“Tidak usah.” Carlson langsung menggendong Riella kecil pergi, tetapi ia merasa perbuatannya sedikit tidak sopan lalu ia menolehkan kepalanya dan menjelaskan, “Aku bawa Riella kecil ke rumahku, nanti agak sorean aku bawa dia kembali kesini.”
Setelah mendengar dia berkata demikian, Puspita langsung mengerti, dan menjaawab: “Iya, kamu bawa Riella pergi bermain saja, aku akan mencari cara untuk mengurus Ariella.”
“Terima kasih!” dengan nada yang sopan ia berterima kasih, Carlson pun menggendong Riella dan pergi.
Puspita masih berdiri di depan pintu, melihat Riella yang dibawa Carlson pergi menuju jalan disebelah tempat tinggal Ariella, dia berpikir mungkin rumah Carlson ada disana.
Bangunan di daerah ini semuanya adalah rumah pribadi, daerah villa ini dibangun oleh Aces Real Estate, kalau ingin membeli rumah disini dengan gaji Gustin masih tidak cukup.
Kali ini Gustin diatur untuk bekerja di Amerika, perusahaan yang mengatur rumah ini untuknya, pasti karena perintah dari Carlson.
Mengapa Carlson begitu menjaga Gustin, Puspita tahu jelas alasannya, itu karena hubungan antara Gustin dan Ariella.
Kali ini Arellia datang ke New York, Carlson menyuruh orang untuk mengatur mereka berdua tinggal di sini.
Satu karena ini adalah perumahan milik Aces, kedua karena Puspita ada disini, ada orang yang bisa menemani Arellia jadi dia tidak begitu kesepian.
Semua hal ini sudah terpikirkan oleh Carlson dan ia menyuruh orang untuk mengurusnya sedemikian rupa.
Puspita yang melihat pun sudah tahu semua ini, tetapi Ariella yang mengalaminya masih tidak tahu akan hal ini.
Berpikir tentang ini, Puspita sangat khawatir.
Mungkin Carlson sama sekali tidak tahu, sebenarnya Ariella adalah wanita yang mandiri, dia mau berusaha dengan tenaganya sendiri untuk mendapatkan kesuksesan di pekerjaannya. Mendapat pengakuan dari semua orang.
Ariella yang seperti itu baru memiliki hak untuk berdiri disamping Carlson, menjadi istri yang membantunya bukan membuatnya tambah repot.
Karena Ariella terlalu mempedulikannya, sampai ia berpikir apakah dirinya sendiri pantas untuk mendampingi Carlson, apakah ia memiliki hak untuk berdiri di samping Carlson?
Puspita baru teringat pagi ini Ariella pergi melamar kerja, jangan-jangan ini semua juga sudah diatur oleh Carlson?
Carlson selalu membantu Ariella untuk mengatur segalanya, mungkin dia tidak tahu, ia berbuat begitu malah tambah memberikan beban pada Ariella, mendorong Ariella semakin jauh.
Setelah berpikir, Puspita bertekad untuk membicarakannya dengan Carlson.
Walaupun ini adalah masalah antara mereka berdua, dia tidak seharusnya banyak mengatur urusan mereka, tetapi demi masa depan Ariella, kalau bukan dia yang bilang, siapa lagi.
Ariella adalah tipikal orang yang memendam semua masalahnya sendiri, mungkin Carlson juga tidak mengerti, jadi walaupun ia sedikit menyebalkan karena banyak mengurus urusan orang lain, tetapi Puspita merasa ia masih harus tetap membicarakannya dengan Carlson.
Iya, aku sudah bertekad, nanti ketika Carlson membawa Riella balik, aku harus mebicarakannya dengan Carlson, ia tidak boleh membiarkan Carlson berbuat seperti ini lagi.
…………
Riella kecil merasa nyaman sekali berada didalam pelukan Carlson, hatinya berbunga-bunga: “Ayah sudah datang, Riella senang sekali!”
Carlson dengan lembut menepuk-nepuk pundak Riella kecil: “Riella kasih tahu Ayah, Riella bahagia sekali?”
Riella kecil mengangkat kepalanya, memeluk Carlson, meninggalkan sebuah cap yang hanya ada satu satunya di dunia ini: “Riella sebahagia ini, Ayah harus terus menemani disamping Riella, Riella pasti lebih senang lagi.”
“Ayah berjanji, tidak akan meninggalkan Riella lagi.” Carlson memeluk Riella kecil dan berkata dengan lembut.
Riella kecil tidak ada disampingnya, ia sangat sulit menjalani hidupnya.
Terutama ketika berpikir Riella kecil akan sedih karena merindukannya, hatinya sebenarnya sudah terbang ke sisi ibu dan anaknya.
