Dia berkata asalkan ia menerima cincin ini itu berarti ia tak boleh meninggalkannya selamanya!!
Begitu mendengar kalimat ini, Oriella sangat bersemangat dan hatinya pun juga bergetar:”Ab, Abang Hansel, apa kau sedang melamarku sekarenag?”
Miguel juga gugup, hanya saja kegugupannya tak ditunjukkannya, dia pelan-pelan berkata: ” Aku sedang bertanya padamu apa kau bersedia menjadi nyonya rumah presiden negara A di masa mendatang, apa kau bersedia?”
Bersedia !
Tentu saja bersedia!
Dia sangat-sangat bersedia!
Dia seorang wanita, tentu ia ingin memegang kontrol sedikit, tapi ia tak bisa lagi menguasi dirinya, dan perkataan yang tadi akan diucapkannya itu tak sengaja sampai di ujung bibirnya.
“Ehm, aku tahu!” Miguel tersenyum, ia mengambil cincin itu dan meletakan di jari tengah tangan kanannya.”Riella, kalau kau sudah mengenakan cincin ini, apa kau tahu maknanya?”
“Iya aku mengerti.” ia baru saja mengatakannya, dan tentu saja masih teringat olehnya.
“Kalau aku mengenakan cincin ini, kau Oriella adalah tunangan dari Miguel.” Miguel menatapnya, dan berkata sepatah demi patah.
Tunangan?
Status ini, sudah diharapkan Oriella dari lama sekali.
Dia selalu berusaha agar bisa menjadi tunangannya, lalu selangkah lagi untuk menjadi istrinya, dan hidup bersamanya seumur hidupnya.
Dan akhirnya yang ia harapkan pun terjadi, kebahagiaan di hati Oriella sangat sulit diungkapkan, lalu ia menatap nya, lama sekali tanpa berkata-kata.
“Riella????” Miguel mengayunkan genggamannya ini, tapi anak ini tetap tak berbicara, apa maksud sebenarnya?
“Abang Hansel, aku sudah menunggu hari ini lama sekali????” mungkin karena terlalu excited, air matanya yang bersembunyi di balik kelopaknya pun akhirnya tak tertahankan dan mengalir keluar, dan membuatnya tak bisa melanjutkan kata-katanya lagi.
“Riella, maaf! Kalau memang kau belum siap, aku bisa menunggumu lagi.” Jika ia tak bersedia, pasti Miguel juga akan sangat tak nyaman, tapi ia juga tak tega melihatnya menangis dan sedih.
“Abang Hansel, aku bukannya tak bersedia, tapi aku terlalu senang.” Oriella menghampiri dekapannya, ia bingung dan menangis, dan sambil menggunakan kemeja nya untuk mengelap ingus dan air mata nya .
“Gadis bodoh, kau senang pun juga menangis!” Miguel menepuk pelan punggungnya, dan tiba-tiba pada saat itu tak tahu harus berkata apa untuk menghiburnya.
Setelah ia menangis cukup lama, Oriella akhirnya bisa menahan air matanya, dia mengusap matanya yang merah ini dan berkata:”Abang Hansel, kau berbalik saja dan jangan melihatku.”
Wajahnya sekarenag pasti jelek sekali, ia tak ingin Miguel melihat tampangnya yang sekarenag ini, dia tak ingin meninggalkan kesan yang buruk di hatinya.
“Baiklah, ak tak melihatnya.”Katanya tak melihat, tapi tatapannya itu tak bisa berpaling dari wajahnya, ia tak tahan dan menjulurkan jari-jarinya untuk mengusap air matanya. “Riella, di dalam hatiku, aku tak peduli kau seperti apa, kau tetap selalu cantik.”
“Kau memang paling bisa mengatakan hal-hal yang manis untuk membuatku senang.”Dia tak tahu apa yang ada di dalam hatinya, yang jelas ucapannya tadi memang membuat hati seseorang kembali senang.
Di dalam ruang belajar, kondisi Miguel dan Oriella yang sedang bersama ini sangatlah hangat tak tertandingi.
Di luar ruang belajar, suasanya sangatlah kaku.
Bukan, ini bukan kaku.
Tapi suatu hawa-hawa yang penuh kesombongan dan keangkuhan.
Efa dan Darwin mereka berdua saling menatap, 4 mata yang saling bertatapan itu, sepertinya bisa membuat pertengkarena besar terjadi kapanpun itu.
Diego di samping dan melihat mereka, matanya pun juga sudah mulai capek, mereka belum mulai bertengkar, dan ia sedikit kecewa:”Ayah Ibu, sebenarnya kalian ini hendak bertengkar atau tidak ? kalau memang kalian tak bertengkar, aku sangat ngantuk, dan aku ingin tidur.”
“Diego!!”
Sepatah kalimat Diego, berhasil membuat darah mereka naik, lalu ia menjerit dan berlari, tubuhnya yang mungil ini tak lama kemudian sudah bersembunyi di dalam ruang tidur.
