Ariella masih ingat apa yang dikatakan langsung oleh Carlson, setelah dua orang menikah, secara hukum, itu berarti mereka telah menyerahkan hidup mereka ke pihak lain.
Kalau salah satu dari istri atau suami ada yang sakit, jika rumah sakit mengharuskan orang rumah untuk menandatangani, orang yang boleh menandatangi surat itu harusnya adalah salah satu dari mereka.
Jadi buat Ariella, “Istri” bukan hanya sekedar orang yang menemani suaminya setelah mereka menikah, tapi adalah janjinya seumur hidup.
Kalau saja Henry tidak mengerti arti dari kata istri, Ariella bisa menjelaskan kepadanya, tidak peduli apapun ia harus tahu Carlson sekarang ada dimana, ia harus tahu apakah Carlson baik-baik saja.
Setelah terdiam beberapa saat, suara Henry mulai terdengar lagi: “Nyonya, bukan saya tidak mau memberitahumu, tapi Tuan Carlson tidak memperbolehkan saya untuk memberitahukannya padamu.”
“Hal yang tidak boleh diberitahukan kepada saya, apakah berhubungan dengan rahasia Aces? Atau rahasia apa yang tidak boleh dibeberkan? Kalau bukan semua itu, kenapa kamu tidak boleh memberitahukannya pada saya? Apakah dia dalam masalah dan tidak ingin mau membuatku khawatir? Dia dalam masalah, saya malah tidak bisa menemaninya disampingnya, bukannya aku akan menjadi semakin cemas?”
Carlson laki-laki bodoh, kenapa dia bisa sebodoh itu, kenapa mau menyimpan semua masalah itu sendiri, kenapa tidak bisa mempercayainya?
Perkataan Ariella bukannya tidak masuk akal, Henry tahu Carlson menutupinya dari Ariella agar ia tidak khawatir, tapi ia sudah tahu sepertinya Carlson dalam masalah, kalau dia masih tidak mengatakannya, maka itu sudah bertentangan dengan niat asli Carlson.
Setelah berpikir, Henry siap-siap untuk memberitahu Ariella, Daiva yang ada disamping langsung merampas dan mematikan handphonenya.
Dia bilang: “Henry, berita Tuan Carlson belum siuman tidak boleh tersebar keluar, kalau saja sudah tersebar, resikonya akan sangat besar.”
Henry berkata: “Dia bukan orang luar, dia adalah istri Tuan Carlson, ibu dari anaknya Tuan Carlson.”
Daiva tertawa dingin: “Henry, Tuan Carlson sedang bingung, jadi kamu juga ikut bingung dengannya?”
Henry berkata dengan nada tidak senang: “Apa maksudmu?”
Daiva lalu berkata: “Tiga tahun lalu Nyonya sudah meninggal, keluarga Tanjaya semua melihat mayatnya dibakar. Kamu rasa orang yang sudah meninggal tiga tahun uyang lalu, tiga tahun kemudian bisa kembali lagi?”
Henry bertanya: “Maksud kamu Nyonya adalah Nyonya palsu?”
Daiva berkata: “Saya tidak berani bilang dia itu palsu, tapi aku juga tidak berani percaya kalau dia adalah Nyonya yang asli. Kamu pikir sendiri, dia kenapa bisa kembali? Apakah ia benar-benar telah melupakan semua masa lalu itu atau ia hanya menyembunyikannya?”
Mendengar perkataan Daiva seperti ini, Henry sedikit bingung.
Atau apakah maksud Tuan Carlson untuk jangan memberitahukan kepada Ariella bukan agar ia tidak khawatir, tapi ia takut akan terjadi hal yang lain.
Tuan Carlson mereka sangat teliti dalam melakukan segala hal, kemarin sampai dokter tidak dapat menemukan obat apa yang menyebabkannya tidak bisa siuman.
Yang dapat memberikan obat kepada Tuan Carlson tanpa ia sadari, tersangka terbesarnya memang hanya Ariella.
Melihat Henry terguncang, Daiva melanjutkan: “Bukannya kamu bilang Tuan Carlson menyuruh kamu untuk tidak memberitahukan Nyonya sebelum ia koma. Jika sekarang kamu memberitahukannya, setelah Tuan Carlson siuman, bagaimana kamu memberitahukannya?”
Henry tidak mengatakan apa-apa, pokoknya bagaimanapun juga, mendengar perintah dari Tuan Carlson pasti tidak ada salahnya.
Ariella bukan Ariella yang palsu, dia juga tidak berani memverifikasikannya, semuanya tunggu tuannya bangun dulu baru bereskan.
Namun, mereka tidak habis pikir kalau Ariella beneran bisa menemukan mereka.
Setelah sekitar satu jam berlalu, Ariella pun muncul di depan mereka.
