Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 319 Kunci Bukti





Semua teka-teki masalah ini hampir terjawab semuanya, sampai hari ini yang masih dipertanyakan Carlson mengapa Kakek mau begitu kejam terhadap Ariella?





Kalau hanya membahas karena Fernando membunuh orang pentingnya dan Kakek ingin balas dendam, bukannya membalaskan dendamnya kepada keluarga Fernando lebih benar?





Walaupun Carlson memiliki otak yang sangat encer, tetapi dihadapkan dengan masalah ini, setelah berpikir kesana-sini, ia masih tidak bisa mengerti sebenarnya apa yang terjadi?





Pada saat ia masih memikirkan masalah itu, mobilnya sudah sampai ditempat persinggahannya yang kedua, Kakek keluarga Tanjaya sedang tinggal dirumah pertanian.





Saat ini, terik matahari diluar sangat panas, tapi karena banyaknya tumbuhan yang ada disekitar pertanian membantu menghalangi matahari, didalam sini tidak sepanas diluar.





Kakek Tanjaya telah tinggal disini untuk sementara waktu, dan kehidupannya setiap hari hampir sama, minum teh, memelihara bunga, bermain catur dan mengatakan betapa nyamannya tinggal disini.





Ketika Carlson tiba, Kakek Tanjaya sedang duduk di gazebo dengan asistennya Dolvin dan bermain catur, biji caturnya pun sudah tinggal beberapa saja.





Pemainan catur dengan Kakek membuat Dolvin terpaksa masuk ke jalan buntu. Jika ia tidak memikirkan dengan baik langka ini, Kakek akan datang ke laut dan menangkap bulan dan ia akan mati.





“Tuan, kamu telah datang.” melihat Carlson, Dolvin secara otomatis meninggalkan mereka, “Bagaimana kalau kamu yang menemani Kakek bermain catur.”





Carlson juga tidak sungkan, ia pun duduk ditempat Dolvin, dengan cepat ia melihat semua biji catur yang tersisa, dan menjalankan satu biji catur.





Dia hanya menjalankan satu biji catur, permain yang tadinya sudah buntu sekarang malah hidup kembali, tidak peduli Kakek menjalankan biji mana pun, ia pasti akan mati.





Setelah bermain beberapa putaran lagi, Kakek sudah mulai capek, memandang dan memandangnya, memikirkannya, dan setelah biji catur terakhir dijalankan, dia menyaksikan kemenangannya telah dikalahkan.





Catur yang tadi dimainkan oleh Dolvin, ia hanya perlu berjalan selangkah lagi ia sudah bisa menang, dia juga tidak tahu bagaimana Carlson bisa membalikkannya?





Kakek memalingkan matanya dan berkata, “Aku jauh lebih tua. Kamu anak muda gak bisa memberikan sedikit kesempatan buat aku, tetap harus membuatku kalah?”





Carlson berkata dengan lemah: “Aku tidak pernah berpikir untuk membunuhmu, tapi setiap langkah adalah membunuh. Kalau aku tidak menghalangimu, maka orang terakhir yang mati adalah aku.”





Mereka tampaknya seolah-oleh sedang berbincang tentang permainan, tapi semua orang tahu bahwa mereka tidak hanya berbincang tentang permainan, tetapi situasi mereka saat ini.





Carlson mau memberitahu Kakek bahwa ia tidak akan memulai, kecuali jika situasi memaksakannya, maka untuk melindungi dirinya sendiri, ia juga akan bergerak.





Tapi, bagaimanapun juga Kakek Tanjaya adalah kakeknya. Ia tidak mungkin membunuhnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan kebebasannya seperti sekarang ini.





Kakek Tanjaya berkata: “Dolvin, ambilkan daun teh terbaikku, buatkan kita sepoci teh baru, biarkan Tuan Muda membantuku mencoba, lihat nilainya pantas tidak dengan harganya?”





“Saya sekarang langsung pergi, melihat mereka kakek dan cucu memiliki sesuatu untuk dikatakan, dan ketika asistennya menyajikan teh tersebut, dia masih berusaha mencari alasan untuk menyuruhnya kembali dulu.





Ketika asisten itu pergi, Kakek langsung berkata: “Kenapa bisa punya waktu kesini? Benar tidak tujuan kamu kesini untuk melihat aku masih bisa hidup berapa lama?”





Carlson dengan santai menyusun biji catur dan meminum seteguk teh tanpa mengatakan apa-apa. Lalu perlahan-lahan dia berkata: “Tubuh kamu begitu tegap dan penuh dengan energi. Untuk hidup sepuluh tahun lagi pasti tidak masalah. Aku hari ini datang kesini hanya untuk bisa bermain catur denganmu.”





