Karena sangat banyak fans pembaca, kali ini akan mengubah naskah penulis menjadi film, menggunakan sutradara terkenal dan aktor yang ganteng, maka dari itu waktu persiapan sangat mendapatkan sorotan.
Jane adalah fans setia dari novel, waktu mulai perekaman film dia dan teman-teman sekolah pergi untuk datang melihat aktor, sebelum pemutaran film sering di internet melihat berita utama dari ringkasan cerita, membantu promosi dengan cuma-Cuma, yang merupakan perwakilan fans fanatik.
Karena dia sangat menyukainya, Farhan beberapa hari sebelum film tayang sudah membeli tiket, mengajak dia untuk menonton film perdana pada 8 Agustus.
Setelah melihat jawaban itu, hati Jane sangat sedih, tidak seharusnya membohongi dia, tetapi pesan palsu itu sudah terkirim, dia tidak dapat muncul dihadapannya, karena itu akan menjadi kesan yang tidak baik.
Setelah berpikir ulang, Jane sampai coffee shop di sebelah bioskop, memilih tempat duduk yang bisa melihat ke arah pintu depan bioskop. Dia diam di sana dan menunggu ?? menunggu saat semua orang keluar, jadi dia bisa melihat Farhan keluar dengan sedih.
Dia tahu, kesedihannya dikarenakan oleh dia tidak dapat menepati janji. Di sampingnya sepasang-sepasang kekasih bergandengan tangan, hanya dia yang sendirian.
Dia paling tidak bisa melihatnya sedih, begitu melihat dia sedih, tidak peduli dengan dirinya yang basah kuyup dan menyedihkan, dia langsung berdiri di depannya.
Saat ia melihat dia, matanya memancarkan kelembutan yang tak terlupakan olehnya ???? surprise! Senang!
Dia melakukan muka jelek dan berkata: ” Kakak Farhan Feng, senang tidak? Apakah surprise? ”
Farhan melihat dia begitu menyedihkan, dengan tegas berkata: “Mengapa bajumu bisa basah? ”
Jane dengan terbata-bata, dengan suara kecil menjawab: ” Karena kehujanan, maka basah lah. ”
Dia membuka t-shirt di badannya, lalu memberikan kepadanya: ” Pergi ke toilet dan gantilah. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang. ”
Dia dengan senyum yang konyol: ” hm…”
Malam itu, dia tidak bisa melihat film perdana, hari kedua dia merebut tiket lagi menemaninya menonton. Perhatian terhadapnya, setiap saat, dimana-mana, selalu dari kecil hingga sekarang.
Tetapi, dia tidak tahu kenapa, pada tahun-tahun yang sangat bagus, dia tiba-tiba menghilang dari kehidupannya, tidak dapat menemukanya lagi.
Memikirkan orang yang disukainya, hati Jane selalu rapuh, dia tidak tahu kapan dia meneteskan air mata, sampai ada sebuah tangan yang mengulur kepadanya, mematikan film.
Walaupun didalam mata Jane masih tersisa air mata, tetapi ketika Sebastian mengganggunya dengan sekejap dia langsung kembali ke kondisi pertarungan: “Apa yang kamu lakukan? ”
Dia menyodorkan tissu kepadanya: “Hapus air mata-mu. Di dunia ini, tidak ada masalah apapun yang bisa diselesaikan dengan air mata. ”
“Apa peduli-mu!” Jane merebut tissu dan menyekat air mata nya, dengan tatapan yang tajam melihat dia, orang yang banyak urusan, tahu apa dia.
Dia tidak tahu kenapa dirinya menangis, tidak tahu apa yang ditakutinya, tidak tahu apa yang disukainya, justru dia menjadi suami sah-nya.
Tetapi dia seorang pria riang yang mengertinya, mengetahui apa yang disukainya, tahu apa yang ditakutinya, yang selalu memperhatikan dia menghilang dari kehidupannya.
Jika pikir-pikir kehidupan dia adalah bahan tertawaan, sangat lucu.
Di waktu ini, kepala pramugari sendiri yang mengantarkan satu set makanan, dengan sopan berkata: “Nona, kita berada di udara waktu yang ditempuh adalah 8 jam, waktu penerbangan sangat lama, ini adalah makanan yang kami sediakan untuk anda, harap anda akan menyukainya. Jika memerlukan sesuatu, bisa segera memanggil kami.”
“Oh, terima kasih!” Jane menjawab, dan menyadari orang lain tidak ada, hanya dia yang mendapat pelayanan tersebut, “Apakah ini special service dari kalian? Karena hal tadi?”
Kepala pramugari diam-diam melihat Sebastian, dia tidak memberitahukan bahwa dia yang memesannya secara khusus, kepala pramugari itu juga tidak berani berkata, hanya mengikuti perkataan Jane: “Benar, harap anda tidak marah.”
Jane memang emosi, tetapi dia marah dengan Sebastian yang menuduhnya, bukan dengan para pramugari, dia tertawa: “Saya sudah tidak marah lagi. Sudah merepotkan kalian. ”
Kepala pramugari berkata: “Memuaskan penumpang, adalah amanat kami. ”
Jane tertawa, tidak melanjutkan pembicaraan, membalikan muka nya bertanya kepada Sebastian : “Kelihatannya enak, apa kamu mau makan? ”
Dia tidur dengan sangat lelap, masih mengorok, sama sekali mengabaikan orang yang memberikan uang disampingnya.
??tidak memperhatikan orang yang memberikan uang, Walaupun dia mengabaikan orang yang memberikan uang, tetapi mata orang yang memberikan uang selalu di badannya yang tidur terlelap, setengah jam pun tidak berpindah, juga tidak tahu apa dalam pikirannya.
Setelah lelah tidur dengan satu posisi, Jane membalikkan badannya dan terus tidur, tetapi waktu membalikkan badannya, selimut yang menutupi badannya terjatuh.
Sebastian dengan cepat, menangkap selimut sebelum jatuh, lalu menyelimutinya lagi.
Tetapi karena duduk di kursi maka tidak bisa tidur dengan nyaman, Jane tidak dapat menemukan posisi tidur yang nyaman, beberapa kali membalikkan badannya ditengah mimpinya, dan beberapa kali selimutnya jatuh.
Selama perjalanan dia tidur, tidak tahu berapa kali selimut yang menyelimutinya jatuh, berapa kali Sebastian diam-diam menyelimutinya kembali.
Dia tidak tahu, dia tidak bisa tidur dengan anteng, waktu tangan bergerak, ternyata menampar muka Sebastian, membuat dia mengertakan giginya, ingin sekali mencekik dirinya
Jika dia tidak tidur seperti babi mati, Sebastian bahkan akan mengira dirinya sedang berpura-pura tidur, tujuannya untuk membalasnya.
“Kakak Farhan Feng??.” Dalam mimpinya, dia mengigaukan satu nama, membuat pria yang menatapnya dengan segera berubah aura muka.
Sebastian bermuka masam, dengan suara yang tajam memperingatinya: “Jane, coba kau panggil lagi. ”
Seperti sedang menantang saja, Jane memonyongkan bibirnya, sekali lagi meneriakan tiga kata “Kakak Farhan Feng??.”