Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 456 Dia Tidak Ingin Pergi
Carlson terlihat sangat tampan pada saat tersenyum, Ariella tidak tahu harus menggunakan kata apa untuk mendeskripsikan senyuman Carlson.
Jika benar-benar memaksa dia untuk memberikan satu kata yang mengambarkan senyuman Carlson, maka dia sudah pasti akan menggunakan barang yang sangat berharga untuk menggambarkan senyuman Carlson.
Pada saat pertama kali dia mengenal Carlson, Carlson sangatlah jarang tersenyum, pada saat tersenyum dia hanya menggerakkan sedikit sudut bibirnya, membuat orang tidak tahu apakah sebenarnya dia sedang tersenyum.
Dalam waktu yang panjang, Ariella mengira jika Carlson adalah orang yang sangat serius dan tidak suka tersenyum, bahkan menganggap jika dia tidak bisa tersenyum.
Kemudian dia baru mengetahui, jika beban yang dia tanggung sangatlah berat, dia sudah terbiasa menggunakan ekspresi yang dingin untuk mengatasi segalanya.
Tetapi pada saat dia melepaskan topengnya, dia hanyalah seorang anak kecil, seseorang yang pada sakit takut meminum obat, anak kecil yang takut disuntik oleh jarum.
Ada saatnya, Carlson menjadi sangat kekanakan ada saatnya merasa cemburu dengan Hansel, takut jika anak perempuannya bertumbuh dewasa, takut jika anaknya dibawah kabur oleh Hansel.
Bisa tertawa, bisa marah, ada kalanya bisa kekanakan—Carlson yang seperti ini barulah Carlson yang sesungguhnya.
Ariella sangat berusaha, membuat Carlsonnya tetap menjadi dirinya sendiri, mempertahankan wujud aslinya.
Dia selalu berusaha, berusaha untuk menjadi istri yang baik, dibelakang Carlson mendukungnya, memberikan dia tenaga.
Tetapi mau dia seberusaha apapun, dia tetap tidak memiliki cara untuk menyemangati dia, tidak bisa menjadi istri sesuai dengan imajinasi dia.
“Ariella, aku berkata denganmu, bisakah kamu sekali saja mengingatnya baik-baik?” Carlson berkata dengan sangat marah, seakan-akan ingin melemparkan wanita bodoh ini jatuh kedalam mulut ikan hiu.
“Semua perkataan yang pernah kamu katakan kepadaku, aku selalu mengingatnya, mengingat dengan sangat jelas, aku sama sekali tidak pernah melupakannya.” Mungkin dikarenakan pengetahuan Ariella yang sudah buram, perkataan Ariella semakin lama semakin banyak.
Membuat Ariella memiliki kenangan yang begitu mendalam adalah pada saat hari kedua setelah mereka menikah, Carlson berkata dengannya, tidak peduli akan terjadi hal apa, kita berdua akan melewati hari dengan baik, tidak akan begitu mudah mengucapkan kata berpisah.
Mulai dari sana, Carlson berusaha menjadi suami yang baik, pada saat Ariella membutuhkannya, dia selalu bisa muncul dihadapan Ariella, memberikan semangat yang besar untuknya.
Dahulu pada saat bisnis sedang dibangun, ada orang yang mencari masalah dengan Ariella, Carlson memberi tahu Ariella, jika orang yang berada dibelakangnya adalah presiden.
Pada saat Ivander mencarinya, dia dengan segera muncul disamping Ariella, menggunakan gerakan memberitahu orang itu, jika Carlson adalah suami dari Ariella.
Dia tidak hanya pernah sekali mengatakannya kepada Ariella, bahwa Carlson adalah suaminya, merupakan seseorang yang bisa dia andalkan tanpa perlu imbalan sedikitpun.
Carlson tidak tahu, jika karena Carlson sangat sangat baik terhadapnya, orang yang sangat baik selain ibunya, barulah Ariella berusaha sekuat tenaga untuk memperlakukan Carlson dengan baik, tidak mau membuat Carlson melakukan banyak hal demi dirinya.
Ariella tidak bersedia untuk berbicara, maka Carlson hanya bisa turun tangan langsung untuk memeriksanya, dia menyapukan pandangannya, meilihat jika terdapat dua lingkaran hitam pada kulit kakinya.
Carlson mengangkat kaki Ariella, dengan cepat memeriksa lukanya, lukanya sangatlah kecil, sehingga tidak kelihatan, gigitan liar ini, dan lukanya juga sangatlah kecil, tetapi memiliki racun yang begitu kuat, otak Carlson langsung berfikir jika itu merupakan bekas gigitan ular berbisa.
“Apakah kamu tadi digigit oleh ular?” dia merasa sangat marah, tetapi dia berusaha untuk menenangkan dirinya dan berkata lagi kepada Ariella,”apakah kamu melihat wujud ular itu?”
“Aku tidak tahu.” Ariella menggeleng-gelengkan kepalanya, otaknya sangatlah buram, jika dia tadi benar-benar melihat ular itu dengan sangat jelas, tetapi dalam waktu ini dia pasti sudah melupakannya.
