Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 887 Kamu Ini Sebenarnya Siapa


“Aku tahu! Hanya saja aku yang salah paham.” Lourdes menjulurkan tangannya dan berencana untuk menarik Vanessa, tetapi ia sudah berjalan mundur dan tidak membiarkannya menyentuhnya.


Wajah Vanessa mulai pucat, ia mencoba untuk memberikan tangannya kepada Lourdes, tetapi ia tidak berani untuk melangkah kearahnya.


Benar, bukan ia yang tidak mau mendekati Lourdes, tetapi masa kelam yang ditinggalkan Lourdes kepadanya membuatnya ia tidak bisa menghadapinya seperti dulu lagi.


Ia berusaha untuk berbicara, ia ingin menjelaskannya, tetapi ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, ia hanya menundukkan kepalanya dan mengigit bibirnya.


“Vanessa…..” Lourdes memanggil namanya.


“Iya?” Ia masih saja belum berani untuk mengangkat kepalanya, ia masih bersembunyi darinya.


“Ayo jalan, aku makan.” Lourdes tidak jadi menjulurkan tangannya dan menggenggam tangannya.


Walaupun dia tidak memiliki mata di belakang kepalanya, tetapi ia bisa berasakan bahwa Vanessa melihatnya ketika ia tidak melihatnya.


Belakangan ini, ia terus begitu, hanya saja ketika Lourdes tidak melihatnya, ia baru melihat dia dengan serius, seperti ia melihat seseorang yang sama sekali belum dikenalinya.


Atau, apakah ia masih belum begitu yakin kalau ini adlaah Lourdes yang dia kenal.


Atau, rasa sakit yang dibuat Lourdes terhadapnya itu sudah terlalu membuat dia menderita, membuat ia menjadi tidak bisa seperti dulu lagi begitu mencintai Lourdes.


Berpikir bahwa Vanessa mungkin tidak bisa menerima ia lagi, Lourdes merasa sedikit terpukul, hatinya terasa sangat berat, saat ini ia sangat ingin membalikkan badannya dan langsung berjalan kearahnya dan memeluknya dengan erat.


Tetapi ia tidak bisa, karena ia takut ia hanya membuat ia tambah takut.


Seumur hidupnya ini, ia tidak mau menyakitinya lagi, ia tidak mau membiarkan dia ketakutan lagi.


Jelas-jelas ia sendiri yang pernah berkata bahwa ia akan menjaganya, jelas-jelas ia sendiri yang pernah berkata bahwa ia tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya, tetapi yang benar-benar menyakitinya adalah dirinya sendiri.


……….


Dimeja makan, kedua orang itu pun makan dalam keadaan yang sangat sunyi, siapa pun tidak berani berkata apa-apa dan memilih untuk diam, sampai ketika sumpit mereka berdua sama-sama menjepit sepotong daging yang sama.


Vanessa segera menarik sumpitnya dan berkata: “Aku sudah selesai makan…..kamu makan perlahan.”


Dia baru memakan dua suap nasi, nasi yang ada didalam mangkoknya masih belum ada perubahan, dia juga belum makan sayurnya, bagaimana ia sudah bisa kenyang.


Lourdes menjepit sayur dan meletakkannya dimangkoknya: “Kamu temenin aku makan sebentar.”


“Baiklah.” Vanessa menganggukkan kepalanya, lalu mengambil sumpitnya lagi dan memakan dua suap nasi, dan ia sama sekali tidak memakan sayur yang diambilkan Lourdes.


“Makan sayurnya.” Lourdes mengambilkan sayur untuknya lagi.


“Baik.” Vanessa pun mengangukkan kepalanya, kali ini ia baru mengambil sayur yang diberikan Lourdes dan memakannya.


Melihat ekspresinya yang seperti ini, Lourdes sedikit merasa emosi, lalu ia meletakkan sumpitnya: “Temenin aku makan saja sesusah ini yah?”


Vanessa menggeleng-gelengkan kepalanya.


Lourdes pun menghela nafas dan berkata: “Kalu begitu baik-baik temenin aku makan.”


“Baik.” Vanessa menganggukkan kepalanya, lalu menegakkan badannya dan mengambil beberapa sayur dan memasukkannya kedalam mulutnya, lalu memakan nasi.


Melihat ia yang makan dengan lahap, kali ini Lourdes baru mengambil sumpitnya lagi.


Lourdes mengambil sayur yang dimasakkan sendiri oleh Vanessa dan memakannya.


Vanessa rahu kalau Lourdes suka makan daging, terutama sapi lada hitam, dulu ketika di keluarga Handaja ada seorang tukang masak yang sangat mahir memasak masakan ini.


Vanessa pernah menemani bibi itu dan belajar memasak masakan ini, tetapi ia tidak tahu kenapa, apa mungkin ia tidak cocok untuk masak, tidak ada sekali pun masakannya dia yang enak.


