Bagaimana?
Bagaimana?
Dia harus berbuat apa untuk memedamkan api yang ada ditubuh Abang Hansel?
Atau tidak, dia biarkan Abang Hansel “Memakannya” saja.
Lagian didalam hatinya ia juga sangat menantikan masa-masa dia bisa berbuat sesuatu dengan Abang Hansel, menantikan apa nanti malam ia akan membuat mimpi yang memalukan itu.
Tepat disaat Oriella masih mempertimbangkan apakah ia seharusnya memberikan dirinya pada Abang Hansel, Miguel langsung melepaskannya dan membalikkan badannya dan keluar dari kamar itu.
Gerakan Miguel sangat cepat, sangat cepat sampai ketika Oriella masih belum sempat membuka mulut untuk menghentikannya, ia sudah hilang dari hadapan Oriella.
“Abang Hansel………” Oriella melihat ke arah pintu keluar, didalam matanya terlihat kekecewaan yang ia rasakan, hatinya juga terasa canggung dan hendak menangis dengan keras.
Setelah Miguel keluar, ia segera masuk ke ruang istirahat yang ada disebelah, dan berusaha untuk menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Oriella.
Dia berpikir, apa mungkin Abang Hansel mau mandi terlebih dahulu baru……….
Karena didalam pikirannya sudah dipenuhi imaginasi itu, hati Oriella yang terbaring di atas kasur pun berdebar dengan sangat kencang, terdengar suara duk dak duk dak yang terdengar seakan hatinya akan terlempar keluar.
“Abang Hansel, aku sudah selesai!” Dia memanggilnya dengan malu-malu, kedua tangannya pun terkepal erat karena perasaan gugup yang ia rasakan.
Dia menarik nafas dan menghela nafas, dan terus berbuat demikian untuk menenangkan perasaan gugupnya.
Soalnya ia belum pernah melakukan hal ini, buat seorang wanita, pertama kalinya adalah hal yang sangat penting untuk seorang wanita.
Dia berharap dirinya bisa lebih tenang, dengan perasaan yang sangat rela menyerahkan dirinya kepada Abang Hansel dan jangan meninggalkan sedikit pun penyesalan.
Tetapi, Oriella terus menunggu, dan menunggu sampai perasaan gugupnya itu pun sudah mulai hilang dan kembali tenang, ia sudah hampir ketiduran, Abang Hansel masih saja belum keluar dari kamar mandi.
Abang Hansel sedang ngapain?
Oriella tidak mau menunggu lagi, ia pun merencana untuk lebih aktif, ini adalah pilihan dia sendiri dan ia tidak boleh menyesalinya.
Dia mengigit-gigit bibirnya, dan dengan berani ia pergi dan mengetok pintu kamar mandi: “Abang Hansel, kamu sedang ngapain didalam? Kamu tidak tahu aku sedang menunggumu diluar?”
Suaranya terdengar sangat lembut dan membawa ciri khas dia saat berbicara, nada suaranya yang dapat mengganggu perasaan Miguel, sekali lagi ia berhasil menenangkan api amarah yang ada didalam hari Miguel.
“Mampus!” Miguel berguram dan meninju tembok itu, ia marah sampai seperti binatang buas.
“A, Abang Hansel, kamu kenapa?” Oriella terkejut dan mundur selangkah, lalu dengan tenang, ia berjalan ke depan pintu itu lagi dan bertanya.
“Oriella, kamu jauh-jauh dariku! Jangan membiarkan aku mendengar suara kamu lagi!” Miguel berjerit, suaranya itu seakan hendak menggetarkan tembok itu.
Si anak bodoh ini, dia tidak ingin menyakitinya, tetapi wanita ini malah selalu mengganggu amarahnya yang sudah ditahannya itu, dia berani menjamin, kalau saja dia masih berani berbicara sepata kata saja, dia pasti akan “Memakannya” dan tidak akan melepaskannya.
“Oh………” Oriella menganggukkan kepalanya dan membalikkan badannya untuk berjalan pergi, setelah berjalan dua langkah ia pun menoleh dan melihat kebelakang, setelah berjalan dua langkah lagi ia pun menoleh dan melihat kebelakang lagi, ia terus begiut sampai pada akhirnya ia tidak dapat melihat kamar mandi itu lagi ia baru berjalan dengan cepat dan meninggalkan tempat itu.
Selama ini Abang Hansel tidak pernah berbicara dengannya dengan nada seperti itu, apakah dia membencinya? Atau dia merasa Oriella selalu membuatnya marah?
Oriella tidak tahu.
Hatinya merasa tertekan dan ia mau menangis, tetapi ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak mengalir keluar.
Setelah keluar dari gedung itu, ia pun mengangkat kepalanya dan melihat ke atas langit.
Pada saat itu, langit sudah gelap, dan ditengah langit yang hitam itu berjatuhan salju, salju itu mendarat di atas jalan, mendarat di atap rumah, dan mendarat di tubuh orang yang sedang berjalan dijalanan.
Dua tahun yang lalu ketika pertama kali turun salju, dia sedang ada di rumahnya yang di New York.
