Duar!
Baru saja keluar dari rumah Carlson bunyi putir bergemuruh bersautan di angkasa, langit berubah gelap, sepertinya sebentar lagi hujan badai akan turun. Ariella seharusnya pulang lebih awal akan tetapi Riella kecil terus mengajaknya bermain sampai Ariella lupa waktu dan pada akhirnya Ariella pulang larut malam. Ariella ingin pulan sendiri akan tetapi Carlson memaksa untuk mengantarnya pulang. Tidak hanya Carlson, Riella kecil juga mau mengantarnya pulang, dan sekarang Ariella sudah duduk di baris kedua bagian kanan mobil, Carlson duduk di bagian kiri dan Riella kecil beserta anjing kecil Mian Mian duduk di antara mereka berdua.
Riella kecil hari ini terlihat begitu ceria dan bahagia, sebentar-sebentar dia duduk di atas pangkuan Carlson dan bermanja-manja padanya, sebentar lagi dia naik ke atas pangkuan Ariella dan bermanja-manja padanya, dia merasa dirinya sekarang adalah seorang anak yang memiliki papa dan mama.
Meskipun demikian Ariella merasa sedikit tidak peduli entah karena cuaca yang buruk atau karena hatinya tergesa-gesa ingin segera pulang. Papa sudah menelponnya berkali-kali menyuruhnya untuk pulang akan tetapi sopir menyetir mobil dengan kecepatan yang bisa dibilang pelan, Ariella merasa kecepatan mobil ini masih lebih pelan dibandingkan jika Ariella berlari. Jika terus menerus menyetir dengan kecepatan sepelan ini bisa-bisa besok pagi Ariella baru bisa sampai di rumah.
Terdengar gemuruh petir lagi di angkasa dan hujan turun. Malam yang gelap, hujan turun dengan lebatnya dan terlihat mobil yang semakin sedikit di jalanan, di depan mata hanya terlihat kegelapan. Ariella sudah melewati banyak malam seperti ini, dia berlari sendiri, berteriak dan terus berlari, mungkin dengan dia berlari dan menerobos pintu itu dia bisa melihat terang, dia bisa melihat orang yang selama ini dia tunggu-tunggu. Akan tetapi tidak peduli dia sekencang apa ketika berlari dia tetapi tidak bisa menemukan tujuan akhirnya seakan ada sebuah benda kasat mata yang terus menahan langkahnya. Ariella tiba-tiba merasa takut, dia takut sampai-sampai tanpa terasa di mengepal erat kedua tangannya untuk menahan rasa takutnya.
“Kakak jangan takut, ada papa di sini. Papa pasti akan melindungi Riella besar dan Riella kecil.”
Semua orang mengatakan anak kecil itu tidak mengerti apa-apa, akan tetapi sebenarnya mereka justru bisa melihat sesuatu yang orang dewasa tidak dapat melihatnya. Riella kecil tahu hari ini papanya gembira itu semua karena kehadiran Riella besar.
Riella kecil meraih tangan Ariella dan menggenggam erat tangannya, Ariella seketika itu juga merasa tidak setakut tadi dan dia tersenyum memandang Riella kecil dan berkata,”terima kasih Riella kecil, sekarang Riella besar sudah tidak takut lagi.”
Suara Riella kecil yang renyah sekali terdengar,”Kakak, kakak harus ingat nomor telpon Riella ya, nanti sampai rumah ingat cari Riella.”
“Oke,” jawab Ariella sambil mengangguk, kemudian dia mengeluarkan HP dan mengetika nomor telpon yang Riella kecil sebut dan menyimpannya.
“Ini nomor papa, jika kakak merindukanku bisa menelpon papa dan kakak pasti akan langsung menemukanku,” ucap Riella kecil.
“Oke,” jawab Ariella lagi sambil mengangguk, kemudian dia memandang Carlson yang saat itu juga sedang memandang Ariella. Carlson mengangguk pelan dan tersenyum ke arah Ariella tanpa mengatakan apa-apa.
Setengah jam kemudian Ariella sampai di rumah dan setelah melihat mobil yang mnegantarnya pergi Ariella baru berbalik badan dan masuk ke dalam rumah.
……
Di dalam gelapnya malam mobil Carlson masih terus melaju menembus hujan. Di dalam mobil duduk Carlson yang tampan dan di dalam pangkuannya duduk Riella kecil yang cantik dan molek seperti sebuah boneka barbie dan di dalam pelukannya terdapat seekor anjing pom putih.
“Riella masih ada waktu beberapa saat sebelum kita sampai rumah, letakkan Mian Mian di bawah dan kamu tidur di pelukan papa ya?” ucap Carlson lembut sambil menciumi pipi Riella kecil.
