Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 189 Sekotak Abu





Ruang operasi yang dingin dan penuh dengan darah.





Ariella, yang telah lama kehilangan kesadaran, berbaring di meja operasi. Beberapa dokter mengambil pisau bedah dan dengan terampil dan cepat memotong perut Ariella, dan dengan cepat mengeluarkan anak itu.





“Wahh, wahhh!” Tangisan anak itu terngiang di ruang operasi yang dingin, suaranya sangat keras dan renyah, seolah tahu bahwa ibunya terluka karena dirinya sendiri.





Seorang perawat memasukkan anak itu ke inkubator yang sudah dipersiapkan sejak dari awal, memeluknya keluar. Dan berkata kepada sesepuh Carlson yang berada di luar ruang operasi: “Ibunya meninggal setelah pertolongan darurat, dan anak itu berhasil diselamatkan. Seorang perempuan. Namun, anak itu belum cukup masa janinnya, pertama-tama kita harus meletakkannya di inkubator untuk jangka waktu tertentu, dan pihak keluarga untuk sementara waktu belum bisa memeluknya. ”





Kondisi kesehatan ibu Carlson dari awal sudah tidak baik. Ketika dia mendengar bahwa Ariella itu sudah meninggal, masih belum sempat melihat cucunya dan dia sudah pingsan.





Ayah Carlson memeluk istrinya dan segera meminta bantuan dokter rumah sakit. Dia juga tidak sempat mengurus Ariella yang meninggal di ruang operasi.





“Maaf merepotkanmu untuk menjaga bayinya.Lalu bisakah aku masuk dan melihat ibunya yang meninggal sekarang? “Kakek Carlson berkata kepada perawat.





Perawat itu berkata, “Dokter masih melakukan penjahitan kepada orang yang meninggal, datanglah sedikit lebih telat.”





Setelah lebih dari setengah jam, Kakek Carlson dan Ayah Carlson melihat Ariella, yang sudah kehilangan nyawanya di meja operasi.





Ayah Carlson hanya melihat sekilas, lalu membalikkan badan, tidak tega melihatnya lagi.





Kakek Carlson berkata: “Apakah kamu sudah memberi tahu Carlson?”





Ayah Carlson menggelengkan kepalanya: “Belum. Bagaimana aku bisa buka mulut untuk mengatakan ini kepadanya? Sebelum dia pergi,dia menyerahkan istri dan anak-anaknya untuk dijaga oleh kita, dan belum beberapa hari dia pergi – ”





Kakek Carlson berkata: “Kalau begitu jangan kasih tahu dulu, pertama-tama kita mengkremasi tubuh Ariella dulu, dan ketika dia kembali, dia tidak akan begitu sedih jika tidak melihat tubuhnya.”





Ayah Carlson memandang Kakek Carlson dan menggelengkan kepalanya lagi: “Ayah, Apakah kamu tidak akan membiarkan Carlson meliha Ariella yang terakhir kalinya?”





Kakek Carlson berkata: “Emang kenapa kalau dia melihatnya? Melihat Ariella seperti ini, dia hanya akan tambah sedih. Kita ingin dia bisa keluar dari kesedihan dengan lebih cepat, hanya bisa dengan keputusan tegas seperti ini. ”





Ayah Carlson: “Tapi-”





Kakek Carlson memotongnya: “Tidak ada tapi – tapi, untuk masalah ini dengarkan pengaturanku, semakin cepat semakin baik, demi mencoba untuk mengurangi rasa sakit Carlson.”





Dia berkata dengan suaranya yang tua, dan dingin seperti pisau pencabut nyawa.





…..





Carlson telah kembali di malam hari.





Ketika dia mengetahui bahwa Ariella mengalami kecelakaan mobil, dia bergegas pulang secepat mungkin kembali ke Pasirbumi, tetapi dia bahkan tidak bisa melihat Ariella untuk terakhir kalinya. Saat ini, cuma tersisa sekotak abu dihadapannya.





Keluarganya mengatakan kepadanya bahwa karena tergesa-gesa setelah mendengar kata-kata Puspita, Ariella mengalami kecelakaan mobil saat dalam perjalanan ke rumah sakit. Dia terluka parah dan menyuruh mereka harus mempertahankan bayinya.





Anak itu selamat, tetapi Ariella menghilang, menghilang dengan bersih, tidak, tidak bersih, masih tersisa sekotak abu yang diletakkan di depan matanya.





Mereka mengatakan itu adalah Ariella-nya, bagaimana mungkin itu adalah Ariella-nya.





Dia juga tidak buta, mana mungkin istri yang setiap malam berbagi tempat tidur dengannya tidak bisa dia kenali?





Ariella-nya bisa berjalan bisa tertawa dan menangis, dan juga bisa marah padanya.





Dia kadang-kadang akan memarahinya lugu, memarahinya bodoh, dan mengatakan bahwa dia seperti sepotong kayu.