“Walaupun badanku masih sehat seperti ini, aku juga bisa dibuat mati oleh cucuku yang durhaka sepertimu.” Tangan Kakek langsung menyapu semua biji catur yang sudah disusun rapi oleh Carlson ke atas lantai, tanpa nada marah ia berkata, “Aku tahu tujuanmu datang kesini, tidak usah berpura-pura lagi.”





“Kakek, kamu begitu terus terang, saya juga tidak berbelit-belit lagi.” Carlson duduk tegak dan melihat ke arah Kakek, lalu berkata, “Sebenarnya tujuan aku kesini itu untuk memastikan satu hal denganmu.”





“Kamu kira saya akan memberitahukannya padamu?”





“Kamu akan memberitahuku.”





“Heh………..”





“Karena kamu sayang dan cinta pada Efa, kamu ingin dia tetap hidup dengan tenang seperti ini selamanya.”





“Kamu………”





Setelah mendengar perkataan Carlson, Kakek pun langsung terkejut, dia tidak percaya tanpa petunjuk sama sekali, dalam waktu sesingkat ini Carlson sudah berhasil mendapatkan informasi sampai ke Efa.





Tapi setelah mendengarkan perkataan Carlson, ia sadar bahwa Carlson sudah tahu kalau masalah ini ada hubungannya dengan Efa, Kakek bisa percaya, tetapi ia juga harus percaya.





Carlson lanjut berkata: “Sebenarnya kamu bilang atau tidak juga tidak masalah, aku cuman mau memberitahumu, selamanya aku adalah kakak Efa.”





Perkataannya menjelaskan bahwa ia adalah kakak Efa jadi tentu saja ia akan melindungi Efa seperti dulu, dan mencintainnya seperti adiknya sendiri.





Tetapi perlakuan Kakek masih saja tidak menganggapnya sebagai ketururnan keluarga Tanjaya.





Kakek sedikit tercengang, berkata: “Kamu sebenarnya sedang mikirin apa ?”





“Tidak ada.”Setelah mengatakan itu, Carlson langsung pergi dari sana, karena ia tahu ia tidak bakalan mendapatkan petunjuk apa-apa dari mulut Kakek.





Sebelum datang kesini, ia masih berkhayal, berharap Kakek akan menyadari perbuatannya dan bertobat, tetapi sekarang tampaknya semua itu tidak mungkin terjadi.





“Cucuku, kakek juga mau menanyakan satu pertanyakaan kepadamu. Diantara Ariella dan keluarga Tanjaya, kamu harus memilih salah satu, kamu akan memilih siapa?”





Carlson membalikkan badannya dan mendengar pertanyaan dari kakeknya itu.





Keluarga Tanjaya adalah akar dimana ia terbentuk, tetapi Ariella juga adalah istrinya, buat dia mereka berdua sama-sama penting, jadi ia mau mereka semua, tetapi ia tidak mungkin bisa memiliki keduanya.





Terus melihat Carlson memasuki mobilnya, mobilnya mulai berlaju dan Dolvin pun berjalan datang dari kejauhan, dua mata itu terus tertuju pada mobil Carlson sampai mobilnya tidak terlihat lagi, ia baru melihat kearah lain.





Dia berkata: “Kakek, aku sudah melakukannya sesuai yang kamu perintahkan.”





Kakek menganggukkan kepalanya, berkata: “Tentang Ariella sekarang sudah diurus sampai bagaimana?”





Dolvin berkata: “Beberapa hari ini, ia sama sekali tidak keluar rumah. Ia hanya keluar sekali untuk bertemu dengan Ferdian, di rumah Ferdian kira-kira satu jam lalu ia pun meninggalkan rumah itu.”





“Dia pergi mencari Ferdian? Jadi belakangan ini bagaimana informasi tentang Ferdian?”





“Ferdian tidak ada apa-apa.”





“…………”





“Kakek, bisa jadi benda itu benar-benar tidak ada ditangan Ariella?”





Kakek mengerutkan alisnya, berpikir: “Tidak mungkin.”





Pada tahun itu sebelum Zeesha meninggal ia hanya bertemu dengan ibu Ariella, ia juga memberikan benda itu padanya, saat itu Kakek tidak menghalanginya.





Itu karena ia tidak tahu apa yang digenggam didalam tangan mereka adalah bukti yang sangat penting, pada saat ia tahu, benda itu sudah tidak dapat didapatkannya.





Kakek Tanjaya berkata: “Terus perhatikan gerak-gerik mereka, tidak peduli dengan cara apapun, kita harus bisa mendapatkan bukti itu.”





Kalau saja bukti itu tersebar keluar, nama baiknya yang telah dibangunnya seumur hidupnya ini akan hancur, semua yang ia miliki sekarang ini akan lenyap.





Kalau saja dia hancur, apa yang akan terjadi dengan Efa?

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK