Setelah keluar dari ruang pasien, Ariella tidak menunda sama sekali, dia langsung buru-buru ke pintu utama, karena dia sudah telepon supir agar menunggunya di sana.
Sampai saat ini pembunuh Sandoro belum tertangkap, penculik Efa juga belum ditemukan, banyak masalah yang masih belum ada petunjuknya, bahaya itu ada dimana, jadi dia tidak berani terlalu meremehkan.
Tapi sebelum dia keluar dari rumah sakit, Ariella bertemu dengan seseorang yang dia tidak kenal, tapi orang itu dari awal sudah mengenalinya — Rico
“Ibu Ariella, boleh minta waktunya sebentar?” Rico bilang minta waktunya sebentar, tapi dia menghalangi jalan Ariella, nada suaranya juga sangat kuat.
“Tidak bisa!” Ariella langsung menolaknya, di rumah sakit banyak orang, jika orang ini berani macam-macam, kesempatan dia untuk kabur juga besar.
Kalau pergi dengan dia, tidak tahu akan dibawa kemana, itu sangat bahaya, dan juga tidak tidak tahu orang ini mau berbuat apa?
Mendengar Ariella bilang tidak bisa, Rico menaikkan bahunya dan berkata: “Ibu Ariella tidak bersedia untuk bicara sebentar, kalau begitu aku di sini tidak perlu banyak bicara lagi ya.”Ariella dengan hati-hati melihat dia, lalu mundur dua langkah tanpa menghilangkan jejak, dan bertanya: “Kamu siapa? Kamu mencari aku ada urusan apa?”
“Aku Rico, orang dari negara A, aku pernah berhubungan dengan asisten Dolvin yang ditembak oleh kamu, tapi Ibu Ariella tenang saja, hubungan aku dengan dia juga tidak baik, aku mencari kamu, tidak ada hubungannya dengan kematian dia.” identitas dia bukan rahasia, demi mendapatkan kepercayaan Ariella, dia menghadapinya dengan baik-baik.
Ariella tersenyum, matanya juga lembut, tapi kehati-hatian di matanya itu tetap tidak berubah, “Lalu kamu ke sini tidak mencari masalah dengan aku, berarti kamu mau berterima kasih ke aku karena aku sudah menghabisi satu musuh kamu?”
Kalau dia benar mau membantu dia, dia tidak mungkin menghalanginya ketika dia sedang sendiri.
“Ibu Ariella, pikiran kamu terlalu banyak.” Rico menggoyangkan kepalanya, sebenarnya dia benar-benar hanya mau membantu dia.
Bos dia menyuruhnya ke militer negara A untuk mendapatkan obat penangkal racun HDR, tapi sampai sekarang militer belum melakukan riset, di saat dia sedang tidak tahu harus bagaimana, dia menerima informasi ada orang yang punya cara untuk mengembalikan penglihatan Carlson.
Misi dia adalah membantu Carlson untuk mengembalikan penglihatannya, tentang bagaimana caranya, dia tidak mau bertanya terlalu banyak, saat dia tahu Daiva punya caranya, dia mau memberitahu informasi ini ke orang dekat Carlson.Awalnya dia mau memberitahukan ini ke Efa saat dia menjenguknya, tapi siapa sangka dia bisa bertemu dengan Ariella, jadi dia beri tahu dia, akan lebih langsung dibanding memberitahukan ke Efa.
Ariella tersenyum dan berkata: “Aku yang pikir terlalu banyak.”
Akhir-akhir ini masalah yang ditemui terlalu banyak, kalau dia tidak berpikir terlalu banyak, kapan dia akan dijatuhkan pun tidak tahu.
Setiap orang harus pelan-pelan bertumbuh, saat masih kecil merasa semua orang di dunia ini itu orang baik, lalu berikutnya semua orang terlihat seperti orang jahat, tapi ketika sudah benar-benar bertumbuh, pasti akan mengerti orang mana yang baik, dan orang mana yang jahat.Rico berkata lagi: “Karena aku mau beri tahu kamu, ada seseorang yang bisa mengembalikan penglihatan dua mata Carlson.
“Serius?” mendengar ada orang yang bisa mengembalikan penglihatan Carlson, respon pertama Ariella sangat senang, tapi tidak lama kemudian dia curiga, dia mengerutkan alisnya dan bertanya: “kamu tahu ada orang yang bisa membantu Carlson? Dan kamu masih berbaik hati memberi tahu aku?”