Carlson mendudukkan Ariella ditempat yang lebih mudah untuk bergerak, merobek kemejanya dan mengikatkannya erat-erat pada kaki Ariella, mencegah racun tersebar.
Carlson tidak berfikir panjang, mengangkat sedikit kaki Ariella, menundukkan kepalanya menuju luka Ariella, dan dengan cepat mengigitnya dan memuntahkan darah hitam dari mulutnya.
“Carlson, jangan seperti ini, aku tidak ingin kamu terkena masalah.” Ariella menggeleng-gelengkan kepalanya, berfikir ingin menarik kakinya, tetapi dia tidak berdaya tenanganya terlalu kecil, dan tenaga Carlson sangatlah kuat, dia sama sekali tidak bisa bergerak.
“Tidak usah bergerak sembarangan! Didalam mulutku tidak ada luka, tidak akan terjadi masalah apa-apa.” Carlson berkata ringan, dan sekali lagi menundukkan kepalanya dan menghisap luka Ariella, dan sekali lagi mengeluarkan darah hitam dalam mulutnya.
“Carlson, jangan seperti ini!” Ariella menyebutkan namam nya dengan ringan, merasa terharu dan mengeluarkan air mata.
“Jangan menangis!” Carlson membantu dia menghapuskan air matanya, melanjutkan mengeluarkan racun dari tubuhnya.
“Carlson??.” Sebenarnya banyak hal yang ingin Ariella katakan pada Carlson, tetapi pandangan dia semakin lama semakin buram, semua hal yang ingin dikatakannya sudah sepenuhnya dia lupakan.
Beberapa saat, dia seperti melihat begitu banyak orang, melihat ibunya yang sudah meninggal, melihat Zeesha, melihat Ivander??. Mereka seperti sedang melambaikan tangan kepadanya, seperti memanggil dia untuk mengadakan pesta bersama mereka.
“Kalian tidak usah menahanku, aku tidak akan pergi dengan kalian!” Ariella menggunakan tenaga menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak ingin mengikuti mereka, dia hanya ingin berada disamping Carlson, berada disamping Riella kecil.
Dia sudah meninggalkan Carlson dan Riella selama tiga tahun, sudah melewati pertumbuhan Riella, melewati Carlson.
Dia melewati begitu banyak hal, maka dari itu sekarang dia sama sekali tidak ingin meninggalkan mereka, dia ingin tinggal disisi ayah dan anak itu, menemani mereka melewati hari.
“Ariella, kamu harus bangun, tidak boleh tidur, apakah kamu tahu?” Carlson memuntahkan darah hitam yang berada dimulutnya, dengan sekuat tenaga mengguncang-guncangkan bahu Ariella.
“Tetapi aku sangatlah ngantuk, ingin tidur sebentar.” Otak Ariella sudah dipenuhi oleh kabut, sudah hampir tidak bisa mendengar suara Carlson, didepan matanya semua adalah kepingan-kepingan hitam, seperti hati sudah malam.
Carlson mengerti, jika racun dari ular tersebut sudah pasti menjalar kedalam tubuh Ariella. Takutnya jika dia sudah tertidur, dia akan sulit untuk bangun lagi.
Carlson memutar otaknya, berusaha menggunakan nada suara yang ringan kepada Ariella:”Ariella, kamu bilang Riella kita saat ini sedang melakukan apa?”
“Riella kecil?” menyebut Riella, dalam sesaat Ariella mendapat semangatnya kembali,”Riella kita pasti sedang bermain petak umpet dengan abang Hansel. Jika orang yang bermain petak umpet sangat banyak maka permainan itu barulah akan menjadi semakin menyenangkan, jika Riella kecil memiliki adik lagi maka akan sangat bagus.”
“Apakah kamu berfikir ingin memberikan berapa adik kepada Riella?” Carlson tahu, jika Ariella selalu menyukai anak-anak.
Dia dulu pernah berkata, jika sedikitnya dia ingin melahirkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan, nantinya jika terjadi sesuatu pada anak-anak, mereka bisa saling membantu.
“Ada! Aku ingin melahirkan banyak anak untukmu, ingin memberikan teman bermainn yang banyak untuk Riella, tetapi??.” Berkata sampai sini semangat Ariella tiba-tiba meredup,”tetapi Riella sepertinya tidak menyukai mempunyai adik.”
Carlson sekali lagi mengeluarkan darah hitam dari kaki Ariella, dan berkata:”Riella kecil bukannya tidak menyukai memiliki adik. Dia hanya banyak mendengarkan perkataan orang, dan dia mempercayainya. Dia mengira jika dia memiliki adik, ayah dan ibunya tidak akan menyayangi dia lagi. Hanya dengan membiarkan dia tahu, jika sudah memiliki adik nanti, ayah dan ibunya masih tetap akan menyayanginya, dia begitu pintar, dia pasti akan menerima mempunyai adik.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK