternyata adalah orang seperti ini.
Carlson melihat Ariella, lalu berkata: “Aku cuman membahas kenyatannya dengan kamu, di dalam dunia ini, tidak peduli mau pakai cara apa, cara apa yang paling bagus. Kamu bisa berhasil menyelesaikan satu masalah, orang-orang cuman melihat hasilnya, tidak ada orang yang akan melihat prosesnya.”
Dengan marah Ariella berkata: “Kamu sedang membimbing aku?”
Carlson mengusap-ngusap kepalanya: “Aku hanya memberitahu kamu, masih banyak hal yang kamu tidak tahu tapi aku tahu, atau hal itu tidak bisa kamu terima, atau…….”
Ariella mengangkat tangannya dan menutupi mulut Carlson, lalu berkata: “Aku pernah bilang, tidak peduli apa yang kamu kerjakan, aku akan selalu menjadi supporter kamu yang paling setia.”
Tidak peduli apakah itu benar atau salah, apa pun itu, aku akan selalu ada dibelakang kamu dan mendukungmu.
Carlson menggenggam tangan Ariella, lalu berkata: “Terima kasih atas kepercayaan yang Nyonya Carlson berikan padaku.”
Dua ekor harimau, dua ekor harimau………
Tiba-tiba terdengar lagu anak kecil “Dua Ekor Harimau”.
Tapi kali ini bukan handphone Carlson yang berdering, tapi handphone Ariella, Riella kecil suka mendengar lagu ini, jadi mereka semua mengganti nada deringnya dengan lagu ini.
Ariella mengeluarkan handphonenya lalu melihat itu adalah telepon dari abangnya Ferdian yang sudah tidak ketemu dengan dia beberapa hari ini.
Ariella bertanya: “Kak, ada apa?”
Ferdian berkata: “Besok siang kita ketemuan, ada yang mau aku bahas dengan kamu.”
Ariella mengangguk-ngangukkan kepalanya: “Baik.”
…………….
Pas hari kedua adalah hari minggu, tempat Ferdian ajak ketemuan dengan Ariella adalah rumahnya.
Setiap kali sebelum ia menyuruh Ariella datang kerumahnya, ia akan menyuruh orang untuk menbersihkan rumahnya, jangan sampai buat Ariella merasa kakaknya tidak rapi dan kotor.
Jam sebelas siang Ariella sudah sampai di rumahnya, Ferdian sedang sibuk di dapurnya, katanya mau masak dua macam sayur, menyuruh Ariella mencoba hasil masakannya.
Ariella berdiri di pintu dapurnya, melihat Ferdian yang sedang kewalahan memasak, ia ingin masuk dan membantunya memasak, tapi ia baru berjalan selangkah ia sudah didorong keluar oleh Ferdian.
Ferdian berkata: “Sudah bilang aku yang masak untukmu, kamu tunggu saja di ruang tamu.”
Ariella berkata: “Aku takut dapur kamu terbakar dibuatmu.”
Ferdian memberengi dia lalu berkata: “Coba ngomong lagi.”
Ariella mengangkat bahunya: “Aku tidak ngomong lagi. Oh iya, kamu hari ini suruh aku kesini mau bahas apa sama aku?”
Ferdian menyajikan sayurnya yang sudah hampir gosong di meja makan, sambil berkata: “Aku sudah rindu sama kamu, jadi aku undang kamu ke rumah aku duduk-duduk.”
Ariella berkata: “Dulu saat kamu merinduhkan aku, bukannya kamu sendiri akan pergi ke Moonriver mencariku?”
Ferdian pernah bilang, waktu ia merinduhkan Ariella dan anaknya, ia akan pergi ke Moonriver mencari mereka, bukan hanya bisa melihat Ariella, ia masih bisa bermain dengan Riella kecil.
Kemarin ia begitu serius menghubungi Ariella, bilang ada yang mau dibahas dengannya, sekarang Ariella sudah datang, ia malah bilang tidak ada apa-apa.
Tidak tahu apakah Ferdian terlalu santai, atau ia merasa Ariella terlalu santai, malah bisa membuat permainan yang membosankan seperti ini.
Ferdian lalu berkata: “Lain kali kalau kamu ada waktu datang saja duduk-duduk disini, kalau bisa mengajak Riella kecil itu lebih baik lagi.”