Ariella menatap Carlson, di dalam mata Carlson yang gelap Ariella bisa melihat kilatan di sana. Akan tetapi kilatan itu terlihat sangat menyala dan berapi-api seakan-akan ingin keluar dari dalam mata Carlson. Meskipun cahaya lampu di dalam kamar redup dan samar-samar akan tetapi Ariella yakin dia tidak salah melihatnya di dalam mata Carlson terdapat percikan perasaan, perasaan yang penuh cinta. Tatapan ini seharusnya adalah milik perempuan lain akan tetapi dia melihatnya sekarang perasaan ini sungguh….sungguh tidak nyaman! Carlson menatapnya seperti ini apakah karena dia salah mengira dirinya adalah istrinya? Atau dia mungkin salah paham mengira Ariella memiliki maksud lain padanya?
Carlson ingin mengalihkan pandangannya dari Ariella akan tetapi dia tidak kuasa mengontrolnya, tatapan matanya tetap menatap lurus wajah Ariella dan memperhatikan setiap perubahan ekspresi di wajahnya. Dia bisa melihat ketika Ariella tercengang kemudian mengkerutkan alisnya dan tatapan matanya yang kebingungan.
“Umm…Tuan Carlson, anda sudah pulang. Itu….aku, aku berada di sini untuk menemani Riella, dia tadi….” ucap Ariella dengan gagap, dia merasa canggung dan bingung. Sekarang tuan rumah sudah kembali dan mendapati dirinya tidur di rumahnya, hal ini sungguh benar-benar membuat Ariella merasa tidak nyaman.
Carlson tidak mendengarkan setiap perkataan yang terlontar keluar dari mulut Ariella, dia hanya mendengar Ariella menyapanya dengan sebutan ‘Tuan Carlson’, sisa perkataannya tidak ada satupun yang dia dengar. Tuan Carlson! Lagi-lagi Tuan Carlson! Mengapa dia memanggilnya dengan sebutan ini sungguh membuat orang kesal mendengarnya!
Carlson merasa emosinya memuncaknya, dia tidak lagi memperdulikan batasan yang ada, dia tidak peduli perasaan Ariella saat itu dan tidak mempertimbangkan hal lainnya kemudian dia menarik Ariella ke dalam pelukannya, menciumnya dan berkata,”Ariella, kamu adalah istriku.” …. Tentu saja semua ini hanyalah bayangan di dalam kepala Carlson itu hanya terjadi di dalam kepalanya, dia tidak berani untuk melakukannya, dia menahannya dan kemudian dia tertawa tipis dan berkata,”Karena dia tidak pernah sekalipun meninggalkan sisiku, aku pikir setelah semua pekerjaanku selesai aku bisa segera pulang menemaninya. Maaf ya Riella merepotkanmu.”
“Tidak apa-apa, Riella sangat penurut,” jawab Ariella sambil menatap Riella yang tertidur di dalam pelukannya, dia tertidur pulas, kemudian dengan senyum canggungnya Ariella menatap kembali Carlson, perlahan meletakkan Riella di sampingnya dan berkata sambil turun dari tempat tidur,”Kalau begitu aku serahkan kembali Riella padamu, aku kembali ke kamarku.”
Carlson mengangguk, dia terlihat sama sopannya dengan Ariella dan berkata,”Eng, maaf sudah merepotkanmu.”
“Tidak apa-apa,”jawab Ariella sungkan dan tertawa kemudian lanjut berkata,”Kamu juga sudah sibuk seharian, tidurlah lebih awal.” Setelah selesai berkata Ariella berbalik badan dan berjalan keluar, dia menggunakan langkah kaki tercepatnya untuk segera keluar dari sana seakan-akan ada binatang buas yang mengejar di belakang.
“Nona Ariella….” panggil Carlson ketika Ariella sampai persis di depan pintu kamar.
Ariella menoleh dan dengan sungkan tersenyum bertanya,”Apa masih ada yang ingin anda katakan?”
Carlson menyelimuti Riella kemudian dengan anggunnya berjalan ke arah Ariella dan berkata,”Aku ingin berbincang-bincang denganmu, aku tidak tahu apakah kamu bersedia dan akan memberiku kesempatan untuk berbincang-bincang denganmu?”
Tatapan mata Carlson jatuh pada dirinya, Ariella ingin mengalihkan pandangan akan tetapi dia takut terlihat oleh Carlson jadi dia tidak bergerak sedikitpun. Lagipula apa yang bisa mereka obrolkan selarut ini? Dan dia berkata memberinya kesempatan atau tidak, apa maksudnya? Apakah mungkin dia berpikir bahwa Ariella memiliki maksud lebih padanya? Ariella merasa tenang karena hatinya saat ini hanya benar-benar fokus pada pekerjaannya, dia tidak memiliki pemikiran untuk berkencan dengan laki-laki manapun apalagi sampai harus merusak rumah tangga orang. Carlson sendiri sudah angkat bicara jadi Ariella menggunakan kesempatan ini untuk berbicara baik-baik padanya, jika di kemudian hari bisa tidak bertemu Carlson itu lebih baik.
