“Rory, dasar mulut ember. Aku sudah bilang jangan beritahu orang di rumah, gara-gara kamu sekarang semuanya jadi tahu, Efa sambil menasehati Rory, sambil menerima telpon, berkata dengan suara manis : Kakek… …”
Tidak tahu apa yang dikatakan orang di seberang telpon, Efa terlihat menganggukkan kepala, sembari berkata :”Kakek, Kakek tenang saja. Cucu selalu diberkati dan banyak rezeki, mana mungkin jatuh hingga mati.”
Sambil berbicara, Efa menendang-nendang kakinya hingga bersuara :”Kakek, Kakek sudah dengar kan. Efa bisa lompat dan lari, tidak terjadi apapun kok, jadi Kakek tenang saja ya..”
“Kakek, Kakek jangan cemas, Efa beneran tidak apa-apa. Jika Kakek tidak percaya, coba saja tanya kakak, kakak juga disini.” Efa memberikan telepon ke Carlson, Carlson melihat telepon itu dengan sekilas, tetapi tak kunjung mengambil handphone tersebut, juga tidak berencana berbicara dengan Kakek Qin.
Carlson tidak menerima handphone itu, Efa lebih baik lanjut berbicara :”Kakek, kesana kemari hanya akan buat capek, Kakek jangan kemana-mana ya, beberapa hari lagi Efa kembali ke Amerika untuk mengunjungimu.”
Carlson memeluk Riella, kemudian melihat Ariella yang ada di sampingnya, berkata dengan pelan :”Kita jalan dulu.”
“Baiklah” Ariella menganggukkan kepala dan mengikuti dari samping Carlson.
Tidak tahu mengapa, Ariella tadi melihat sisi paling dingin dan paling cuek dari Carlson, tetapi dalam sekejap, Carlson kembali menjadi sosok hangat yang selama ini dia kenal, tadi sepertinya telah salah lihat.
Apakah beneran salah lihat?
Ariella memberanikan diri melihat Carlson, lelaki selembut dia, bagaimana bisa ada tatapan mata seperti tadi?
Tentang dia, Ariella menjadi semakin penasaran.
“Ayah, Ayah gendong Riella, lalu gandeng tangan Kakak.” Suara Riella yang mungil menenangkan situasi, Ariella dan Carlson saling menatap di saat yang sama.
Ariella lagi-lagi memalingkan pandangannya dengan cepat, kata-kata diucapin si kecil tanpa berpikir panjang, akibatnya mereka menjadi canggung.
Di depan ada 1 keluarga berjumlah 3 orang sedang berjalan mendekati, Ayah menggendong anak dengan tangan kanan, dan tangan kiri menggandeng tangan Ibu, dan Riella melihatnya, seketika berpikir bahwa jika Ayahnya menggendong dia, juga harus menggandeng tangan Kakak, begitu baru benar.
Ariella sebenarnya juga melihat 1 keluarga yang berjalan di depan mereka berjumlah 3 orang, sangat jelas terlihat 1 keluarga 3 orang, Ayah, Ibu dan anak, tidak seperti mereka, Ayah, orang asing dan anak.
Riella sungguh konyol!
Dia pasti tidak tahu, jika sekarang Ayahnya menggandeng tangan perempuan lain, Ibunya tidak akan pulang untuk selamanya.
Dari sisi Ayahnya sendiri, dia sungguh mencintai istrinya, selalu menunggunya kembali, bagaimana mungkin pergi menggandeng tangan perempuan lain.
Ariella menghela nafas, berkata :”Tuan Carlson, Aku masih ada kerjaan nanti sore, jadi Aku duluan ya.”
“Kakak, Kakak tidak menemani Riella makan dan bermain lagi?” Kali ini tidak perlu arahan dari sang Ayah, Riella sudah mengerti apa yang harus dia katakana, itu karena dia benar-benar ingin bersama Kakak Ariella.
Ariella tertawa dengan lembut, berkata :”Kakak masih harus bekerja, tunggu Kakak libur kerja baru temani Riella bermain ya?”
“Kakak tidak perlu bekerja, Ayah punya banyak uang.” Riella sambil berkata sambil menunjuk kepala sendiri, kemudian mengedipkan mata ke Sang Ayah, seperti sedang berkata : Ayah cepat bantu Aku untuk tidak membiarkan Kakak pergi.