Dan kali ini di ruang tamu hanya tersisa Darwin dan Efa berdua saja, dan mereka berdua tetap saja sama si mata besar memelototi mata kecil, dan tidak ada yang mau mengalah.
“Darwin, Kau ini bukan seorang lelaki. Aku sudah melahirkan seorang anak untukmu, mencuci baju dan memasakanmu, melayani dan mempersiapkan makanan tempat tinggal dan baju-bajumu, dan kau sekarenag masih juga marah padaku!”tapi tetap saja perkataan ini tak bisa meneyentuhnya, kalau perkataan ini didengarnya, mungkin dari awal Efa sudah menggigitnya.
Amarah dalam diri Darwin pada awalnya memang sudah terbakar, dan sekarenag mendengar perkataan Efa yang menyebut dirinya seperti itu, amarah itu benar-benar ganas.
Dia berdiri dan marah:”Efa, coba kau lihat dari dirimu apakah kau juga seperti seorang wanita?”
Efa menunjuk dirinya sendiri, dia marah juga dan melompat ” Darwin, apa yang kau maksud? Kau berani bilang aku tak seperti wanita, coba kau katakan hal itu sekali lagi.”
Dia tak seperti wanita, apa selama bertahun-tahun ini ketika ia tidur dan memeluknya ia memeluk seorang lelaki? Atau ketika ia memeluknya, pikirannya ada di wanita lain?
Amarah Darwin pun juga sangat meledak, dan sekali nya meledak tak bisa berhenti: “Kau melahirkan seorang anak tapi tak bisa merawatnya, mencuci baju dan memasak pun juga tak bisa, dan masih menyuruku seorang lelaki untuk melayanimu, kau masih punya muka untuk berkata kau yang melayaniku.”
Sial, Efa wanita yang tak tahu malu ini, sekali nya ia berkaa-kata dapat membuat emosi nya meledak kapan pun dan dimanapun.
Jika bukan karena ia masih memiliki wajah yang cantik, pasti ia sudah melemparkannya jauh-jauh, dan membuatnya kembali ke asalnya.
Mereka berdua saling menusuk, sebenarnya ucapan siapa yang sesuai kenyataan?
Kenyataannya????
Efa: “Ehm????”
Sepertinya yang dikatakan Darwin lebih mendekati kenyataan, dia hanya berbicara sembarangan saja, apa yang terlintas ia ungkapkan, dan ia benar-benar tak memikirkan kenyataan yang sesungguhnya.
Efa membuka mulutnya dan ingin membantahnya, tapi tak menemukan alasan untuk membantahnya, karena apa yang dikatakan Darwin ini memang sedikit mendekati kenyataan.
Jangan-jangan ia mengaku kalah begini saja?
Dia hari ini sudah mengaku kalah sekali, kalau ia kali ini mengaku kekalahannya sekali lagi, mungkin di waktu yang akan mendatan Darwin bisa selalu mencari masalah padanya.
Tak bisa !
Dia tak akan mengalah lagi kali ini, tak boleh membiarkannya menaiki kepalanya ini.
Lalu, Efa memutar bola matanya, dan menemukan alasan baru lagi: “Darwin,aku sudah berusaha sekuat mungkin dan aku juga menghadapi kemungkinan yang sangat berbahaya hanya untuk melahirkan anak keluarga Zhan dan untuk melanjutkan generasi keluarga ini, apa kau tak seharusnya melayani ku?”
Ehm alasan ini, Efa sangat puas, dia sungguh sangat puas.
Dia pelan-pelan mengangkat kepalanya, dan sedikit puas menatap Darwin, ini juga karena otaknya yang terlalu pandai dapat memikirkan alasan sebaik ini dalam waktu yang sangat singkat,coba lihat apakah ia masih bisa membantah atau tidak.
“Melanjutkan generasi keluarga ini? Maksudmu si bocah tengil Diego itu? Kalau dari awal aku sudah tahu dia selalu melawanku, seharusnya dari awal aku tak membiarkanmu melahirkannya.” Ucapan ini, sebenarnya hanyalah ucapan yang dikatakan untuk membantah Efa, tapi dalam hatinya ia tak ada maksud tak mau anaknya seperti itu.
Anak di belakang pintu yang mengintip dan mendengar pembicaraan mereka pun akhirnya tak tahan dan berteriak: “Ayah Ibu kalian kalau bertengkar ya bertengkar lah saja, kalau memang ingin bertarung ya bertarung lah, kenapa kalian membawa-bawa namaku pula?”
Dia masih seorang anak berusia 7 tahun, kenapa setiap kali orang tuanya bertengkar selalu menyakiti hatinya?
Apa jangan-jangan harus membuatnya menangis dan memperlihatkan tangisannya ini pada orang tuanya, baru mereka bisa lebih saling mengerti?