“Janganlah berpikir terlalu banyak dan rumit, itu hanya kiasan saja. Mencabut, menghilangkan, menghancurkan, pilihlah kata yang kamu suka,” jawab Ferdian dengan santai dan penuh tawa.
Ariella tidak mengerti maksud Ferdian, dia hanya mendongak dan memandang lurus Ferdian, kemudian mendengarnya berkata lagi,”jangan terlalu serius aku hanya bercanda denganmu, tidak lama sebelum ini aku bertemu seseorang, dia menyebut dirinya sebagai anak luar nikah Group Primedia, dia terus menerus ribut berkata ingin menghancurkan Group Primedia, aku rasa dia sedang berhalusinasi.”
Terdapat kilatan di mata Ariella kemudian dia memicingkan mata menatap Ferdian dengan waspada,” siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu ingin membantuku?”
Ferdian tertawa dan itu membuat giginya yang putih rapi menyembul,” aku hanyalah psikologmu, dokter menyembuhkan penyakit, saling berbagi, apakah semua ini salah?”
Ariella menatapnya kemudian Ferdian dengan santainya berkata,” jika kamu bisa sembuh dengan sempurna, kamu ingat meminta biaya tambahan pada Abraham untukku ya.”
Ferdian masih mengatakan hal lain setelah itu hanya saja Ariella tidak lagi memiliki hati untuk mendengar ucapannya, di dalam pikirannya sekarang hanyalah terdapat anak luar nikah Group Primedia itu. Dulu dia pernah mendengar hal ini akan tetapi dia tidak terlalu memperhatikannya, dan sekarang orang ini bisa mengingatkan hal ini padanya. Ternyata di dunia ini masih ada orang yang lebih menginginkan Group Primedia hancur. Jika Group Primedia hancur maka dengan demikian batu sandaran Zeesha juga akan runtuh, jika ingin membuatnya benar-benar jatuh bangkrut itu sangatlah mudah. Yang dia miliki sekarang semua bukti itu bisa dia serahkan pada orang itu dengan begitu dia bisa membantu Ariella menghabisi keluarga Ivander. Sedangkan Carlson, dia memiliki pekerjaannya dan keluarga, Ariella tidak ingin menariknya masuk di antara permasalahan Group Primedia dan keluarganya. Jika nanti dirinya berubah tidak seperti dirinya lagi Ariella berharap Carlson masih akan tetap sama lembutnya dan hangatnya dengan sekarang, dan dia akan berada di bawah sinar mentari dengan pemandangan yang indah bersama orang yang terbaik untuknya.
Ariella dan Ferdian menghabiskan waktu sekitar satu jam mengobrol, kali ini hati Ariella terasa lebih ringan dan dia juga sudah menetapkan hatinya. Meskipun di dalam tubuhnya mengalir darah Zeesha akan tetapi dia tidak akan membiarkan Zeesha hidup dengan baik dan melakukan tindakan jahatnya, dia harus menerima hukuman dari setia perbuatannya. Hal pertama yang dia temui ketika keluar dari ruang pemeriksaan adalah tatapan khawatir Carlson, Ariella berjalan ke arah Carlson kemudian tertawa sambil berkata,” biaya pengobatan dokter Ferdian sangat mahal, kamu bisa bantu aku membayarnya?”
Melihat Ariella yang berbicara seperti ini dengannya Carlson mengetahui bahwa segala permasalahan hati Ariella sudah sedikit terselesaikan, dia membelai lembut kepala Ariella kemudian menatap Ferdian dan berkata, “Berapa pun biayanya aku tanggung, buka harga.”
Ferdian bersandar pada pintu dan dengan santainya berkata, “Aku cukup suka istrimu, jadi biaya hari ini aku beri gratis.”
Mendengar Ferdian berkata suka pada Ariella, Carlson segera menarik Ariella ke dalam pelukannya seakan-akan menyatakan pada dunia Ariella hanya miliknya seorang.
Ferdian tertawa kemudian berkata, “Tuan Carlson, tidak ada yang bisa membawa pergi istrimu dari sisimu, jika kalian ingin beradu cinta di sini lebih baik pulang saja, di sini tempat orang sakit bukan tempat untuk beradu cinta.”
“Bagus kalau kamu mengerti,”ucap Carlson sambil tersenyum pada Ferdian. Senyum itu meskipun terlihat ringan akan tetapi seakan-akan memberikan peringatan pada Ferdian, tidak ada yang boleh tertarik pada istrinya meskipun itu hanya sebuah keinginan tidak ada yang boleh menginginkan istrinya.
“Carlson, ayo kita pulang” ucap Ariella tiba-tiba sambil menarik lengan Carlson,” aku sangat lapar, bisakah kamu menyuruh bibi untuk mempersiapkan makanan untukku?”
