“Riella kemari!” Carlson tetap berusaha memanggil Riella mendekatinya, Ariella bahkan tidak bisa menghalanginya.
“Ibu, tolong Riella!!” Riella berlari menuju Ariella, memeluk kaki ibunya, meminta ibunya melindunginya.
Riella kecil sangat yakin, berapa kalipun, dirumah mereka perkataan ibunya akan selalu menjadi juaranya, ayahnya juga pasti akan mendengarkan perkataan ibunya.
Pada saat Ariella baru ingin mengulurkan tangannya memeluk Riella, tetapi sudah direbut terlebih dahulu oleh Carlson.
Carlson mengangkat Riella, dan menciumi wajahnya:”Anak bodoh, ayah menyuruhmu kemari, hanya karena ingin memelukmu.
“Riella tidak bodoh, Riella adalah anak yang pintar.” Meskipun ayahnya menyebutnya bodoh, tetapi dia sama sekali tidak merasa tidak senang.
Karena ayah dan ibunya sudah berbaikan, dan bersama-sama memeluknya, kelihatannya malam ini dia akan tidur diantara ayah dan ibunya.
“Anak kami Riella adalah anak yang paling pintar.” Ariella juga menciumi wajah bulat Riella.
Pada saat ini, seluruh raga dan hati Ariella menjadi tenang, seperti sudah hidup kembali, ini baru adalah Ariella yang memiliki nyawa, bukan seperti beberapa hari sebelumnya, yang hanya seperti seonggok daging tanpa roh.
Pada saat dia mengira jika dia akan selamanya kehilangan Riella dan Carlson, sebaliknya mereka malah kembali kesisinya.
Pada saat ini, dia mendapatkan pelajaran yang mendalam, tidak peduli terjadi hal apapun, satu keluarga berkumpul bersama menjadi satu barulah merupakan hal yang paling penting.
Ketika mereka satu keluarga tidak berkumpul bersama, meskipun mereka masih hidup, mereka juga pasti tidak akan merasa bahagia.
Setelah berfikir, Ariella bertambah tegas.
Tidak peduli jalan didepan sana seberapa susah dilalui, hanya dengan adanya Carlson, hanya dengan adanya Riella, mereka sekeluarga berkumpul bersama, maka segala sesuatu pasti bisa dihadapi, tidak ada orang yang bisa menyakiti mereka.
Ariella masih ingin berbicara, tetapi handphonenya berbunyi, terdapat tanda jika handphonenya menerima sebuah pesan, pada saat dia membukanya, terlihat jika Puspita mengirimkan pesan suara kepadanya.
Puspita berkata, jika anaknya sudah tidak sabar ingin melewati malam tahun baru, ingin datang terlebih dahulu ke dunia, mereka sekarang sedang menuju kerumah sakit.
????.
Puspita dengan lancar melahirkan anak dengan berat 3kg, namanya sudah dipersiapkan dari awal oleh mereka, bernama Brandon.
Brandon, Puspita memberikan nama anaknya dengan arti mengerti dan sederhana.
Melihat bayi yang berbaring disebelahnya, Pusita memberikan senyuman lebarnya, sama sekali melupakan hari kemarin dimana dia menangis dan berteriak, berkata tidak ingin melahirkan.
Mengingat kejadian kemarin, semua orang masih mengingatnya dengan jelas, Puspita bukan hanya berteriak tidak ingin melahirkan, tetapi dia masih berteriak memarahi Gustin.
Berkata jika Gustin hanya tahu menanamkan benih di rahimnya, setelah menanamnya tidak memperdulikan hal papaun lagi, membuat dia mengandung selama ini, masih menyuruh dia melahirkan dengan begitu sakit.
Pada saat itu, Gustin khawatir jika Puspita takut merasakan sakit, dan menyuruh Puspita untuk melakukan operasi, keadaannya mungkin akan sedikit lebih baik, tetapi Puspita merasa jika anak yang dilahirkan dari operasi tidak baik, demi anaknya, dia berusaha untuk melahirkan dengan normal.
Didalam keluarga mereka Puspita lah yang memegang kendali, hal apapun akan selalu mendengarkan perkataan Puspita, maka dari itu hasilnya sudah pasti Puspitalah yang menang.
Tetapi pada saat dia melahirkan dan merasa sangat kesakitan, dia merasa jika Gustin adalah seorang brengsek yang tidak berguna.
Mengapa pada saat itu Gustin tidak mempertahankan pendapatnya, jika dia memaksa pendapatnya menyuruh dia untuk operasi, maka dia tidak akan merasa begitu sakit.
Tetapi pada saat ini, kembali melihat senyuman yang bercahaya dan lembut dari Puspita, Puspita bisa merasa, meskipun kemarin malam dia merasa sakit bertambah 2 jam lagi, dia juga tidak akan mengeluarkan kata-kata makian lagi.