Asalkan Ayah bilang punya banyak uang, dapat menghidupi Riella dan Kakak Ariella, Kakak Ariella pun dapat menikmati hidup di rumah, dan tidak perlu bekerja lagi.
Tetapi.. tetapi.. ekspresi penuh harapan dari Riella tidak mendapat respon dari Ayah, Ayahnya tidak bersuara sedikitpun.
Dia merasa Ayah sangat pelit, jelas-jelas punya banyak uang, kenapa tidak mengajak Kakak Riella menikmatinya bersama?
Hft, hft..
Riella seperti terluka sangat dalam, dia memutuskan mulai sekarang tidak akan menyayangi Ayah pelit lagi, di situasi darurat pun tidak akan membantu menahan kepergian Kakak lagi.
“Anak konyol!” Ariella membelai kepala Riella dengan penuh kasih sayang, kemudian berkata kepada Carlson :”Tuan Carlson, aku jalan duluan.”
Carlson mengangguk :”Hati-hati di jalan!”
Ariella juga mengangguk, kemudian melambaikan tangan :”Riella, sampai jumpa!”
Riella :”… …”
Riella melihat kepergian Kakak Ariella dengan mata terbuka lebar dan hati yang sedih, hingga Ariella tidak kelihatan lagi, Riella baru menangis meronta-ronta, hingga bumi serasa bergetar, seperti akan membanjiri rumah sakit itu dengan semua air matanya.
“Riella, jangan menangis lagi. Kakak Ariella pergi bekerja, tidak bisa selalu menemani kamu.” Carlson membujuk si kecil dengan sabar, tetapi suara tangisan Riella tak kunjung pelan, malah semakin keras.
Carlson menepuk pundak Riella, berkata :”Riella, kalau Ayah bawa kamu mengejar Kakak Ariella, apakah kamu mau?
“Tidak——” Riella mengusap air mata dengan tangganya yang mungil dan berisi
Ao..ao..ao….
Bagaimana boleh begini? Kenapa keadaan menjadi seperti ini?
Kakak Ariella menyebutnya konyol, tapi sebenarnya dia sedikitpun tidak konyol, mungkinkah Kakak Ariella tidak menyayangi dia lagi?
Kakak Ariella jelas-jelas selalu menyayanginya, kenapa tiba-tiba menyebutnya anak konyol, dan tidak menyayanginya lagi?
Ao..ao..ao..
Pasti gara-gara Ayah jahat, Ayah punya uang tapi tidak mau memberi kepada Kakak Ariella, tidak mau membantu menahan kepergian Kakak Ariella.
Saat ini Riella merasa hatinya tertusuk dan terluka berpuluh-puluh ribu kali lipat
Riella bersedih sambil berkata :”Ayah tidak patuh. Riella tidak mau sama Ayah lagi… … wao..wao…”
“Riella harus patuh, jangan menangis lagi ya, anak kecil kalau menangis akan menjadi jelek.” Carlson membujuk putrinya tersayangnya sekaligus tidak berdaya.
“Riella tidak jelek… waa…waaa.waaaaa..”
“Iya, iya.. kesayangan Ayah tidak jelek kok ya..”
“Riella tidak mau Ayah… waa.waaa.waaaa..”
Riella tidak pernah serewel ini sebelumnya, Carlson membujuknya seperti apapun tetap tidak berhasil, dia pun panik dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.
…
Efa dari dulu memang orang yang tidak bisa diam, menyadari dirinya sama sekali tidak patah tulang dan hanya sedikit lecet, dia paling anti kalau disuruh opname di rumah sakit.
Setelah selesai telepon dengan Kakek, dia langsung mengganti pakaiannya, siap-siap kembali ke lokasi syuting untuk mulai bekerja, Rory yang mengikuti di belakang pun tidak bisa menghentikan langkahnya.
Ketika mereka berdua keluar, yang dilihat pertama kali adalah Carlson yang sedang menghibur putrinya, tetapi kenapa sepertinya tidak berhasil sama sekali.
Melihat Carlson menghibur Riella dengan sabar, Efa seketika kembali menahan air mata.