Setelah melihat kehadiran Ariella, Daiva terkejut, langsung bergegas menghalangi Ariella: “Nona Ariella, dokter tadi sudah melakukan pemeriksaan, dan menyuruh untuk tidak membiarkan orang yang tidak berkepentingan untuk mengganggunya, biarkan dia istirahat baik-baik.”
“Kamu juga bilang orang yang tidak berkepentingan jangan mengganggunya, jadi kamu kenapa masih menghalangi jalanku.”Ariella berkata dengan nada tegas, ia tidak bisa membiarkan Daiva sombong di depannya.
Ariella masih ingat tidak lama setelah mereka menikah, Carlson pernah sakit sekali, waktu itu Daiva juga menghalanginya.
Waktu itu, hubungannya dengan Carlson masih tidak begitu baik, dia juga masih belum tahu banyak tentang Carlson, waktu itu Daiva bisa menghalanginya, tapi hari ini jangan bermimpi.
Daiva sedikit gelisah, tetapi Ariella sudah menerobos masuk kedalam ruang pasien, sambil berkata: “Henry, tolong bantu saya untuk memanggil dokter kesini, saya mau tahu kondisinya.”
“Baik.” atau ia juga tidak habis pikir Ariella bisa sedingin ini, terhadap Ariella, Henry secara tidak sadar menjadi lebih menghormatinya.
Daiva yang berada disamping mengepalkan tangannya, lalu duduk dikursi samping, dan tidak berbicara apa-apa lagi.
Juga tidak tahu apakah Ariella sudah berubah, atau dulu dia masih belum benar-benar mengenali Ariella, ia selalu merasa Ariella adalah wanita yang lemah lembut tetapi didalam hatinya ia sangat keras.
Atau dia sendiri yang terlalu meremehkan Ariella, merasa pokoknya kalau mereka tidak bilang, Ariella cuman bisa bersembunyi didalam rumah dan khawatir, ia sama sekali tidak habis pikir, secepat itu Ariella sudah bisa menemukan rumah sakitnya.
Kamar pasiannya juga yang mewah, ada pembagian ruang tidur dan ruang tamu.
Carlson tebaring diatas tempat tidur kamar pasien, terbaring dengan tenang, selain warna mukanya yang menjadi lebih pucat, nafasnya dan suhu tubuhnya semuanya masih seperti biasa saja, jika dilihat ia hanya seperti sedang tidur, bukan seperti sedang koma.
Melihat kondisi Carlson yang seperti ini, hati Ariella serasa tersayat-sayat pisau, ia tidak bis menahannya lagi dan mengeluarkan air matanya, tetapi ia malah mengangkat kepalanya dan kembali menjadi tegar.
Sekarang Carlson sudah koma, saat ini dia adalah penopang Carlson dan Riella, jadi ia tidak boleh menangis, dia tidak boleh lemah.
Sambil duduk disamping kasur Carlson, menggenggam tangannya dan mencium tangannya, dengan lembut berkata: “Carlson, aku tahu kamu sedirian sangat menderita, sangat lelah………”
Kamu sendirian terus bergerak bagaikan mesin, mesin yang sudah bergerak lama juga bisa lelah, jangan kamu orang yang terbentuk dari daging dan darah.
“Kalau kamu ingin istirahat, istirahatlah beberapa hari, hal-hal lainnya biarkan aku yang bereskan, percayalah aku pasti bisa buat yang terbaik, tapi kamu juga tidak boleh istirahat terlalu lama, aku hanya memberimu waktu satu minggu untuk istirahat, Riella masih menunggumu pulang, dia ada rahasia yang mau disampaikan padamu.”
Kadang-kadang, Ariella sangat ingin memarahinya, kenapa tidak bisa berpikir untuk dirinya sendiri, sudah sakit begini, masih menyuruh bawahannya untuk menutupinya darinya.
“Nyonya, dokter Tuan Carlson sudah datang.”
Suara Henry terdengar dari belakang punggung Ariella.
Ariella dengan perlahan menghela nafas, membalikkan kepalanya dan mengangguk-nganggukan kepalanya, lalu berkata: “Dokter, mohon beritahu aku keadaan Carlson.”
Dari dokternya, Ariella mendapat infomasi bahwa Carlson memakan sejenis obat yang tidak berwarna dan berasa, racun ini tidak bisa membunuh orang, tetap ia menyebabkan orangnya menjadi lumpuh dan koma dalam waktu yang sangat panjang.
Racun yang tidak berwarna dan berasa………
Ariella melihat sekilas ke sekitarnya, matanya melihat kearah yang dilihat Daiva, melihat Ariella melihat kesana, Daiva langsung mengalihkan pandangannya,
Jangan-jangan sekertaris pribadinya Carlson adalah Daiva?
Mungkinkah Daiva menaruh racun pada Carlson?
Atasan asli Daiva sebenarnya siapa?
Apakah atasanya adalah Kakek?