“Kapan Ayah pernah berbohong sama Riella?”Carlson menjulurkan kedua tangannya keluar seolah ingin memeluk putrinya kedalam pelukannya seperti biasanya.
Tetapi ketika ia menujulurkan tangannya, ia baru sadar, jarak dia dengan putrinya hampir setengah bumi ini, kalau dia naik pesawat pun harus membutuhkan waktu satu hari baru bisa berada disisi putrinya.
Riella kecil bertanya dengan suaranya yang lembut: “Ayah, Riella rindu sekali sama kamu, Ayah kenapa enggak datang sekarang dan menemani Riella?”
Riella kecil tidak mengerti, sedikit pun tidak dia mengerti, dulu ayahnya selalu menemani disampingnya, tetapi tidak tahu kenapa sekarang ayahnya tidak menemani dia dan ibunya lagi.
Carlson menjawab dengan lembut: “Karena Ayah lagi banyak kerjaan.”
“Ayah…..” Riella kecil hampir menangis lagi, air matanya sudah bergantungan di bulu matanya, seperti sebutir-butir mutiara yang berharga.
“Riella kasih tahu Ayah dulu, New York sedang turun salju yah?” Tidak ingin melihat putrinya nangis, Carlson langsung mengubah topik pembicaraan mereka.
“Iya sedang turun salju yang sangat-sangat deras. Riella sedang bermain di rumah tante Puspita, Ibu dan adik malas sedang tidur dirumah.”Riella tidak menangis lagi, dia sedang sibuk menjelaskan keadaan di New York saat ini kepada ayahnya.
Carlson berkata lagi: “Tenyata New York sudah turun salju, Riella kedinginan tidak?”
Jadwal harian Direktur Carlson selalu padat, berapa banyak orang yang harus menunggu berbulan-bulan hanya untuk bertemu dengannya, tetapi sekarang ia malah sempat membicarakan topik yang tidak berguna dengan putrinya.
“Riella sudah pakai jaket yang tebal.” Riella kecil merapikan pakaiannya, lalu menunjuk-nunjuk topi yang dikenakannya, “Dia masih mengenakan topi yang sangat indah, dia sedikit pun tidak merasa dingin.”
Carlson berkata: “Aku dari awal sudah merasa Riella kecil kita hari ini kenapa cantik sekali, ternyata ia memakai baju dan topi barunya.”
“Ayah, di New York ada boneka salju yang lucu, tapi karena tidak ada Ayah jadi tidak seru.” Didalam hati Riella kecil ayahnya adalah yang terpenting.
Carlson berkata: “Iya…..Ayah belikan Riella beberapa boneka salju lagi gimana?”
Riella kecil berkata sambil bermaja-manja: “Riella mau Ayah, cuman Ayah, enggak mau boneka salju.”
Carlson: “Riella, sekarang Ayah kasih kamu satu tugas, asalkan kamu sudah selesaikan tugas ini, Ayah pasti akan pergi kesana dan menemani kamu.”
Riella kecil bertanya dengan gembira: “Ayah, apa tugasnya?”
Carlson: “Pertama-tama, jangan kasih tahu Ibu kalau kamu telepon dengan Ayah hari ini, ini adalah rahasia antara kita berdua.”
“Riella tahu, Riella pasti tidak kasih tahu Ibu.” Riella kecil langsung menjulurkan tangannya dan menutup mulutnya, lalu membalikkan kepalanya dan melhat kesekitarnya.
Melihat ekspresi putrinya yang sembunyi-sembunyi seperti ini sangat mengemaskan, hati Carlson kembali menjadi lunak, ingin sekali rasanya memeluk dan mencium-ciumnya.
Jadi dia harus bergegas untuk menyelesaikan perkara itu, membereskan orang-orang yang membuatnya marah, lalu terbang ke New York untuk bertemu dengan putri kesayangannya.
Carlson tertawa, lalu bertanya: “Riella, Ayah menyuruhmu jagain Ibu dan jangan buat dia sedih, kamu sudah melakukannya belum?”
“Tadi pagi, Riella bilang rindu Ayah! Ibu sedikit tidak senang!” Riella kecil meningat dengan jelas, tadi saat dia mengungkit tentang ayahnya, ibunya dalam sekejap langsung menjadi tidak gembira, seperti orang yang mau nangis.
“Riella hanya mengungkit tentang Ayah, Ibu langsung tidak senang?” Jelas-jelas sudah tahu jawabannya, tapi Carlson masih saja bertanya dengan sedikit berharap.
“Iya.” Riella kecil tidak mengerti, ia berkata sejujurnya.
“Ayah mengerti.” Carlson menutupi perasaannya yang sebenarnya dengan baik, dia tertawa, “Kali ini tidak apa-apa, lain kali Riella tetap bantuin Ayah jagain Ibu yah.”
“Ayah tidak marah?”
