Setelah badai topan lewat, suhu udara di kota Pasirbumi pun turun beberapa derajat.
Suhu yang segar di musim gugur ini adalah musim dengan cuaca terbaik di Pasirbumi, banyak keluarga yang memilih berjalan-jalan di Pasirbumi saat musim ini.
Setelah istirahat beberapa hari, pemulihan luka Efa berjalan dengan baik, kemarin dokter bilang jika progres pemulihannya seperti ini, 1 minggu lagi dia sudah bisa keluar dari rumah sakit.
Keadaan Efa membaik, mamanya sangat senang, dia pun membuat rencana liburan setelah Efa kembali ke rumah.
Dia berpikir kalau Efa sudah sembuh, satu keluarga bisa ke Blue Sea Villa, melihat-lihat laut, bersantai di tengah angin laut, dan juga bisa menenangkan pikiran.
Tidak tahu apakah karena Ibu Carlson sibuk sampai terlalu malam, atau karena terlalu santai setelah mendengar keadaan Efa membaik, keesokan harinya sakit lamanya itu kembali lagi, dia pun terbaring di ranjang dan tidak dapat bangun.
Ibu Carlson terbaring di ranjang dan tidak dapat bangun, Ariella pun menggantikan tugasnya untuk membuat sup dan mengantarkannya ke rumah sakit untuk Efa.
Karena ada Darwin yang menemani Efa di rumah sakit, Efa tidak bilang apa-apa, tapi semuanya bisa melihat dia sangat senang, maka keluarganya pun tidak memperdebatkannya dengan Darwin.
Saat Ariella datang ke rumah sakit, dia melihat Darwin sedang menelepon di koridor, dan jaraknya pun sedikit jauh, dia tidak mendengar dia bicara apa, hanya melihat raut wajahnya tidak begitu baik, dia juga tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi?
Mungkin mereka masih belum menemukan petunjuk siapa yang menculik Efa, jadi raut wajahnya pun tidak baik.
Setiap memikirkan penculik yang menculik Efa, hati Ariella selalu gemetar, dia selalu merasa akan terjadi sesuatu yang tidak baik.
Di saat Efa diculik, terjadi dua hal aneh di sekitar Ariella, yang pertama adalah sepatu kristal buatan tangan yang diterima oleh Riella, lalu telepon dari orang tak dikenal yang diterimanya di tengah malam.
Tentang sepatu kristal itu, dia tidak bilang ke Carlson, dia tidak mau Carlson khawatir dengan dia dan Riella.
Tentang telepon dari orang tak dikenal itu, Carlson sudah menyuruh orang untuk diperiksa, dia sudah mendapatkan lokasi persis dimana orang tak dikenal itu menelepon, tapi sampai sekarang masih belum bisa mengetahui orang itu siapa.
Mereka sudah bisa memastikan orang yang menculik Efa dan orang yang menelepon Ariella itu orang yang sama, tapi sampai sekarang mereka masih belum tahu dua kasus itu punya hubungan apa.
Tentang penculik Efa ini, Carlson tidak mau bicara terlalu banyak ke Ariella, jadi detail yang dia tahu pun tidak banyak.
Ariella menggoyangkan kepalanya agar dirinya tidak mau berpikir yang aneh-aneh, Carlson dan Darwin pasti akan menangkap orang misterius itu, semuanya pasti akan membaik.
Dia hanya perlu menjaga Riella dengan baik, menjaga satu keluarganya dengan baik, membantu Carlson mengurus urusan keluarganya, jangan sampai membuat dia khawatir.
Ariella diam-diam menghirup nafas dalam-dalam, menyembunyikan semua rasa khawatirnya, wajahnya dengan tersenyum masuk ke dalam ruang pasien.
“Cici sudah datang.” Efa tersenyum ke Ariella, lalu matanya pun melihat ke belakang Ariella lalu bertanya, “mama hari ini tidak datang ya?”
Ariella tersenyum, dia meletakkan kotak makannya, dia menghampiri Efa dan membantu dia untuk duduk, lalu dia menarik meja makan.
Setelah itu, Ariella mengelus kepala Efa dan bilang: “mama hari ini sedikit tidak enak badan, aku datang menemani kamu. Kamu jangan-jangan tidak suka sama cici ya.”
“Bagaimana mungkin?” Efa menarik tangan Ariella, lalu dia mengelus-eluskan kepalanya di tangannya, “aku paling paling paling suka sama cici.”
