Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 178 Memikirkan Caranya Bersama





Efa menemani sampai Ariella keluar kamar baru dia keluar kamar secara pelan-pelan.





Saat turun ke ruang tamu, dia melihat Darwin sedang duduk mengangkat kaki di sofa.





Dia sedang telfon dengan siapa, melihat dia bicara dengan begitu senang, Efa merasa tidak enak.





Efa jalan beberapa langkah dan duduk disampingnya, ingin menguping sebenarnya dia sedang telfon sama pria atau wanita.





Tapi sebelum dia kedengaran, Darwin sudah mendorongnya, dan memelototinya, lalu lanjut telfon seperti tidak ada orang disana.





“Darwin, aku menyukaimu.” Efa berdiri dan menaruh tangan dipinggang, dengan galak berteriak.





Akhirnya Darwin mematikan telfon, mengangkat alis dan melihatnya: “Kamu menyukaiku adalah urusanmu, apa urusannya denganku?”





“Apa?” Efa mengangkat kaki dan menendangnya, tapi malah ditendang balik.





Karena tidak seimbang, dia jatuh ke belakang, untungnya lantai ruang tamu dilapisi karpet yang tebal.





Dia bangun dan marah-marah “Kamu seorang pria tapi malah membully aku. Pria macam apa kamu?”





Darwin lalu berdiri dan merapikan seragam militernya dan berkata “Di duniaku hanya ada yang kuat dan yang lemah, tidak ada pria dan wanita.”





Efa mengambil gelas dan lempar kepadanya: “Baiklah, kalau gitu kita berkelahi saja, bedakan yang mana kuat dan lemah.”





“Kamu?” Darwin menyampingkan badan dan gelas itu terhindari, lalu melihatnya berkata: “Aku tidak mau berkelahi dengan bocah rambut kuning seperti kamu, nanti kalah malah nangis, seperti aku membully kamu.”





“Kamu memang bully aku.” Efa langsung menyerangnya dan menangkapnya seperti kucing, lalu menggigit mukanya sampai ada bekas gigitan.





Melihat hasilnya, Efa sangat senang dan tertawa. Baru sebentar, Darwin langsung mengangkatnya dan lempar dia ke sofa.





“Darwin, kamu…” Efa memegang pantatnya yang sakit, dengan kasihan berkata.





“Efa, kamu sudah mau umur 19, coba pacaran yang serius, jangan mengikutiku tiap hari, aku tidak tertarik pada bocah gadis sepertimu.”





Setelah berkata seperti itu, Darwin berbalik badan dan keluar.





Efa teriak dengan kesal.





Bocah gadis?





Dia sudah mau umur 19, ciri-ciri wanita yang seharusnya bertumbuh pun sudah bertumbuh dengan baik, mirip bocah darimana?





Disaat dia ingin mengejar dan minta penjelasan, Bibi Ava pas-pasan masuk rumah, dia langsung menariknya: “Bibi Ava, cepat lihat aku, lihat dadaku besar tidak, pantatku montok tidak? Dan juga liat aku cantik tidak?”





Bibi Ava terhibur oleh pertanyaan Efa: “Nyonya sudah pasti cantik, di dunia ini mana ada yang bisa melebihi anda.”





“Kalau begitu kenapa Darwin tidak menyukaiku?” Efa juga merasa dirinya sangat cantik, sangat imut, dan juga bisa membuat orang senang. Tapi dia tetap tidak mengerti kenapa Darwin tidak menyukainya.





“Karena…” Ekspresi Bibi Ava berubah, menepuk Efa dan berkata: “Karena dia adalah pamanmu.”





“Dia bukan pamanku, aku adalah anak asuh. Dulu saja kakek mau menjodohkan aku dan kakakku yang seperti patung itu. Kenapa aku tidak boleh bersama dengan Darwin?” Hubungan mereka tidak pernah menjadi pertimbangan untuk Efa.