Dia pun mengajak di imut kecil untuk ke taman dan bermain salju, mereka membuat batangan es dari salju itu, kakak dan beradik itu pun bermain dengan sangat bahagia.
Selama bertahun-tahun, tidak pernah ada yang berubah.
Tetapi tahun ini?
Salju pertama tahun ini, ia sedang ada di negara lain, dia berada disamping Abang Hansel, ia seharusnya juga harus senang, tetapi ia malah sama sekali tidak merasa bahagia seperti tahun tahun sebelumnya.
Apakah mencintai seseorang bisa membuat diri kita berubah menjadi tidak seperti diri kita sendiri? Bisa mengubah diri sendiri yang begitu hebat dan percaya diri berubah menjadi orang yang sangat tidak percaya diri?
Selama ini Ibu tidak pernah memberitahukannya kalau mencintai seseorang bisa menjadi seperti ini.
Kalau dari awal dia tahu bisa menjadi seperti ini, dia tidak akan pernah menggunakan seluruh hatinya untuk mencintai seseorang, ia akan menyisakan setengah dari hatinya untuk dirinya sendiri dan perasaannya tidak akan terpengaruhi oleh orang lain.
Dia berjalan ditengah salju, salju yang berjatuhan itu sudah memenuhi seluruh kepalanya dan langsung meleleh, tetapi ia sama sekali tidak menyadarinya dan terus berjalan dan berjalan.
Berjalan dan terus berjalan dan tiba-tiba ada sebuah payung yang memayunyinya, membantunya menghalnagi salju yang terus berjatuhan dikepalanya, dia sangat senang: “Abang Hansel……”
Dia mengira Abang Hansel yang mengejarnya kesini, ia menoleh dan melihat ternyata orang itu adalah Sebastian, matanya yang kecewa itu pun terlihat dengan jelas.
Sebastian berkata: “Karena bukan Abang Hansel yang mengejarmu, jadi kamu kecewa.”
“Iya, aku kecewa sekali!” Oriella berkata dengan nada yang sedikit ketus, ia juga tidak menyembunyikan apa yang sedang dipikirkannya, “Kamu mengikutiku lagi? Sebastian, kamu ini seharian gak ada kerjaan yah?”
Sebastian mengikuti langkah kakinya, dan berkata dengan perlahan: “Semua pekerjaan Aces di kota ini semua adalah tanggung jawab aku, kamu pikir sendiri aku gimana tidak santai?”
Oriella melihatnya dan berkata: “Sudah ada begitu banyak kerjaan, makanya kamu urus pekerjaan kamu, jangan ganggu aku.”
Sebastian mengangkat bahunya dan berkata: “Aku juga tidak ada waktu untuk mengurusmu, tapi orang tua kita meninggalkan aku disini jadi aku tidak boleh tidak menjagamu. Hari ini kamu hampir diculik oleh orang, Miguel ada dimana?”
Apa yang dipikirkan Oriella adalah ia ingin menjaga Abang Hansel: “Hari ini orang yang membawa aku pergi adalah orang yang dipanggil Abang Hansel.”
Sebastian bertanya: “Jadi sekarang dia dimana?”
Oriella tidak begitu senang mendengar nada bicaranya, dan dengan marah dia berkata: “Dia ada dimana apa hubungannya dengan kamu? Kamu seharian ada begitu banyak perkerjaan udah dikerjakan? Kamu urus baik-baik dirimu sendiri saja itu sudah cukup, urusan aku kamu tidak usah urus.”
Sebastian menghela nafas : “Miguel ada dimana tidak ada urusannya dengan aku, tapi kamu adalah urusan aku, kamu keluarga Tanjaya dan Aces itu semua adalah tanggung jawab aku.”
Karena apa yang dikatakan Sebastian itu benar, Oriella pun semakin marah, lalu dia berteriak: “Sebastian, kamu ini sebenarnya mau ngomong apa?”
Sebastian berkata dengan nada kecil: “Aku mau memberitahu kamu, kamu adalah putri kesayangan dari Carlson pemilih Aces. Dari kecil sampai besar kamu mau apa saja selalu dikabulkan, siapa pun tidak mau membuat kamu sedih. Hari ini, kamu ini kenapa pergi ke tempat seperti itu dan membiarkan seorang laki-laki membuat kamu sedih seperti ini?”
Benar, Oriella mengakuinya, apa yang dikatakan Sebastian itu benar.
Dari kecil sampai besar apa yang ia mau pasti terkabulkan, seluruh keluarga memperhatikannya, dia sama sekali tidak penah merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan seseorang.
Setelah ia datang ke negeri A dan mencari Abang Hansel, semua rasa bahagia, sedih, kecewa yang belum pernah ia rasakan semuanya ia rasakan disini, hatinya pernah merasa sedih, tetapi ia masih belum pernah merasakan bagaimana rasanya menyesal.
Ibu bukannya sering berkata kepadanya– hidup setiap orang tidak ada yang sempurna, diperjalanan hidup seseorang, ia mungkin akan menemukan banyak sekali rintangan. Tetapi tidak apa-apa, kita hanya perlu tetap semangat dan tegar, setelah melewati gunung yang besar ini, kita akan melihat pemandangan yang sangat indah.