Ferdian sangatlah susah untuk ditebak, sekarang Ariella masih belum bisa memastikan dia itu teman atau musuh akan tetapi dia tidak ingin Carlson terlalu banyak berurusan dengan Ferdian. Seperti yang Ariella lihat Carlson adalah orang yang berdiri di bawah mentari, dia tidak ingin Carlson terlibat di dalam urusan yang tidak bersih yang dapat membuat dirinya kotor.
Baru saja Carlson dan Ariella berbalik badan dan pergi dari tempat praktek Ferdian, seorang perempuan keluar dari ruang kantor di sebelah kantor Ferdian, wajah perempuan itu mirip dengan wajah Ferdian. Perempuan itu menatap bayangan Ariella yang semakin menjauh dan menghela nafas panjang kemudian berkata, “Kak, apakah itu anak kedua Zeesha?”
Ferdian mengangguk kemudian dia menghela nafas panjang dan berkata, “Iya. Dia adalah anak kedua Zeesha. Tidak kusangka aku bertemu dengannya seperti ini.
……
Sepulangnya dari tempat praktek Ferdian kondisi Ariella jauh lebih baik dari sebelumnya, nafsu makan Ariella kembali dan dia sekarang tidak lagi pembicaraan dengan Carlson. Melihat Ariella yang mulai membaik dan mulai bisa berjalan keluar dari kesedihan sepeninggalan mamanya Carlson merasa sangat senang.
Carlson membelai-belai kepala Ariella dan berkata, “Hari ini aku ada urusan di luar, kamu baik-baik beristirahat di rumah ya, nanti malam kita sama-sama makan malam.”
“Oke,” jawab Ariella sambil mengangguk dan memberikan senyuman yang mempesona pada Carlson.
Ariella menunggu sampai Carlson pergi kemudian dia berpikir cukup lama untuk menelpon seseorang. Sekalinya dia menelpon orang ini tidak ada lagi jalan untuk kembali selain menunggu Group Primedia dan Zeesha hancur.
……
Kantor pusat Group Aces berdiri tinggi dan tegap di tengah kota Kota Pasirbumi, bekerja di dalam gedung ini merupakan mimpi banyak orang. Elisa bersama dengan ayahnya dan direktur Group Primedia berada di lobby untuk waktu yang cukup lama sebelum akhirnya dia melihat Carlson datang masuk ke dalam gedung.
“Elisa menarik nafas dalam kemudian berjalan maju ke hadapan Carlson dan berkata,”Abraham, tunggu.”
Carlson menghentikan langkahnya dan dengan tatapan dingin menatap Elisa sambil berkata,” nona Elisa ada keperluan apa mencariku?”
“Bisakah memberiku waktu beberapa menit saja, ada perkataan yang ingin aku katakan padamu,” ucap Elisa dengan hati-hati dan kedua tangannya meremas ujung kemejanya memperlihatkan dirinya yang sedang cemas.
Carlson memandang ke arahnya kemudian dengan penuh sopan berkata,” langsung saja bicara.”
“Beri aku waktu 5 menit, hanya 5 menit saja,” ucap Elisa sambil menatap Carlson dan di matanya mulai tergenang air mata.
Carlson menatap Daiva dan Daiva dengan segera mempersilahkan orang yang berada di belakang Carlson untuk pergi terlebih dahulu.
“Katakan,”ucap Carlson. Dia berdiri tegap dan melihat Elisa dengan tatapan yang sangat dingin, air matanya sama sekali tidak berpengaruh apa-apa pada Carlson.
Elisa menggigit pelan bibirnya, air mata mulai mengalir turun kemudian berkata, “Abraham, saat itu aku pergi meninggalkanmu itu karena aku kira kamu tidak lagi mengingatku, dan sekarang aku melihatmu melamar Ariella aku menyadari bahwa di hatimu masih ada aku. Kalau tidak kamu tidak akan melamar Ariella yang mirip denganku.”
“Nona Elisa, kamu sungguh berpikir terlalu banyak. Aku mempersilahkanmu untuk berbicara di sini hanya ingin memberitahumu bahwa istriku adalah Ariella.” Selesai berkata, Carlson berbalik badan dan beranjak pergi dari hadapan Elisa. Carlson memutuskan untuk tidak berkata banyak dengan Elisa itu karena dia tidak ingin Elisa mengira Carlson masih memiliki perasaan padanya. Dia sudah melamar dan memperistri Ariella itu adalah untuk seumur hidup.
Melihat Carlson yang bersikap dingin itu berjalan dengan cepat hatinya merasa tidak nyaman karena sebelum datang ke tempat ini Elisa sudah mengetahui bahwa akan begini hasilnya. Jika Carlson benar-benar memiliki perasaan padanya, saat itu dia tidak akan hanya menemuinya 2 kali ketika mereka berpacaran dulu. Mungkin dia juga sudah tidak mengingat nama Elisa dan tidak mengingat wajah Elisa seperti apa. Jelas-jelas hasilnya seperti ini Elisa tidak seharusnya datang menemui Carlson, itu semua karena dia mau tidak mau harus pergi menemuinya, di tidak bisa melawan papanya dan Ivander.