Melihat Lourdes yang menghabiskan masakannya dalam sekali makan, ia tiak bisa menahan dirinya untuk menjulurkan tangannya dan mengambilkan sayur itu untukkanya dan berkata: “Kalau enak, makan lebih banyak.”


“Enak sekali.” Lourdes melihat kearahnya, melihat wajah Vanessa yang pucat iut mulai memerah, hatinya merasa senang, lalu ia memakannya dua potong lagi, “Berlemak teapi tidak jelak, sudah hampir bisa menjadi koki professional.”


“Kalau kamu suka, kamu boleh sering makan disini.” Kata-kata seperti ini, dulu Vanessa juga pernah mengatakannya, hanya saja pada saat itu, dia tidak mengatakannya dengan hati-hati, kali itu ia mengatakannya dengan sangat sombong.


“Baik.” Didepan Lourdes, ia serasa melihat Vanessa yang dulu.


Karena masalah keluarga Shentul sedikit kompleks, ayah Vanessa sudah meninggal saat dia masih kecil, ia tumbuh besar bersama kakeknya, jadi ia selalu hidup dibawah aturan keluarga Shentul.


Saat ia masih kecil saja, ia sudah bisa mengontrol dan menyimpang perasannya didepan banyak orang, hanya saja ketika ia ada didepan kakeknya, ia baru berani menunjukkan dirinya yang sebenarnya.


Hanya saja ketika ia ada didepan kakeknya, mereka baru bisa melihat Vanessa yang bahagia dan tidak ada perasaan khawatir akan apapun.


Tetapi sekarang, walaupun ia sedang ada didepan kakeknya, mereka sangat jarang melihat wajahnya yang bahagia itu lagi.


Setelah mereka menyelesaikan percakapan mereka, mereka berdua tidak berbicara lagi, suasana di ruang makan itu sangat sunyi sampai jika ada jarum yang jatuh pun pasti bisa kedengaran.


Ding Ling Ling….


Suara telepon itu memecah kesunyian diantara mereka.


Telepon Vanessa yang berbunyi.


Dia pun memberikan senyum untuk minta maaf dan mengangkat teleponnya, ketika ia mengambil handphonenya dan melihat itu adalah telepon orang saing, ia tidak ingin mengangkatnya, tetapi ia juga takut kalau ia menyia-nyiakan telepon yang penting, lalu ia pun mengangkatnya dengan sopan: “Halo!”


“Vanessa, apakah itu kamu?” Dari dalam handphonenya terdengar suara laki-laki, suara laki-laki yang sangat familiar ditelinga Vanessa.


“Kamu ini siapa?” Suara ini membuat Vanessa langsung terkejut dan membuat ia merasa takut, dengan terpaksa ia menoleh dan melihat kearah laki-laki yang duduk didepannya.


Lourdes sedang duduk didepannya.


“Ini aku.” Laki-laki itu menjawab.


“Kamu ini sebenarnya siapa?” Vanessa takut, tetapi ia tetap berusaha untuk mengontrol dirinya dan menenangkan dirinya, tetapi tangannya yang sedang menggenggam handphonennya itu mulai bergemetaran, dan semakin lama semakin bergetar.


“Vanessa, ada apa?” Lourdes melihat wajahnya yang mulai pucat, lalu ia menjulurkan tangannya dan mengambil handphonenya, Vanessa malah terus berusaha untuk menghalangi Lourdes.


Sepasang matanya yang indah itu melihat tajam kedalam matanya: “Kasih tahu aku, dia sebenarnya siapa?”


Vanessa bertanya, tetapi ia tidak tahu apakah ia sedang bertanya kepada laki-laki yang ada didalam telepon itu atau ia sedang bertanya pada Lourdes yang ada didepannya.


Lourdes merasa ada yang tidak benar lalu ia pun berencana untuk mengambil handphone itu dari tangan Vanessa dan mendengar suara yang ada didalam handphone itu sebenarnya siapa?


Mengapa tiba-tiba bisa membuat ia ketakutan seperti itu?


Tetapi ketika ia berjalan maju menuju ke arah Vanessa, ia malah berjalan mundur untuk menghindari Lourdes.


“Vanessa, tidak usah takut! Berikan aku handphone itu, tidak peduli itu adalah masalah apa, aku akan membantu kamu menyelesaikannya, bolehkah?” Melihat mata Vanessa yang bergitu ketakutan, Lourdes tidak mendekatinya lagi, dan membiarkan dia untuk meredakan rasa takutnya.


Vanessa menggelengkan kepalanya dan berjalan mundur, lalu ia berteriak: “Aku tidak peduli kamu adalah siapa, tolong jangan dekatin aku lagi, jauh-jauh dariku.”


Lourdes mulai merasa bingung: “Vanessa, sebenarnya ada apa?”


Pada saat yang bersamaan, dari dalam telepon itu terdengar suara laki-laki yang sangat familiar ditelinga Vanessa itu: “Vanessa, ini aku, apakah kamu benar-benar sudah tidak bisa mengenal suaraku?”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK