Ariella sudah setengah berlutut di tanah, tubuhnya tertutupi oleh dua buah pohon kecil, awalnya hanya dia yang menyadari keberadaan musuh, musuh sama sekali tidak menyadari keberadaan dia.
Tetapi jika mereka kembali maju beberapa langkah lagi, pada saat daya pandang mereka sudah melewati dua buah pohon tersebut, maka mereka akan melihat Ariella juga.
Carlson masih berada diatas tebing, jika terdapat suatu pergerakan apapun, dia bisa saja jatuh kedasar tebing, jatuh kedalam laut yang tidak tahu seberapa dalamnya, hasil yang sama sekali tidak ingin untuk dibayangkannya.
Memikirkan hal tersebut, membuat semua bulu kuduk Ariella berdiri, hatinya berdetak sangat keras.
Ariella menggigit keras bibirnya, bagaimanapun caranya dia harus memastikan jika Carlson selamat,harus memastikan jika tidak akan terjadi hal apapun pada Carlson.
“Ariella, dibawah tebing ini terdapat sebuah lubang.”
Pada saat Ariella sedang memikirkan jalan keluar, suara Carlson memutuskan pemikirannya, mendinginkan pikirannya, dan berkata dengan tergesa-gesa:”iya, kamu masuklah terlebih dahulu, aku akan segera turun.”
Melihat musuh yang semakin lama semakin mendekat, hanya butuh maju beberapa langkah lagi, mereka pasti bisa melihat keberadaan Ariella.
Ariella tahu, jika dia tidak memiliki waktu lagi untuk mengikuti Carlson masuk kedalam gua.
Jika dia ketahuan oleh musuh pada saat ingin memanjat turun, maka dia tidak ada pilihan lain lagi, sudah pasti akan mati. Dia terkena masalah, Carlson juga sudah pasti dalam bahaya.
Sekarang cara yang terbaik adalah hanya dengan mengalihkan perhatian mereka, hanya jika Ariella bisa membawa pergi mereka, maka Carlson sudah menjadi lebih aman.
“Carlson, kamu masuklah terlebih dahulu kedalam lubang, aku akan pergi terlebih dahulu lalu akan ikut masuk.”Berkata hingga hal ini, Ariella berlari keluar tanpa keraguan.
Dia berusaha berlari dan terlihat oleh musuh, setelah dia berlari, orang dibelakangnya berteriak:”disana, tembak mereka.”
Suara musuh itu tepat berada tidak jauh dari belakang punggungnya, mereka dengan cepat mengejar Ariella, jika bukan Ariella yang masih memiliki jarak dengan mereka, maka Ariella kemungkinan besar sudah ditembak oleh mereka.
Ariella terus berlari, demi Riella kecil, demi Carlson, demi dirinya sendiri bisa terus hidup, dia harus berusaha.
Mereka satu keluarga tiga orang, tidak boleh kekurangan siapapun, maka dari itu dia harus berjuang, dia harus terus maju, dia harus tetap hidup, harus kembali kepada kesisi suami dan anaknya.
Memikirkan Carlson dan Riella, Ariella merasa dirinya dipenuhi semangat, memberikan kekuatan kepada kedua kakinya, pada saat dia berlari, terlihat seperti dibawah kakinya adalah angina, kecepatan berlarinya sangatlah cepat.
Ariella masuk kedalam hutan, pepohonan dan rerumputan, untuk semantara menghalangi penglihatan musuh.
Tidak bisa melihat Ariella, mereka mulai menembakkan pistol ke sembarang arah.
Ariella masih terus berlari, dia memberitahu dirinya sendiri, bahwa dia harus keluar dengan selamat, harus keluar dengan selamat, harus tetap hidup dan kembali menemui Carlson dan Riella.
Bunyi tembakan tepat berada dibelakang badannya, terasa semakin lama semakin mendekat, mungkin saja beberapa saat kemudian, tembakan tersebut bisa berhasil mendarat di tubuhnya, membuat dia tidak bisa lagi melihat suami dan anaknya.
Baru saja Ariella memikirkan hal itu, sebuah peluru meluncur dan menembak pohon yang ada didepannya, membuat dia merasa terkejut dan berhenti tiba-tiba.
“Lari. Cobalah jika kamu masih bisa berlari.”
Terdengar suara pria dari belakang badannya, dan diikuti oleh bunyi tembakan, menembak kaki Ariella.
Ariella berfikir dalam hati, mengapa pembunuh ini begitu marah, apakah menyalakan dia karena dia berlari.