“Mungkin perempuan yang dia sukai bukan tipe yang sepertimu.” Ini adalah masalah dari keluarga Tanjaya, apalagi berhubungan dengan Efa yang merupakan kesayangan keluarga ini, Bibi Ava tidak berani asal berpendapat.





Darwin tidak suka tipe yang seperti dirinya?





Efa duduk di sofa, dan berpikir dengan serius.





Darwin tidak suka tipe seperti dia, kalau gitu dia berubah jadi tipe yang disukai Darwin saja, apa sulitnya.





Kalau dipikir-pikir, Efa sudah melupakan rasa putus asa tadi, kalau tidak bisa menyerang, dia ganti cara lain saja, pokoknya dia harus dapatkan Darwin.





….





Ariella bangun tidur dan disaat dia buka mata, Carlson sudah duduk di pinggir kasur.





Ariella mengucek mata, bertanya: “Eh, bukannya kamu masih ada hal yang dikerjakan, sudah selesai?”





“Iya, sudah selesai.” Carlson mengelus kepalanya, dan bantu dia duduk, “Apakah kamu tidur nyenyak?”





“Aku sih sudah, tapi sepertinya anak kita belum.” Ariella memegang perutnya dan berkata lagi: “Ingin cepat-cepat anak kita lahir, ingin tahu sebenarnya laki-laki atau perempuan, dan juga ingin tahu anak kita mirip kamu atau aku.”Carlson pakaikan jaket untuk Ariella, lalu berkata: “Tidak peduli dia mirip kamu atau aku, kan tetap anak kita, aku akan tetap sayang.”





“Carlson..” Ariella memanggilnya, lalu tidak melanjutkan kalimatnya.





Carlson: “Mau bilang apa?”





Ariella dengan merasa bersalah berkata: “Kali ini salah aku, karena aku suka main baru ada kejadian seperti ini, membuat kamu khawatir..”





Carlson: “Coba kamu asal ngomong lagi.”





Ariella: “Masa kamu kamu pukul aku?”





“Tidak.” Lalu Carlson menciumnya dan setelah beberapa lama dia berhenti. Dia berkata: “Kalau kamu asal ngomong lagi, aku akan menghukum kamu seperti ini lagi.”





Muka Ariella menjadi merah, dan dalam hati berpikir kalau hukumannya seperti ini dia suka.





Saat turun ke bawah, Efa duduk di sofa ruang tamu dan melamun, sebenarnya bukan melamun, melainkan ngambek.





Ariella bertanya: “Efa, kamu kenapa?”





Efa lalu melihat mereka dan jawab “Tidak apa-apa.”





Saat kakaknya pulang, Darwin langsung pergi. Efa ingin Darwin tinggal untuk makan malam tapi dia diabaikan.





Efa sudah memberi tahu dengan jelas, kalau dia menyukainya, ingin menikah dengannya. Tapi Darwin bilang itu bukan urusannya.





Tolong ya, yang disukai Efa adalah Darwin, bagaimana mungkin tidak ada urusan dengannya.





Kepikiran cara dia berbicara, Efa semakin kesal.





Tunggu saja, kalau misalkan dia pacaran dengan perempuan lain dan tidak menyukai perempuan itu, pasti dia akan bom markasnya.





“Carlson, kamu ke restoran dulu saja.” Setelah mengusir Carlson, Ariella duduk di samping Efa dan mengelus kepalanya. “Efa, sedang memikirkan orang yang kamu sukai lagi?”Efa menjawab: “TIdak, mana mungkin aku memikirkan dia.”





Ariella tersenyum, “Efa, hal seperti ini harus pelan-pelan, kita pergi makan dulu, nanti baru rencanakan lagi.”





Setelah dengar omongan Ariella, Efa pun tersenyum, “Kakak ipar, apakah kamu ada ide?”Ariella: “Lebih baik kita pikirkan bersama daripada kamu pikirkan sendiri.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK