Pernah, tidak hanya sekali dalam keadaan hidup dan mati, selama dia salah mengambil satu langkah saja, seperti terjatuh pada jurang yang dalam, tidak akan bisa kembali.
Untuk dapat bertahan hidup, demi dapat melihat anaknya lagi, Fernando menggigit erat giginya, selangkah demi langkah bangkit kembali.
Setelah menderita bertahun-tahun, ketika melihat anaknya, ketika mendengar suara anaknya, dia merasa penderitaannya selama ini tidak sia-sia.
Dia pernah bertanya kepada diri sendiri, apakah dia pantas seperti ini?
Bersamaan dia juga dengan yakin memberi jawaban kepada diri sendiri.
–Pantas!
“Ayah, masalah penculikan Efa, selama kita tidak mengatakannya, Ariella tidak akan mengetahuinya.” Demi orang yang disayanginya, Ferdian memutuskan untuk menjadi egois, menyembunyikan masalah penculikan itu.
Ariella sekarang adalah bagian dari keluarga Tanjaya. Jika dia tahu bahwa pembunuh yang menculik adik iparnya adalah ayah kandungnya, bagaimana dia berinteraksi dengan keluarga Tanjaya?
Jadi dia harus segera menemukan ahli dokter bedah plastik yang hebat, segera membantu ayahnya memulihkan wajah aslinya, agar ayahnya dapat segera saling mengenal dengan adik perempuannya.
“Ferdian, begini…” tidak mengatakan apa-apa, bertingkah seolah-olah tidak terjadi apapun, mereka bersama menipu Ariella, Fernando tidak bersedia.
“Ayah, dengarkan aku sekali saja. Bukan demi dirimu, tetapi pertimbangkan demi Ariella. Dia mencintai Carlson, dia masih harus hidup bersama dengan keluarga Tanjaya seumur hidupnya. Jika kita katakan kepada dia, kita akan merasa tenang, tetapi bagaimana dengan dia?” kali ini Fernando belum selesai berbicara, Ferdian dengan tegas memotong pembicaraan.
“Aku …” Fernando mengakui, apa yang dikatakan Ferdian masuk akal.
“Ayah, saat ini kamu jangan memikirkan apapun, istirahat dan pulihkan lukamu dulu di rumah. aku akan menghubungi dokter, begitu mendapatkan orang yang cocok, aku akan memikirkan cara untuk membuat paspor untukmu.”
“Baik.” Fernando tidak bisa membantah Ferdian, menghela nafas dan menganggukkan kepala.
Tidak memohon agar kembali ke wujud semula, hanya meminta wujud yang layak agar bisa berjumpa dengan orang, tidak membuat orang terkejut pingsan melihat wujudnya, terlebih putrinya Ariella dan cucunya Riella, dia tidak boleh mengagetkan mereka berdua.
Ferdian kembali memperingatkan : “Ayah, lain kali jangan pernah menelepon Riella dan mengirim hadiah lagi. Setelah telepon tersambung kamu malah tidak berbicara, ini akan membuatnya takut.”
“Lain kali tidak akan lagi.” Sebelumnya karena dia merindukan putrinya, hanya terpikir ingin mendengar suaranya, tidak terpikirkan bahwa dia akan ketakutan jika menerima telepon misterius.
Ferdian berkata lagi : “Ayah, kamu istirahat dulu sebentar, kamu kapanpun boleh menonton video ini, disaat kamu merindukan Riella tontonlah video ini, tidak ada orang yang bisa merebut dia.”
“Aku ingin lihat sebentar lagi.” memandang wajah Ariella di layar komputer, Fernando mengulurkan lagi tangannya, dengan lembut membelai wajah Ariella dengan jarinya yang kasar, “Ariella, Ayah sangat mencintaimu.”
Mendengar kalimat ini, hidung Ferdian mulai sembab.
Ayahnya setiap malam selalu mimpi buruk, didalam mimpinya selalu berteriak kepada dia dan Ariella, meminta mereka cepat lari.
Memikirkan hal ini, Ferdian menghirup napas dalam-dalam, menekan emosinya, membalikkan badan dan berjalan keluar.
????
Group Aces berkembang pesat dalam beberapa tahun ini, bisnisnya menjadi semakin besar.
Meskipun dipenuhi orang-orang berbakat di setiap anak perusahaan Aces, setiap cabang, setiap divisi, dapat membantu Carlson memikul tanggung jawab, tetapi masih ada hal yang mereka tidak bisa membantu untuk memberikan keputusan.
Sebagai pemimpin tertinggi Aces, Carlson benar-benar sibuk, dia bisa sibuk dari awal tahun hingga akhir tahun, sepanjang tahun.
Tetapi tidak peduli seberapa sibuk, beberapa tahun ini Carlson selalu meluangkan waktu untuk menemani anak.