Ketika dia sangat marah, dia juga akan menarik-narik dirinya, memukulnya, dan menendangnya-





“Kak, bagaimana boleh jika kamu terus-terusan tidak makan atau minum seperti ini? Ini kecelakaan, dan Ariella juga tidak ingin seperti ini, jika dia melihatmu seperti ini, dia tidak tahu betapa sedihnya dia.” Efa menemaninya berdiri sebentar dan tidak bisa menahan diri untuk menghela nafas.





Carlson berdiri tegak dan tampak seperti patung tak bernyawa, sama sekali tidak memperdulikan Efa disampingnya.





Dan juga, Ariella-nya pasti masih marah padanya, marah kepadanya saat anaknya hampir lahir, dia malah berlari sejauh itu untuk bekerja.





Dia pasti marah karena alasan ini, jadi dia bersembunyi dan tidak ingin melihatnya benar-benar gadis yang lucu.





Dia pikir jika dia bersembunyi, aku tidak bisa menemukannya?





Dia masih di sini, di mana dia bisa bersembunyi?





Mungkin dia bersembunyi di suatu sudut untuk mengintipnya, dan melihat apakah dia akan sedih untuknya?





Memikirkan hal ini, dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanpa daya: “Ariella, jangan membuat masalah lagi, cepat keluar, ayo kita lihat bayi kita!”





Bibirnya teragkat, matanya yang lembut memandang sekeliling, suaranya yang rendah terngiang di ruangan itu, suaranya masih sangat rendah dan seksi, begitu enak didengar sampai membuat orang hamil.





Pernah sekali, Ariella berkata kepadanya, “Tuan Carlson, kamu tidak diizinkan tersenyum didepan wanita lain . Kamu tidak boleh berbicara dengan wanita lain menggunakan suaramu yang begitu enak didengar. Tidak boleh membiarkan wanita lain menemukan sisi baikmu.”





Pernah sekali, Ariella berkata kepadanya: “Tuan Carlson, apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar ingin menyembunyikan dirimu, menyembunyikanmu di tempat yang tidak bisa dilihat siapa pun, jadi tidak ada yang akan merebutmu dariku. ”





Pernah sekali, Ariella berkata kepadanya: “Tuan Carlson, seberapa besar aku peduli denganmu, apakah kamu tidak tahu?”Aku peduli kepadamu sampai bermimpi pun aku bermimpi kamu berkata ingin putus, membuatku patah hati dan sedih.”





Dia pernah mengatakan banyak hal kepadanya, sebagian besar waktu mereka bersama, dia yang berbicara, Carlson selalu mendengarkannya dengan tenang dan mengingat setiap kata yang dia katakan.





Suaranya renyah dan manis, dan kadang juga seperti wanita kecil yang manja. Setiap kali dia mendengarnya, dia tidak tahan ingin membuatnya menjadi bagian dari dirinya, menggabungkan dirinya dengannya, dan tidak pernah berpisah.





“Ariella–” Dia memanggil namanya lagi dan melihat sekeliling , “Jangan bersembunyi lagi, keluarlah, atau aku akan marah.”





Setelah selesai berkata, dia menunggu, tetapi setelah menunggu lama, Ariella tidak menjawabnya, dia menebak bahwa dia tidak ada di sini.





Belakangan ini dia selalu berada di kamar untuk menggambar, menggambar bunga dan tanaman, dan kadang-kadang menggambar dirinya, dan kadang juga menggambar wajah anak mereka dalam benaknya.





Carlson kembali ke kamar, dan kamar masih penuh dengan kenangan Ariella, dan setiap sudut kamar memiliki dekorasi yang dibuatnya dengan seksama.





Dia melihatnya.





Dia berdiri di balkon sambil menatapnya dan tersenyum, “Tuan Carlson, akhirnya kamu kembali, menunggu hari-harimu kembali ke sini benar-benar sulit dilewati.”Lihat, aku sampai kehilangan beberapa kilogram karena memikirkanmu. ”





Carlson mengangguk, “Iya, aku sudah kembali.”





Dia berjalan mendekat dan ingin jatuh ke dalam pelukannya, tetapi begitu dia mengulurkan tangan dia cuma meraih udara, Ariella-nya menghilang seketika.





Dia buru-buru berkata: “Ariella -”





“Tuan Carlson, aku di sini.”Suaranya terngiang lagi di belakangnya, dan dia berkedip padanya dengan menggoda.





“Ariella, perutmu besar, jangan nakal.”Dia berbalik dan berjalan ke arahnya lagi, kali ini dia berjalan dengan sangat lambat, butuh waktu lama untuk sampai ke sisinya.





“Tangkaplah aku,jika berhasil menangkapku, aku tidak akan nakal denganmu.”Dia tersenyum sangat bahagia, seperti anak kecil yang nakal.





Carlson sekali lagi mengulurkan tangan untuk meraihnya. Kali ini, seperti terakhir kali, ketika dia ,menyentuhnya, Ariella menghilang lagi dengan cepat, saking cepatnya dia tidak sempat bereaksi.





“Ariella, jangan buat masalah lagi!”Dia menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya, dan senyumnya di wajahnya menjadi semakin lembut, “Ayo keluar, ayo makan siang bersama.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK