Makan siang ini diatur semuanya oleh Carlson, diatas meja tertata rapi beberapa piring sayur, sama persis dengan sayur beberapa tahun sebelumnya.
Ada kerang rebus, kepiting kari, tahu, sayur pare masak udang, cabe garam udang loncat….
Lima jenis sayur, rasanya ada yang kuat dan ada yang lembut, makanan kali ini tidak hanya cocok dengan kemauan mereka berdua, juga menyamakan rasanya ke kemauan Riella kecil.
Masakan tahu sangat cocok dengan Riella kecil yang hanya mempunyai sebagian giginya, mempunyai banyak vitamin sehingga sehat, Carlson memenuhkan makanan Riella kecil ke dalam mangkok yang kecil:”Riella, bisa makan sendiri tidak?”
Riella kecil mengenggam sendok kecil, menunjuk kepalanya, dengan lembut berkata:”Aku bisa.”
Kakak Riella duduk disampingnya dan melihatnya, bagaimana tidak bisa, Riella kecil ingin membuktikan kemampuannya di depan kakak Riella.
Riella kecil mengambil sendok, memelajari bagaimana cara orang dewasa memakannya dan memanggil beberapa kali:”Kakak, Riella menyuapmipu.”
“Terima kasih Riella!” Riella membuka mulutnya dan meminum sup tahu, menganggukan kepala terus, “Apa yang disuapkan Riella pasti enak.”
Setelah dapat pujian, Riella kecil sangat puas, dan mengambil sesendok lagi, dan berkata:”Ayah, Riella menyuapimu.”
Sendok ini, sudah pernah dimakan oleh Riella, Riella kecil mengambilnya lagi dan menyuap Carlson, Riella hanya merasakan sangat malu, ingin menghentikannya, tetapi tidak tahu bagaimana caranya, dan Carlson juga tidak ragu, membuka mulut dan meminum sup yang disuapkan oleh Riella kecil:”Riella, sangat hebat!”
Dengan begitu Riella kecil lebih senang lagi, ada Ayahnya, dan kakak Riella makan bersamanya, membuatnya sangat senang.
Carlson dengan serius mengupas kulit udangnya, setiap mengupasnya dan mengatakannya akan memberikan udang ke Riella kecil, tetapi pada akhirnya semua disuapkan ke perut Riella.
Dia mengingat Ayahnya pernah berkata, harus menjaga kakak Riella baik-baik, jadi dia ada mendengar apa yang dikatakan oleh Ayahnya, dan melakukannya dengan patuh.
Carlson dengan tatapan yang lembut menatap kedua ibu dan anak ini, rasanya seperti dia sudah menguasai seluruh dunia ini, kesusahan yang dirasakannya 3 tahun ini dengan sekejap pun hilang.
Kalau Riella senang dan bisa melewati hidup ini dengan baik.
Carlson pun tidak peduli apakah dia masih bisa mengingatnya, makan siang di tahun-tahun sebelumnya mereka lewatkan disini, mereka makan bersama kelima jenis makanan ini di ruang ini, dia mengajarinya bagaimana mengupas udang.
Masa lalu tidak penting, yang penting adalah masa depan mereka, sekarang bukan hanya masa depan mereka berdua, melainkan masa depan mereka bertiga.
Riella tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan berpas-pasan dengan tatapan Carlson, dia dengan tidak sadar mukanya memerah:”Tuan, kenapa kamu tidak makan?”
“Aku tidak lapar.” Carlson berkata.
Sangat jarang bisa punya kesempatan untuk melihat kedua ibu dan anak ini di satu meja makan bersama, semua fokusnya ada di sana, tidak ingat untuk makan lagi.
Bahkan saat Riella memanggilnya”Tuan”, dia juga bisa mendengar ada maksud lain, bukan hanya sebuah panggilan sopan terhadap satu orang asing.
…..
Cuaca musim panas sudah terlihat jelas
Walaupun beberapa hari ini dia sangat sibuk, dan malam ini juga masih ada dua meeting di telepon, tetapi Carlson bisa meluangkan waktu 1 jam untuk menemani Riella kecil berlatih taekwondo.
Beberapa tahun ini, tidak peduli betapa sibuk pekerjaannya, dia tidak akan menunda hal yang berhubungan dengan Riella kecil.
Sudah ada beberapa waktu berlatih taekwondo, walaupun Riella kecil usianya masih muda tetapi dia sangat pintar, sekarang sudah mempunyai sikap seperti professional, guru juga memujinya sebagai murid paling pintar yang pernah diajarinya.
Setelah latihan berakhir, Riella kecil pun duduk di dalam pangkuan Carlson, memegang botol susunya dengan suapan besar meminum air.
Carlson mengambil handuk dan mengeringkan keringatnya:”Riella, lain kali kita cari cara mengajak kakak Riella untuk membawamu berlatih taekwondo ya?”
