Bagaimana bisa seperti ini?
Bagaimana dia bisa melihat dirinya bersama Carlson bersikap intim begitu?
Riella tidak mengerti, hanya hatinya sakit untuk sesaat, sakit sampai dia berkeringat dingin, seperti dirinya sudah melupakan barang paling penting, dan tidak bisa ditemukan lagi.
Sebenarnya barang yang paling paling penting baginya itu apa, Riella tidak tahu, di dalam otaknya hanya ada bayangan putih dan kekosongan.
“Kakak ipar, kamu tidak apa-apa bukan?”
“Gadis bodoh, kamu jangan menakuti kita!”
Melihat Riella yang seketika melamun dan berkeringat dingin, Efa dan Puspita disaat bersamaan pun memapahnya.
Efa dan Puspita berdua di sampingnya dengan panic berbicara terus dengannya, tetapi Riella tidak bisa mendengar apapun, seperti sedang berada di dunia lain.
Tempat di sekitarnya juga berubah menjadi warna putih, dan kosong, tidak ada seorang pun, dia seperti sedang terbang di langit.
Tidak bisa naik ke atas, tidak bisa turun ke bawah, seperti seekor burung tanpa kaki, hanya bisa terus-menerus terbang tanpa henti, selamanya tidak bisa mempunyai tempat untuk bersandar.
Tidak tahu sudah lewat berapa lama, begitu lama sesampai Riella hampir melupakan keberadaan dunia ini, akhirnya ada satu suara yang masuk ke telinganya.
Bayangan putih yang berada di sekitarnya juga hilang, pemandangan yang muncul di depan matanya masih saja toko syal itu, di sampingnya ada Efa dan Puspita yang menemaninya.
“Riella, ada apa denganmu?”
“Kakak ipar…. Aku sepertinya harus menelepon Abangku.”
Pandangan mereka yang mengkhawatirkannya juga sangat jelas, sangat terharu sesampai Riella hampir meneteskan air matanya, tetapi dia bisa menahannya.
Riella menarik nafas panjang, menahan tangan Efa yang memegang telepon:”Aku tidak apa-apa, kalian jangan khawatir.”
“Kamu tadi benar-benar mengejutkanku.” Riella tidak menangis, tetapi biasanya Puspita yang begitu tegar pun nangis, dan memeluk Riella,”Gadis bodoh, kamu tidak boleh mengejutkanku lagi.”
Perasaan disaat sesuatu hilang dan kembali, bisa mendapatkannya kembali tetapi sangat aneh karena merasa bisa seketika musnah lagi, Puspita sangat sedih sehingga tidak menjaga imagenya lagi, dengan sekuat tenaga meneteskan air matanya.
“Puspita…” Riella menepuk-nepuk punggungnya, sangat jelas bahwa hatinya sangat sakit mendengar Puspita yang sedang menangis, tetapi dengan lembut dia tertawa,”Kalau kamu menangis lagi, seluruh orang yang berada di mall akan mengerumuni kita.”
“Kalau mau datang maka datanglah, kalau mau lihat juga lihatlah, mereka pasti sudah pernah melihat seorang wanita menangis.” Puspita melepaskan Riella, menghapus air matanya, setelah menangis dia tertawa lagi,”Gadis bodoh, kamu tidak tahu betapa aku mencemaskanmu.”
Riella berkata:”Lain kali, aku tidak akan membiarkan kalian mencemaskanku lagi.”
Tidak peduli apakah mereka hanya menganggapnya sebagai pengganti “Riella” itu, tetapi Riella sudah menganggap mereka sebagai temannya, dia akan dengan tulus berteman dengan mereka.
Karena sedikit permasalahan ini, mereka bertiga sudah kehilangan perasaan untuk berjalan-jalan, mereka juga lebih awal pergi ke toko hotpot yang dikenalkan oleh Puspita.
Sehabis makan, Efa dan Puspita mengantar Riella pulang, setelah memastikan dia selamat sampai rumahnya, mereka baru balik.
Efa juga segera menelepon Abangnya untuk melaporkan kejadian hari ini, keanehan Riella juga dilaporkannya.
Setelah menutup telepon Carlson, Efa juga coba meneleponi nomor Darwin, karena beberapa hari ini dia sibuk, dia juga tidak mempunyai waktu untuk mengganggunya, hari ini dia harus mengganggunya.
Tetapi menelepon ke nomornya, orang yang dicarinya itu tidak menghiraukannya, dan langsung menutup teleponnya itu.
Melihat dia menutup teleponnya, Efa sangat marah sekali sesampai dia ingin lompat, sejenak lupa dia masih berada di mobilnya, dia melompat dan langsung menghantam ke atap mobil, dia merasakan sakitnya sampai berteriak kencang.