Sekarang, setelah dia menunggu Ariella selama bertahun-tahun, untuk dapat menemaninya, tidak peduli sisa waktu kosong berapa lama Carlson selalu bergegas pulang ke rumah.
Hari ini ada proyek penting di Kota Pojoksungai, setelah selesai, rekan kerjanya mengundang mereka untuk makan di restoran terbaik di Kota Pojoksungai.
Carlson tidak suka makan diluar, tetapi dalam kerjaan tidak dapat tidak berinteraksi sosial, terkadang harus memberi muka.
Di meja makan, pihak pimpinan perushaan lain berdiri mengangkat segelas bir, tersenyum sambil berkata: “Tuan Carlson, aku bersulang untukmu, semoga menjadi kerjasama yang menyenangkan.”
Carlson tidak bersuara, melainkan Tamara yang disebelahnya bangkit berdiri berkata : “Direktur Niko, Tuan Carlson tidak minum bir.”
Carlson bukan tidak minum bir, terkadang minun, hanya saja malam ini dia ingin bergegas pulang rumah, dia tidak ingin Ariella dan Riella mencium ada aroma bir dari tubuhnya.
“Kami juga pernah dengar bahwa Tuan Carlson tidak minum bir, kalau begitu aku minta gantikan secangkir teh untuk Tuan Carlson.” orang itu sambil berkata sambil menatap wanita muda cantik yang berdiri tak jauh di sebelah Tuan Carlson.
Wanita itu menerima signal, mengangguk perlahan, berjalan menghampiri Tuan Carlson, baru berjalan dua langkah, kakinya seperti tersandung sesuatu, karena tidak stabil, jatuh mengarah ke Carlson.
Tamara yang berdiri di samping Carlson reaksinya cepat, sebelum wanita itu jatuh menimpa Carlson, dia segera memutar badannya, menjulurkan kedua tangannya, menangkap wanita itu.
Melihat Tamara merusak rencananya, pria yang dikenal sebagai Direktur Niko sangat marah sehingga dia gemetar, tetapi dia masih dengan wajahnya yang tersenyum dan berkata, “Kamu lihat kamu, kamu tidak hati-hati saat berjalan. Untungnya, Tamara bereaksi dengan cepat, kalau tidak kamu sudah menimpa Tuan Carlson, lalu …”
“Direktur Niko!” Carlson yang sejak tadi tidak berbicara, akhirnya berbicara, tetapi suaranya terdengar begitu dingin sehingga membuat orang merasa kedinginan.
Direktur Niko mengangguk dan berkata: “Tuan Carlson, ada masalah kamu katakan padaku.”
Carlson melambai tangannya, lalu menerima handuk basah yang diberikan bawahannya dan mengelap tangannya, berkata, “Kembalilah dan bicaralah dengan ayahmu, dia benar-benar ingin berbisnis denganku, datang sendiri temui aku.”
Permainan apa yang ingin dimainkan Niko ini, bagaimana Carlson tidak melihatnya, dan apa yang paling dia benci adalah bahwa dia ingin menggunakan metode ini untuk mempromosikan kerja sama kedua perusahaan tersebut.
“Tuan Carlson, aku…… aku……” ketika Niko tersadar, Carlson sudah melangkah pergi dengan elegan, membawa orang-orangnya pergi.
Orang yang telah mengenal Carlson seharusnya sudah tahu, ini adalah batas kesabarannya, tidak ada yang boleh menyentuhnya.
Proyek hari ini, Sahara Group sudah mempersiapkan ini sekian lama, awalnya negosiasinya sudah hampir selesai, lebih detil memperjelas maka sudah bisa menandatangani kontrak, begitu saja di hancurkan oleh si Nico……
“Tuan Carlson, pulang ke hotel atau langsung pulang ke Kota Pasirbumi?” Tamara mengikuti langkah Carlson dari belakang,sambil berjalan sambil bertanya.
Carlson tidak menjawab, tetapi Tamara sudah tahu jawabannya, dia berkata kepada yang lain : “Pulang ke Kota Pasirbumi.”
Walaupun mereka sudah memesan hotel, tapi bos mereka mau pulang ke Kota Pasirbumi, maka harus pulang ke Kota Pasirbumi.
Karena rumah Carlson di Kota Pasirbumi, tidak perduli kemanapun, dia tetap akan merindukan orang tersebut yang dirumah, dan dia tahu, orang itu pasti sudah menunggunya pulang kerumah.
Sesudah sampai dirumah, waktu sudah menunjukkan tengah malam, sesampai diperkarangan rumah Carlson menangkat kepala melihat, melihat lampu di kamar mereka masih menyala, dia tahu Ariella sedang menunggunya pulang kerumah.