Riella kecil mendongak kemudian mencium wajah Carlson dan dengan suara renyah menjawab,”Papa, Riella masih ingin bermain dengan Mian Mian sebentar lagi ya.”
“Oke, kalau begitu Riella main lagi.” Selama 3 tahun ini Carlson tidak pernah bisa menolak permintaan putrinya, tidak peduli Carlson pergi kemana dia pasti akan membawa serta Riella dan Mian Mian kecil bersamanya. Dirinya dulu sudah kehilangan Riella besar, Mian Mian besar juga sudah pergi jadi sekarang dia tidak akan memberikan kesempatan pada siapapun untuk menyakiti Riella kecil dan Mian Mian kecil.
“Mian Mian aku suka Riella besar apakah kamu juga menyukainya?” tanya Riella kecil serius pada Mian Mian kecil.
“Guk guk guk….” gonggong Mian Mian kecil yang menandakan dia juga menyukai Ariella.
Riella kecil mengelus kepala Mian Mian kemudian menciumnya dan berkata,”Kalau begitu Riella besar adalah kakakku dan Mian Mian.”
Ciiiitt!
Tiba-tiba sopir menginjak rem mendadak.
Carlson dengan segera memeluk erat dan melindungi Riella kecil di dalam pelukannya kemudian bertanya,”Ada apa?”
Sopir menoleh ke belakang kemudian berkata,”Direktur, ada seorang tergeletak di jalan, tubuhnya berdarah-darah.”
“Putar cari jalan lain,” jawab Carlson dingin. Dia tidak pernah mau ikut capur urusan orang lain, dia juga tidak peduli dengan hidup dan mati orang lain.
“Baik,” jawab sopir kemudian memutar setir ke arah kiri dan berjalan melewati laki-laki yang tergeletak di jalannan itu.
“Papa, tolong kakak itu….” ucap Riella kecil.
Lampu jalanan menerangi tubuh laki-laki itu, mobil melaju melewati tubuhnya Riella kecil tidak sengaja melihat darah yang terdapat pada tubuh laki-laki itu. Riella kecil merasa sedikit takut akan tetapi dia masih tetap meminta Carlson untuk menolongnya.
“Riella, apa kamu mau menolong kakak itu?” tanya Carlson sambil mengelus kepala Riella dengan lembut.
“Eng, tolong kakak itu,”jawab Riella kecil sambil mengangguk dengan tegas.
“Oke, Riella yang membuat keputusan,” jawab Carlson sambil mencium wajah Riella kecil, kemudian dia melihat lagi ke arah laki-laki yang tergeletak di jalanan itu dan memerintahkan sopir berkata,”Angkat dia ke dalam mobil dan antar dia ke rumah sakit.”
Usia laki-laki ini sekitar 15 atau 16 tahun, di tubuhnya banyak luka sayatan, saat ini masih ada sedikit kesadaran pada dirinya dan pertologan ini masih bisa menyelamatkan nyawanya.
“Papa, apa kakak ini akan baik-baik saja?” tanya Riella sambil mengedipkan matanya yang indah, dia menatap papanya menunggu jawaban.
“Asalkan Riella kecil berpikir dia baik-baik saja, dia pasti akan baik-baik saja,” jawab Carlson.
Riella kecil dengan penuh tenaga mengangguk,”Riella akan berpikir kakak ini baik-baik saja.”
“Iya,”jawan Carlson.
Karena Riella kecil menginginkan laki-laki ini baik-baik saja setibanya di rumah sakit dokter terbaik memberinya pertolongan cepat dan nyawa laki-laki ini terselamatkan.
……
Hujan masih turun dengan lebatnya dan itu membuat hati Ariella cemas tidak beraturan. Setelah meminum obat Ariella berbaring di atas tempat tidur kaan tetapi dia tidak langsung tertidur, di dalam otaknya masih terayang wajah Riella kecil yang cantik itu. Mengingat senyum manis Riella kecil, mengingat suara renyah dan lembut Riella kecil dan mengingat semua ekspresi wajah Riella kecil. Ariella bukannya tidak pernah betemu anak kecil entah kenapa ketika dia melihat Riella kecil dia merasakan hatinya meleleh. Riella kecil juga menyukainya kan, ketika dia meninggalkan ruamh Carlson Riella kecil tidak rela Ariella pergi dan sampai terakhir di memaksa Carlson untuk mengantar Ariella pulang. Tadi ketika turun dari mobil Ariella dan Riella kecil sudah berjanji dalam waktu 2 hari ini pergi menemui Riella kecil. Ariella tidak habis pikir kenapa dia bisa mengiyakan ajakan Riella kecil itu dan dia mengingatnya di dalam hati.