Dia jika bukannya tidak tahu kata “mati”, dibelakangnya ada orang yang mengejarnya, dia tidak lari, Apakah dia benar-benar ingin mati begitu saja?
Ariella melihat kebelakang, sudah ada dua orang laki-laki yang mengejarnya, kedua orang tersebut memegang pistol di tangannya, ujung pistol mengarah kearah dia.
“Kenapa cuma kamu seorang, kemana priamu?” salah seorang diantara mereka membuka mulut dan bertanya.
Ariella melihat mereka, tatapannya sangat ringan, melihat kebelakang tubuh mereka.
Dibelakang tubuh mereka, berfikir ingin melihat apakah Carlson datang mengejar dia atau tidak, tetapi melihat ke mata musuh, seolah-olah ingin memberi tahu mereka, jika Carlson berada tepat dibelakang tubuh mereka.
Merasakan pandangan mata Ariella di badan mereka berdua, mereka pun dengan cepat melihat kearah belakang mereka.
Tetapi dibelakang badan mereka tidak ada siapa-siapa, mereka menghebuskan nafasnya, pada saat yang sama karena memikirkan Carlson nama ini sudah bisa membuat mereka terkejut hingga mengeluarkan keringat dingin.
“Perempuan yang pantas mati, kamu berani membohongi kami!” musuh tersebut menarik ujung pistolnya bersiap sekali lagi menembak Ariella.
Pada saat lelaki itu sudah ingin menembak Ariella, lelaki yang lain dengan segera mendorong pistol tersebut hingga pelurunya hanya lewat disebelah telinga Ariella.
Lelaki jahat itu berteriak:”kamu sedang melakukan apa?”
Lelaki yang lain berkata:”kita sudah menerima bayaran, menginginkan nyawa Carlson, tidak ada orang yang memberitahukan kita jika tidak boleh membeli satu dapat satu. Tubuh Carlson masih belum kita temukan, kamu membunuh wanita ini bisa mendapat apa?”
Lelaki jahat berkata:”Apa maksudmu?”
Lelaki berkata:”wanita ini berada di tangan kita, hanya jika Carlson belum mati, dia sudah pasti akan menyelamatkan wanita ini. Kita sudah memberikan umpan kepada Carlson, takutnya dia tidak akan sanggup untuk tidak menangkapnya.”
Mendengar pembicaraan kedua musuh tersebut, Ariella mengepalkan tangannya, menatap dingin mereka, berkata:”Carlson sudah meninggal karena jatuh dari tebing, kalian mengambil aku sebagai sandera tidak ada gunanya.”
Ariella benar-benar berharap jika Carlson bersembunyi baik-baik didalam gua, tidak keluar dari dalam gua, mohon jangan sampai memakan umpan mereka berdua.
Tetapi dia juga mengerti, Carlson tidak akan mungkin membiarkan dia berada dalam bahaya.
Lelaki itu berkata:”Carlson jatuh dari tebing, masih tidak tahu hidup atau mati, kamu bahkan sedikitpun tidak menangis. Jangan bilang kepadaku jika kalian tidak memiliki perasaan apapun, jika memang dia masih hidup, kamu juga tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya.”
Ariella menggigit bibirnya, dan berkata dengan benar:”kalian benar-benar bisa berkata dengan benar.”
Lelaki jahat berkata:”untuk apa berkata begitu banyak omong kosong dengannya, cepat ambil tali dan ikat dia, kita tidak tahu jika mungkin saat ini Carlson sedang bersembunyi.”
Pada saat ini, pandangan mata Ariella menatap kearah belakang kedua penjahat itu, melihat kedatangan lelaki bertubuh tinggi dan besar, berjalan dengan langkah besar tanpa keraguan sama sekali.
Ariella ingin memberikan sinyal kepada Carlson, memberi tahu dia jangan melakukan hal bodoh, dia harus cepat pergi dari sini, di kedua tangan orang ini membawa pistol, pistol tersebut menginginkan nyawa, dia seorang sama sekali bukan merupakan lawan yang pantas bagi kedua penjahat itu.
Tetapi, Carlson malah mengeluarkan suaranya:”kalian berkata dengan sangat tepat, dengan adanya dia, aku tidak akan mungkin tidak menunjukkan diri.”
Suara suram Carlson terdengar dari belakang tubuh mereka, mereka berdua segera melihat kebelakang, Carlson sedang berada dibelakang mereka.