Rory yang sedang menyetir pun melihat apa yang terjadi dari kaca spion, mencemaskannya berkata:”Polaris, kamu ada terluka di bagian mana tidak?”
“Kepala sudah hampir pecah, menurutmu ada luka di bagian mana tidak? Bagaimana sih cara kamu nyetir?” karena kepalanya terketuk dan sangat sakit, Efa juga tidak menggunakan nada baik-baik untuk ngomong, sekaligus dia juga memfitnah Rory.
Rory bukan hanya sekali difitnah oleh Efa, dia juga sudah terbiasa dengan emosinya, mulutnya sangat kejam, tetapi sebenarnya dia memperlakukan mereka seperti keluarga.
Efa mengelus-ngelus kepalanya, setelah dipikir-pikir dia tambah marah, Darwin si bodoh bajingan itu, dia beberapa hari tidak mencarinya, dia malah berani untuk menutup teleponnya, benar-benar ingin cari mati!
Setelah dipikir-pikir, Efa bertanya:”Di bagian mana di kota Pasirbumi kita dapat membeli bom?”
Menutup teleponnya bukan?
Tidak memedulikannya?
Hari ini dia akan nge-bom tempatnya, lihat bagaimana dia bisa arogan lagi, lihat apakah setelah dibom dia bisa atau tidak sombong lagi.
“Bom barang seperti ini termasuk barang yang dilarang, bagaimana bisa dengan mudah didapatkan.” Rory dengan jujur menjawabnya.
“Tidak bisa membeli bom, antar aku pergi membeli 2 galon minyak tanah.” tidak bisa mengebom tempat tinggalnya, maka dia akan membakarnya, hasilnya tetap sama.
Rory: “Polaris, apakah jendral Darwin tidak mengangkat teleponmu lagi?”
Setelah mendengar perkataan ini, dari kaca spion melihat tatapan kasihan Rory, Efa pun tidak senang, seperti akan meledak:”Rory, apakah kamu bisa berbicara dengan baik? Apa yang kamu maksud dengan lagi? Dia berani tidak mengangkat teleponku kah?”
Walaupun kenyataannya adalah Darwin tidak mengangkat teleponnya, tetapi kenyataan ini kalau sudah tahu mengapa masih harus diomongkan dengan begitu jelas lagi?
Rory menutup mulutnya, tidak berani berkata ucapan yang membuatnya marah lagi, kalau membuatnya marah lagi, bagaimana kalau dia benar ingin membeli minyak tanah, 10 ekor sapi juga tidak bisa menariknya pulang lagi.
Setelah terdiam beberapa saat, Efa berkata:”Pergi ke daerah militer kota Pasirbumi.”
Rory hanya bisa mengikuti ucapannya dan berkendara ke tujuannya itu, siapa suruh nona besar keluarganya itu sudah memastikan pria itu adalah satu-satunya buat dia.
…..
Hasil permeriksaan Riella sudah keluar, bagian otaknya tidak ada luka, Carlson dan Ferdian pun membuang kemungkinan dia kehilangan ingatan karena otaknya mengalami luka.
Maka dia akan fokus mengecek ke dua kemungkinan lagi yaitu obat dan rangsangan mentalnya, menyuruh pakar seperti Ferdian bersamanya mencari dokter yang bisa mengobatinya.
Dan mengenai Riella, setelah Carlson membawa pergi Zeesha, dia juga menyuruh orang untuk diam-diam menukar obat yang diberikan Zeesha ke Riella dengan vitamin.
Vitamin tidak akan membahayakan kesehatan Riella, tetapi terhadap Riella yang sudah bergantung ke morfin termasuk suatu siksaan yang besar.
Ayahnya berkata akan ke Kyoto mengurus beberapa hal, mungkin untuk beberapa saat tidak bisa kembali, hanya menyisakan dia sendiri di rumah.
Sendirian di rumah, bahkan orang yang bisa menemaninya berbicara pun tidak ada, rumah yang mempunyai 2 kamar 2 ruang tamu juga sangat sepi, dia merasa sangat sedih.
Satu orang duduk melamun, Riella mulai membuatkan baju untuk Riella kecil lagi, setelah gambar designnya selesai, dia pergi mencari bahan bajunya, berharap bisa dengan cepat menyelesaikannya, di hari anak nasional yaitu tanggal 1 di bulan juni, dia bisa memberikannya sebagai hadiah ke Riella kecil.
Tetapi setelah menggambar sesaat, Riella juga sudah menguap, tubuhnya juga tidak ada tenaga lagi, juga tidak punya semangat lagi, hatinya sangat kacau, ingin mencari orang untuk berkelahi dengannya.
Dia pun melempar buang pensil yang berada di tangannya itu, berdiri berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, berharap bisa menyegarkan dirinya.