“Riella kita juga mengerjakannya dengan baik, seharusnya diberi hadiah, bagaimana Ayah bisa marah?”
“Riella sayang sama Ayah.”Mendapat pujian dari ayahnya, Riella kecil langsung tersenyum bahagia.
Carslon berkata lagi: “Kedepan Riella jadi sepasang mata, sepasang telingan Ayah, apa yang terjadi diantara kamu dan Ibu, tiap hari kamu pergi ke rumah Tante Puspita untuk melaporkannya sama Ayah.”
Riella kecil menjawab dengan manis: “Riella tahu.”
Carlson mengingatkannya sekali lagi: “Jangan sampai ketahuan Ibu, ini adalah rahasia diantara kita berdua.”
“Iya, Riella tahu, Riella pasti menjalankan tugas.”Riella kecil berkata dengan suara kecil dengan mata besarnya yang berkedip-kedip.
Carlson tersenyum: “Kalau gitu, Riella sampai ketemu besok!”
“Besok…Ayah, Riella tidak mau!” Riella kecil awalnya mau jawab sampai jumpa besok, tapi ketika ia tahu setelah menutup teleponnya ia tidak bisa melihat ayahnya lagi, dia merasa sedih dan ingin nangis.
“Riella anak baik!”
“Riella bukan anak baik!” Dia tidak mau menjadi anak baik, dia cuman mau ayahnya.
“Riella sudah lupa janji Riella dengan Ayah?”
“Riella ingat!” Tapi janji dia dengan ayahnya tidak penting, yang terpenting adalah ia ingin ayahnya menemani disampingnya.
“Riella ingin melihat Ibu sedih dan menderita?”
“Riella tidak mau!”
“Kalau tidak mau melihat Ibu sedih, Riella harus nurut, besok Ayah akan menemani Riella ngobrol lagi.”Selesai bicara, dengan berat hati Carlson menutup teleponnya.
Setelah melihat raut wajah putrinya yang sedih dan hampir nangis, Carlson tidak bisa menahannya lagi, kalau dilihat terus bisa-bisa dia langsung terbang ke Amerika.
Tapi hal ini apa mungkin terjadi? Dia terbang ke Amerika?
Ariella wanita yang keras sudah memutuskan untuk cerai dengannya, dia sama sekali tidak boleh membuat dia tahu kalau dia telah membohongi Ariella.
Setelah menutup teleponnya, Tamara yang sudah menunggunya beberapa saat didepan meja kerjanya langsung melanjutkan topik pembicaraan mereka tadi: “Direktur Carlson, pengeluaran terbesar Group Gerina tahun ini adalah pada projek Free Land ini, mereka sudah menghabiskan banyak dana, tenaga kerja, dan material pada projek yang besar ini, sampai saat ini, investasi mereka sudah mencapai dua puluh miliar lebih.”
“Dua puluh miliar?” ujung jari Carlson yang biasa dipanjangkannya mengetuk dengen lembut diatas meja, “Kontraknya masih belum ditandatangani, yang dia ini sudah berani menghamburkan uang sebanyak ini?”
Tamara langsung memasingkan dokumen yang sudah dipersiapkannya: “Gerina dan Free Land sering ada kerja sama, hal seperti ini sudah bukan yang pertama kali, tapi masih belum mendapatkan kontrak kerja sudah menlemparkan uang sebanyak ini, hal ini membuar orang merasa sedikit tidak benar.”
Tanpa berpikir panjang, Carlson langsung membuat keputusan: “Henry kamu yang urus cari orang untuk melacak hubungan antara Free Land dengan Gerina, asal sudah mendapatkan sedikit informasi tentang itu, tidak peduli itu asli atau palsu, langsung beberkan semua berita itu.”
“Baik.” Henry mengerti, sepertinya kali ini Direktur mereka ingin meminjam nama Free Land untuk membereskan projek Gerina ini.
Asalkan kita bisa mencari masalah dalam Projek Free Land ini, dua puluh miliar yang di inveskan oleh Gerina sama dengan nol.
Mereka mau melihat, Gerina punya berapa banyak dua puluh miliar yang bisa dia hamburkan-hamburkan.
Setelah menerima tugas yang diberikan padanya, Henry langusng pergi menjalankan tugasnya, Tamara masih berdiri di depan meja kerjanya: “Direktur Carlson, urusan di Amerika sana masih mau diurus?”
Carlson langsung mengangkat kepalanya dan langsung menatapnya dengan dingin: “Menurut kamu?”
“Pekerjaan yang ada ditangan Gustin, aku sudah menyuruhnya untuk mengoperkan pekerjaannya pada orang lain, jadi mulai sekarang ia bertugas untuk mengurus video call anda dengan putrimu.”
Tamara sambil berbicara sambil melihat ekspresi wajah Carlson, setelah selesai berbicara, ekspresi Direktur Carlson mereka masih saja tidak berubah, dia tahu kali ini dia sudah mengerjakan tugasnya dengan benar.