Dia tidak pernah berhubungan dengan orang ini sama sekali, orang ini tiba-tiba datang dan bilang bersedia membantunya, dia bagaimana mungkin tidak curiga dengan dia.
Rico berkata lagi: “Sebenarnya aku tidak sebaik itu, aku hanya mendengar perintah orang lain, membantu dia mengirimkan pesan ke kamu saja.”
“Mendengar perintah orang lain?” Ariella mengulanginya, ucapan orang ini membuat dia bertambah curiga.
Bukan hanya dia, di belakang dia masih ada orang lain.
Jadi orang yang ada di belakang dia itu siapa?
Melihat ekspresi Ariella, Rico sadar dia terlalu banyak bicara, dia langsung memberi tahu orang yang dapat membantunya itu siapa saja sudah cukup, banyak bicara dengan dia apa gunanya?
Melihat perhatian dia terhadap Carlson, asal dia tahu ada orang yang bisa mengembalikan penglihatan Carlson, tidak peduli itu benar atau tidak, dia pasti akan verifikasi.
“Aku dengar-dengar Daiva yang dikurung di area militer kota Pasirbumi tahu caranya, percaya atau tidak, itu terserah ibu Ariella.” Setelah bicara, Rico langsung membalikkan badannya dan pergi.
Itu baru benar, dia harusnya dari awal seperti ini, dia percaya atau tidak itu urusan mereka, tidak ada hubungannya dengan dia sama sekali.
Daiva punya cara untuk mengembalikan penglihatan Carlson?
Ariella dari awal sudah berpikiran untuk bertemu dengan Daiva, tapi setiap mau pergi pasti ada terjadi sesuatu, jadi tertunda sampai sekarang.
Sepertinya dia harus membuat rencana dengan baik, saat bertemu dengan Daiva, bagaimana caranya agar dia mau berbicara yang sebenarnya?
Saat memikirkan ingin membuat seseorang berkata yang sebenarnya, Ariella mengingat Ferdian, dia itu pakar psikologi, suruh dia menemui Daiva seharusnya kemungkinan berhasilnya lebih tinggi.
Ariella mengingat Ferdian sudah kembali ke Pasirbumi, dan masih ada di Moonriver.
Ferdian yang sudah meninggalkan Pasirbumi selama setengah bulan sudah kembali, dan dia menyiapkan hadiah besar untuk Riella.
Dibilang hadiah besar, karena memang benar-benar besar.
Kotak hadiah yang besar itu setinggi badan Ferdian, Riella seumur hidupnya mungkin juga tidak akan bisa mencapai tinggi itu.Melihat kotak hadiah setinggi langit di depan matanya, Riella sangat senang, di memutari hadiah itu empat kali: “Paman, Riella mau lihat hadiahnya.”
Ferdian jongkok di samping Riella lalu dia menunjuk-nunjuk pipinya dan bilang: “Kalau Riella cium paman, nanti paman buka hadiahnya.”
“Tidak mau.” dua tangan Riella memegang pinggangnya: “Paman tidak nurut, Riella tidak mau cium paman.”
Ferdian sambil membuka hadiahnya sambil bertanya: “Kalau paman buka hadiahnya, Riella mau cium paman tidak?”
Riella menggoyangkan kepalanya: “Juga tidak mau.”
Ferdian mencubit-cubit wajahnya Riella dan bertanya: “Riella kenapa masih tidak mau cium?”
“Kalau mau cium harus kasih uang yang banyak baru boleh.” Riella selalu mengingat perjanjian dengan Ayahnya, peluk butuh uang, cium butuh uang, hanya orang yang spesial yang memiliki jalur khusus.
Mendengar ucapan Riella, Ferdian memutar kepalanya mengarah ke Carlson dan berkata: “Abraham, keluarga kalian kekurangan duit ya? Kamu bagaimana cara mengajarkan anak?”
“Orang seperti kamu jangan bilang cium, aku saja sudah mau pukul kamu.” Carlson ke depan dan memeluk Riella, “Riella, kalau paman tidak mau membuka hadiahnya, Ayah nanti kasih kamu hadiah yang paling besar.”
“Siapa yang bilang aku tidak mau kasih dia hadiah, aku beli hadiah sebesar ini kalau tidak kasih dia mau kasih ke siapa.” ucap Ferdian dengan keras, bapak dan anak ini sangat suka membuli orang.
Carlson tersenyum: “Lalu kamu masih tidak mau buka hadiahnya, kalau dia suka, mungkin bisa kasih kamu peluk dia.”
“Iya iya, paman cepat buka.” Riella sepertinya juga senang membuli pamannya.