Melihat anak yang begitu sehat berbaring di sebelah tubuhnya, semuanya sudah terasa menjadi pantas.
Puspita tersenyum melihat kearah Ariella yang sedang duduk di pinggir kasurnya:”Ariella, kamu merasa anak ini lebih mirip kepada ku, atau lebih mirip kepada Gustin?”
Ariella melirik bayi itu dan kembali melihatnya lagi:”Puspita, kamu ingin aku berkata jujur?”
Puspita melirik Ariella malas:”Kamu begitu bodoh, apakah kamu benar-benar berfikir jika aku tidak ingin anakku terlihat mirip dengan Gustin?”
Ariella tersenyum dengan lembut:”Jika tidak?”
Puspita kembali berkata:”Meskipun bibirku selalu berkata jika Gustin begitu banyak hal yang tidak baik, tetapi dia tetaplah lelaki yang tidak akan aku tinggalkan seumur hidupku, merupakan sesorang yang tidak akan boleh hilang dari hidupnya. Hanya dengan ada dia disampingku, aku bisa bersenang-senang, karena aku tahu jika dia bisa menerima semua kebiasaannya.
Pada saat Puspita berkata seperti ini, Ariella bisa memahami semuanya, pada saat itu mereka, tiga orang sudah saling mengenal pada masa SMA, juga kuliah ditempat yang sama, hanya jurusan saja yang berbeda.
Pada saat mereka kuliah tahun kedua, karena ada seorang wanita yang berniat untuk mengajak kencan Gustin, dan diketahui oleh Puspita, pada saat itu Puspita langsung pergi menuju ruang siaran sekolah, dan melalui siaran sekolah mengatakan jika dia adalah kekasih Gustin, menyuruh wanita lainnya gaar tidak berusaha menarik perhatian Gustin lagi.
Pada saat itu, Puspita dan Gustin hanya teman biasa, Gustin sama sekali tidak menunjukkan perlakuan special kepada Puspita.
Tetapi Puspita yang bernyali besar sudah tertarik kepadanya, pada akhirnya Gustin juga tidak berani berkata tidak, dan dengan begitu saja Gustin berubah menjadi kekasih dari Puspita.
Setelah berpacaran dengan Gustin, waktu bersama antara Puspita dan Ariella sama sekali tidak berkurang, setiap hari Puspita akan datang tepat waktu pergi mencari Ariella, menceritakan seluruh kisah cintanya untuk didengar oleh Ariella.
Puspita dan Gustin dari masa SMA hingga kuliah baru menjadi pasangan kekasih, dan Ariella mengetahui semua prosesnya.
Puspita begitu peduli kepada Gustin, Ariella juga sangat mengetahuinya.
Tidak pedui bagaimanapun, karena Puspita melahirkan dengan selamat, dan terlebih lagi ibu dan anak sehat, barulah merupakan hal yang benar-benar bahagia.
Kebahagiaan Ariella juga tidak bisa dibandingkan dengan kebahagiaaan Puspita.
Beberapa tahun yang lalu, pada saat Puspita menjadi istri seseorang, dia tidak berada disisinya, hari ini pada saat Puspita berubah menjadi seorang ibu, dia bisa berada disamping Puspita menemaninya dan menjaganya, bagaimana dia bisa merasa tidak senang.
“Riella, perasaan menjadi seorang ibu sangatlah aneh, melihat anak sendiri terasa seperti memiliki seluruh dunia. Perasaan seperti ini tidak bisa aku rasakan pada saat anak ini belum lahir, setelah anak ini dilahirkan, aku bisa merasakannya dengan begitu dalam.” Kondisi Puspita sudah lebih baik, setelah beristirahat sehabis melahrikan semalaman, semangatnya sudah seperti orang normal lainnya.
“Iya, seperti perasaan apa yang kamu katakana.” Ariella menganggukkan kepalanya, akhirnya ada seseorang yang mau berdiskusi masalah anak denganya, dia begitu bersemangat,”melihat anak kita yang bergerak dihadapan kita, pandangmu mau tidak mau akan selalu mengikuti dia. Jika anak kita terjatuh anak tersenggol dimanapun, dia merasa tidak begitu sakit, tetapi kita sebagai orang tuanya yang merasa begitu khawatir.”
Sebenarnya Ariella selalu merasa iri kepada Puspita, bisa seperti orang normal lainnya melahirkan dengan normal anaknya sendiri, dan bisa membuat anaknya sendiri berbaring disampingnya, bisa kapanpun melihat anaknya.
Kembali memikirkan masa lalu, pada saat dia mengandung Riella, pada saat dia belum sampai saatnyaa melahirkan, sudah dikeluarkan dengan paksa melalui operasi.
Dia sama sekali tidak mengetahui anak yang diambil dari dalam perutnya berpenampilan seperti apa, dia hanya mendengar, karena keadaan Riella yang tidak begitu baik, pada saat dia baru dilahirkan beratnya tidak lebih dari 2kg.