Ariella mengangguk dan menjawab,”Boleh.”
Mendengar Ariella menyetujui permintaannya itu Carlson merasa senang ini merupakan sebuah langkah baru untuk mendekatinya. Dengan begini akan mudah baginya untuk mendekati Ariella di kemudian hari. Akan tetapi belum juga Carlson menunjukkan kegirangannya itu, semua rasa itu terbakar habis oleh perkataan yang diucapkan Ariella berikutnya.
“Tuan Carlson aku menyetujui untuk datang ke rumah ini menemani Riella hanya karena aku benar-benar tulus menyukainya, lagipula aku kira malam ini anda tidak akan kembali ke rumah jadi aku rasa tidak apa-apa jika aku menginap malam ini di sini. Aku tahu anda sangat mencintai istrimu, jadi aku harap anda bisa tenang, aku tidak memiliki maksud lain terhadap anda.”
Carlson terdiam. Suara Ariella masih terdengar begitu lembut akan tetapi dia memberikan penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Kata-kata itu seperti pukulan keras di hati Carlson, hatinya terasa sakit. Carlson justru menginginkan Ariella untuk memiliki maksud lain pada dirinya, semakin banyak semakin baik, kenapa dia tidak memilikinya sedikitpun?
Melihat Calrson yang terdiam Ariella degnan tidak sungkannya menambahkan dan berkata,”Tuan Carlson, besok pagi aku akan segera pergi dari sini, mengenai membuatkan 3 pasang pakaian untuk keluarga anda aku akan segera menggambarkan desain awalnya dan mengutus orang untuk mengirimkannya pada anda, jika anda merasa tidak puas anda bisa menyuruhnya untuk menyampaikannya padaku.”
Ternyata sekalinya Ariella berbicara bisa sebanyak ini, akan tetapi Carlson tidak ingin lagi mendengarnya berbicara. Carlson dengan tidak mudahnya menahan emosinya tadi untuk tidak bertindak gegabah akan tetapi sekarang emosi itu mulai kembali dan tidak terkontrol. Carlson benar-benar hilang kontrol atas dirinya.
Carlson dengan sekali gerak meraih kepala Ariella dan belum sempat Ariella bereaksi dia sudah dengan ganasnya mencium bibir Ariella. Laki-laki yang sudah ‘haus’ dan menahannya selama 3 tahun sekalinya mencium Ariella dia menjadi seperti binatang buas yang dengan ganas melahap Ariella, dia seakan ingin mendapat apa yang tidak dia dapat selama 3 tahun terakhir ini. 3 tahun kerinduannya, 3 tahun kesendiriannya, 3 tahun keputus asaannya, semua itu meluap di dalam ciuman yang mendarat di bibir Ariella.
“UHH…” Ariella berusaha keras mendorong Carlson untuk menjauh darinya akan tetapi yang ada hanyalah gumaman tidak jelas yang keluar dari mulutnya. Ariella membelalakkan kedua matanya tidak mempercayai apa yang sedang terjadi dan seketika itu juga dia lupa ketika mendapat perlakuan seperti ini seharusnya dia memberontak dan mendorong tubuh Carlson keras-keras darinya. Ketika Ariella mendorong tubuh Carlson tidak terjadi apa-apa, Ariella tidak memiliki kekuatan lebih untuk mendorong Carlson karena di luar dugaan Ariella tenaga Carlson sangat besar.
Dia terlihat sangat terpelajar dan anggun mengenakan kacamata, akan tetapi tubuhnya sangatlah kuat bagaimanapun juga Ariella memberontak dan mendorongnya Carlson tidak bergerak sedikitpun. Karena Ariella tidak mampu mendonrongnya dia memikirkan cara lain, Ariella menginjak keras-keras kaki Carlson akan tetapi tetap saja seperti tidak merasakan sakit dia tidak berkutik sedikitpun, bahkan ciuman di bibir Ariella tidak terhenti sedikitpun. Emosi Ariella memuncak dan dia merasa sangat marah diperlakuakn seperti ini. Tidak lama sebelum ini Ariella masih merasa bahwa Carlson ada seorang laki-laki baik dan bijaksana, kenapa sekarang dia melakukan hal seperti ini pada Ariella? Bukankah dia sangat mencintai istrinya? Apakah laki-laki memang seperti ini selalu menginginkan lebih?
Di saat ketika Ariella sudah tidak berdaya lagi, Carlson melepaskannya.