Semua anggota keluarga memang ada belajar teknik bela diri, hanya untuk berjaga-jaga.
Efa saat kecil juga pernah mengikuti Carlson belajar bela diri, tetapi dia terlalu bandel, terakhir teknik bela diri tidak ada satupun yang dipelajarinya, hanya belajar bagaimana cara isengin orang.
Sekarang Riella telah pulang, Carlson selalu ingin Riella untuk belajar teknik bela diri, selanjutnya jika dia tidak lagi berada didekatnya, dia juga bisa melindungi dirinya sendiri.
“Tuan, paman Gunawan membawa seorang laki-laki kemari, bilang ingin bertemu denganmu.” Sekarang yang bertugas menjaga MoonRiver si Nurmala melapor ke Carlson.
“Persilahkan paman Gunawan ke ruang tamu, aku segera kesana.” setelah Carlson memesannya, menggendong Riella kecil,”Riella, suruh kakak Aling memandikanmu dulu ya?”
“Riella tidak mau mandi, ingin bersama Ayah.” Riella kecil memeluk Ayahnya, tidak ingin berpisah dengan Ayahnya.
“Baiklah, Riella bersama Ayah saja.” Carlson menggendong anaknya, melangkah dengan anggun dan stabil ke bangunan utama.
Di dalam ruang tamu sudah ada 2 orang menunggu, satu adalah paman Gunawan yang telah menjadi sopir Carlson bertahun-tahun, satu lagi adalah anak laki-laki yang kelihatannya berumur 15-16 tahun.
Anak lelakinya sangat muda, badannya kurus dan tinggi, mungkin mempunyai tinggi yang sudah lewat 180 cm, dia menundukkan kepalanya sambil berdiri, tidak bisa terlihat jelas mukanya.
“Tuan muda, nona muda….” melihat Carlson yang menggendong Riella kecil memasuki ruangan, paman Gunawan dengan segera berdiri menyapa mereka.
Carlson menganggukan kepala:”Paman Gunawan, silahkan duduk.”
“Kakek Gunawan, silahkan duduk.” Riella kecil mengikuti Ayahnya menganggukan kepalanya, dan menghadap laki-laki yang sedang menundukkan kepalanya berkata:”Abang, kamu juga duduk. Jangan takut, duduklah bersamaku.”
Riella kecil memanjat keluar dari pangkuan Ayahnya dan berpindah ke sofa untuk duduk, tangan kecilnya menepuk tempat duduk yang berada di sampingnya, memakai suaranya yang lembut berkata:”Abang, duduklah di sebelah Riella.”
Carlson melihat paman Gunawan dan bertanya:”Ini adalah?”
Paman Gunawan dengan tergesa-gesa berkata:”Ini adalah orang yang diselamatkan oleh nona muda waktu itu, setelah dia membaik dan mendengar bahwa nona muda menyelamatkannya, bersikeras ingin berterima kasih ke nona muda. Aku memberitahunya tidak apa-apa, dia tidak berkata apa-apa dan mengikutiku berjalan kemanapun. Tuan muda, aku juga tidak ada cara menghadapinya lagi dan memutuskan untuk membawanya kesini.”
Pandangan Carlson melihat ke arah laki-laki itu, dan menilainya dari atas kepala sampai bawah kaki, berkata:”Angkat kepalamu.”
Anak laki-laki itu tetap tertunduk dan tidak berkutik, seperti tidak bisa mendengar orang lain berkata apa-apa.
Riella kecil mengguling-guling menuruni sofa, berjalan dengan langkah kecil dan berdiri di samping laki-laki itu, mengeluarkan tangan kecilnya dan menggenggam tangan laki-laki itu, dengan lembut berkata:”Abang, jangan takut.”
Setelah mendengar suara Riella, laki-laki itu juga memandangnya, pelan-pelan mengangkat kepala menghadap Carlson.
Carlson melihat laki-laki itu, laki-laki itu juga melihat Carlson.
Carlson yang sudah beberapa tahun ini di dunia bisnis berbisnis, orang apapun juga sudah dia temui, tetapi sangat sedikit ada orang yang berani bertatapan langsung dengannya.
Mata laki-laki ini seperti tidak mempunyai kehidupan, tetapi justru sangat tajam, sepertinya di sepasang mata itu tersembunyi banyak rahasia yang tidak ada orang ketahui.
Carlson bertanya:”Nama kamu siapa?”
Laki-laki itu melihatnya dan tidak menjawabnya, tidak ingin berbicara.
Riella kecil pun menarik tangannya:”Abang, apa namamu?”
Setelah begitu lama, di dalam ruang itu pun terdengar suara yang sangat serak, suaranya dengan umur laki-laki itu sangatlah tidak cocok, tenggorokannya seperti pernah terbakar api.
—- Hansel.