“Ayah paling baik.” Riella kecil tahu, ayahnya paling mengasihinya, tidak mungkin meninggalkan dan tidak mempedulikannya lagi.
“Mulai hari ini Ayah akan datang tiap hari untuk melihat Riella, tapi Riella harus ingat, ini adalah rahasia diantara kita berdua, tidak boleh kasih tahu Ibu yah.” Carlson sekali lagi mengingatkan Riella kecilnya.
“Riella pasti menjaga rahasia.”Riella kecil juga menjawab dnegan serius.
Kali ini Riella kecil sedang bahagia jadi otaknya dapat berpikir jernih, dia memastikan akan menjaga rahasiannya, kalau saja dia sudah merindukan ayahnya sampai mau nangis, dia pasti sudah tidak ingat lagi dengan peritah ayahnya.
Carlson mendudukkan Riella kecil di kursi: “Riella lihat, Ayah sudah menyiapkan apa untukmu?”
“Saus, starwberry……” Semua adalah makanan yang disukai Riella kecil, melihat matanya sudah berbinar-binar, tetapi apa yang paling membuatnya bahagia adalah karena ayahnya sudah berada disampingnya.
Riella kecil memakannya dengan perasaan bahagia, Carlson mengeluarkan laptopnya dan kembali mengerjakan pekerjaannya disamping sambil melihat putrinya makan.
Seperti dulu waktu mereka dirumah, dia sibuk bekerja, Riella kecil bermain sendiri. Setelah ia capek makan, main sampai capek, ia akan mencari ayahnya dan tidur didalam pelukan ayahnya.
Hari ini Riella kecil cuman memakan dua butir strawberry lalu ia mencari pelukan ayahnya, dia berguling-guling didalam pelukan ayahya, menikmati waktu bersama ayahnya.
Dulu, ketika Carlson sedang sibuk bekerja, tidak ada orang yang berani mengganggunya, tetapi sejak sudah ada Riella kecil, sambil membawa anaknya sambil bekerja sudah menjadi kebiasaan Carlson.
“Riella sudah mau tidur?” Carlson yang sedang sibuk bekerja juga bisa memperhatikan putri yang ada dipelukannya sudah mulai ngantuk.
“Riella tidak mau tidur!” Dia tidak mau tidur, kalau waktu dia tidur ayahnya menghilang gimana?
“Kalau Riella sudah ngantuk, Riella tidur saja dipelukan Ayah, Ayah janji tidak akan menghilang.” melihat Riella yang khawatir, Carlson berjanji padanya.
“Ayah tidak boleh bohong sama Riella.”
“Ayah pernah bohong sama Riella?”
Riella kecil mengelengkan kepalanya, dengan perasaan tenang dia tertidur didalam pelukan ayahnya, karena ia tahu ayahnya ada disampingnya, saat dia bangun nanti ia pasti bisa melihat ayahnya.
Dengan lembut Carlson menepuk-nepuk pundah Riella dan menidurkannya, sambil mengambil sebuah selimut untuk menutupi badan Riella.
Dia selalu menidurkan Riella di dalam pelukannya, walaupun ia sedang sibuk bekerja, ia juga tidak pernah meletakkan Riella didalam selimut karena ia sudah berjanji dengan Riella mau memeluknya tidur.
Jadi ketika ia terbangun dari tidurnya, ia masih berada didalam pelukan ayahnya yang hangat, ketika ia membuka matanya ia langsung bisa melihat ayahnya.
“Ayah!”
“Riella sudah bangun, kalau begitu Ayah antar kamu kerumah Tante Puspita dulu.”
“Riella tidak mau.” Berpikir akan meninggalkan ayahnya, Riella kecil mulai mau menangis lagi.
“Asalkan Riella menjaga rahasianya, besok Ayah masih bisa menemani Riella, Riella bukannya harus senang?”
Riella kecil memutar otaknya yang berpikir dengan serius, maksud Ayah dia akan tinggal disini, asalkan dia merindukan ayahnya dia bisa berada disamping ayahnya.
“Baik.”Riella kecil mengangguk-ngangukkan kepalanya.
Carlson memeluk Riella kecil dan mengantarnya pulang ke rumah Puspita.
Ketika ia baru mau balik, Puspita memanggilnya: “Tuan Carlson, apakah kamu yang mangatur lamaran kerja Ariella pagi ini?”
Carlson melihatnya: “Bukan.”
Puspita berkata lagi: “Urusan pekerjaan Ariella, aku harap kamu jangan campur tangan.”
Carlson berkata: “Perkerjaannya, aku tidak pernah campur tangan, semuanya adalah hasil kerja kerasnya sendiri.”