“Kami semua tahu mulut kamu memang manis.” Ariella tersenyum dan bilang: “cepat makan, jangan sampai kelaparan.”
“Ci????” Efa mengedipkan matanya, wajahnya yang dari dulu tidak pernah ada rasa malu, wajahnya tiba-tiba mencurigakan, “aku sekarang tidak mau makan, kamu temani aku ngobrol sebentar, nanti kalau aku lapar baru aku makan.”
Dia mau menunggu Darwin, menunggu Darwin menyuapi dia makan, sekalian mau siksa Darwin dengan mengeluarkan semua kebenciannya yang menumpuk di hatinya selama beberapa tahun ini.
“Baiklah, nanti kamu lapar kamu baru makan.” Efa itu anak yang bertumbuh di tangan semua orang di keluarganya, sebagai cici iparnya, Ariella juga menyayanginya sebagai anak.
Walaupun Ariella hanya lebih tua dua tiga tahun dari Efa, tapi dia melihat dirinya sebagai senior yang harus merawat Efa.
“Ci, Riella akhir-akhir ini ngapain saja? Kenapa tidak datang lihat bibi kecilnya ini? Apa karena dia tidak terima hadiah dari bibinya jadi dia marah sama bibinya?” tiduran di ranjang rumah sakit itu sangat membosankan, Efa sangat berharap Riella bisa menemaninya.
Ariella menjawabnya dengan lembut: “Riella setiap hari selalu menyebut bibi kecilnya, dia berharap bibinya itu cepat sembuh lalu menemaninya bermain.”
Efa membalasnya dengan sakit hati: “jadi dia hanya mau bermain, bukan kangen dengan bibinya ini.”
Ariella tersenyum: “kalau Riella mendengar bibinya seperti ini bicara tentang dia dia pasti akan sakit hati dan sangat sedih.
“Baik aku tidak bicara tentang Riella lagi.” Efa menarik-narik lengan Ariella dan berkata dengan manja, “Ci kamu jangan beri tahu Riella ya.”
Ariella tertawa: “bibi kecilnya sayang Riella seperti itu, aku pasti hanya beri tahu yang baik-baiknya saja.”
“Terima kasih ci!” Efa lagi-lagi mengeluskan kepalanya di lengan Ariella. “Koko Carlson dia akhir-akhir ini sibuk apa?”
“Dia sibuk cari penjahat.” menyebut kata penjahat, senyuman di wajah Ariella tiba-tiba hilang, lalu berkata: “orang itu tidak memberikan petunjuk yang berguna, sudah dicari beberapa hari ini, tidak ada perkembangan sedikitpun.”
“Ini semua karena ulah kakek, dipikir-pikir orang itu juga korban????.” memikirkan penculik itu, Efa menjadi sangat benci dan kesal, dia pun tidak sabar ingin mengembalikan semua yang dirasakannya itu ke penculik itu.
Tapi setiap dia sadar kembali bahwa dia masih hidup, semua dendam itu seperti tidak sepenting itu lagi.
Apalagi melihat mata penculik yang rumit itu ketika dia menyebutkan anak perempuannya, matanya itu seperti menggambarkan sangat dekat tapi tidak dapat didekatinya.
Membelek perut dan mengambil anaknya, benar-benar cara yang sangat kejam, orang itu sangat membenci kakek dan menculiknya untuk balas dendam, Efa merasa dirinya bisa mengerti.
Membelek perut dan mengambil anaknya?
Setiap mendengar kalimat itu, kepala Efa tiba-tiba muncul pikiran sesuatu yang berhubungan.
Dia melihat Ariella lalu teringat semua yang dihadapi oleh Ariella, bukannya Riella itu diambil secara paksa dari perut Ariella oleh orang suruhan kakek.
Memikirkan ini, detak jantung Efa bertambah cepat seperti mau keluar dari mulutnya.
Di hari itu penculiknya itu bicara tentang anaknya yang diambil secara paksa, apakah itu Ariella?
Tidak tidak tidak, Efa sekuat tenaga menggoyangkan kepalanya, dia mencoba untuk menghilangkan pikirannya itu, orang itu pasti tidak ada hubungannya dengan cici iparnya itu, pasti tidak akan ada.
Ariella bertanya dengan khawatir: “Efa, kamu kenapa?”
Muka Efa memucat, menggoyangkan kepalanya: “ci, aku tidak apa-apa, hanya kepala sedikit pusing, aku mau istirahat sebentar.”