Zeesha menarik nafas beberapa kali, menggunakan gerakan ini untuk mengurangi sakit badannya, setelah membaik beberapa saat, dia berbalik melihat Carlson lagi.
Dia menatap lama muka Carlson yang tenang, hati Carlson terlalu kuat, terlalu kuat sesampai tidak bisa terlihat perasaan dalam hatinya.
Dia diam-diam memandang Carlson untuk waktu yang lama, tetapi yang bisa membuatnya goyah sampai ke permukaan adalah Riella, satu-satunya poin lemah Carlson.
Poin lemah Carlson sekarang berada di tangannya, kalau tidak menggunakan kelemahan ini sampai semaksimum mungkin, dia tidak akan puas.
Setelah beberapa saat, Zeesha berkata lagi:”Tentang rahasia itu, bagiku bilang atau tidak sama saja, tetapi setelah kalian mengetahuinya, rahasia ini punya bahaya yang bertambah untuk diketahui oleh orang lain, sampai saat itu rahasia yang sudah lama dilindungi oleh Kakek , akan terekspos.”
Carlson berkata:”Henry.”
Mendengar Carlson sekali lagi memanggilnya, Henry yang selama ini berdiri di belakang Carlson segera maju ke depan, mengelus-elus tangannya, niatnya sudah sangat jelas.
“Jangan,jangan,jangan….” Zeesha mengangkat tangan menyerah, “Rahasia ini benar-benar tidak boleh dikatakan. Kalau kamu benar ingin tahu, maka kamu harus pergi dan nanya Kakekmu sendiri….atau pergi nanya orang yang memegang kekuasaan di Pasirbumi – Darwin. Jawaban yang diberikan mereka, pasti lebih jelas daripada punyaku.”
Carlson tidak habis pikir pada saat ini dia akan mendengar nama Darwin, setelah berpikir sejenak, dalam hatinya juga sudah punya jawaban.
Rahasia ini bagaimanpun adalah rahasia, belum tentu apa yang dikatakan oleh Zeesha adalah kebenaran, kelihatannya harus memikirkan cara lain.
Carlson bertanya lagi:”Apa yang kamu inginkan?”
“Apa yang aku inginkan sangatlah mudah, yaitu uang, aku menginginkan kekuasaan, aku juga ingin posisi….” Berkata sampai sini, Zeesha tertawa,”Carlson, semua ini kamu mempunyainya, apakah kamu bersedia untuk memberikannya kepadaku, itu tergantung pada penting atau tidak Riella di hatimu.”
“Sebelum memasuki sore hari teleponlah kepada Riella, bilang kepadanya kamu akan ke Kyoto untuk mengurus beberapa hal.” Carlson tidak sambung bertanya kepada Zeesha lagi, tetapi malah memberikan misi kepadanya.
“Apa yang kamu inginkan dariku?” walaupun dia tahu bahwa Carlson tidak akan membunuhnya, tetapi setelah disiksa begitu, Zeesha juga sudah sangat lemah.
Disiksa dengan kekerasan, kecuali tersisa satu nyawa, tetap lebih sakit daripada mati. Dia juga bukan seseorang yang bodoh, dia tahu jelas jika dia melawan dengan kekerasan dia akan rugi sendiri, sewaktu harus bertahan dia juga bisa bersabar sedikit.”
“Kamu hanya ingin uang, kekuasaan, dan posisi bukan?” Carlson melihatnya dengan pandangan seperti sedang melihat badut, “Apa yang kamu inginkan akan saya berikan, kalau kamu mengikuti apa yang saya katakan.”
Bagi Carlson uang dan kekuasaan, tidaklah penting, apalagi dibandingkan dengan Riella.
Zeesha menginginkan hal ini, maka dia juga berbuat baik terhadapnya, memberikannya ke Zeesha apa yang diinginkannya.
Kalau tentang dia bisa atau tidaknya mempertahankan hal itu, itu juga harus bergantung kepada kemampuan Zeesha.
…….
Setelah Riella “hilang”satu hari dari kantor, dia juga segera menerima buket besar bunga mawar.
Di bawah pandangan iri rekan kerjanya, dia memeluk bunganya dan berjalan ke kantornya.
Setelah dia tahu bahwa bunga yang sebelumnya bukan kerjaan Carlson, dan surat yang menjijikan itu juga bukan punya Carlson, dia sudah tidak begitu mengabaikannya lagi.
Dia malah ingin tahu siapa yang sedang bercanda dengannya, mau lihat orang yang seperti apa bisa menuliskan surat itu?
Lalu, dia juga membukanya.
Di dalam kartu itu tertulis sebuah puisi, tetapi tulisannya lebih punya tenaga dari tulisan yang ada di surat sebelumnya, tulisan ini malah seperti tulisan seorang pria.
Dunia yang sepi, belum pernah sesepi ini
Setelah adanya kamu
Surga dan bumi, menjadi sangat ramai.
Dan surat ini tidak bernama.
Selesai membaca puisinya, jantung Riella berdetak kencang seperti akan loncat keluar, seperti akan membuat lobang sendiri dan melompat keluar.
Mukanya yang indah dan cantik juga memerah, dibawah cahaya matahari yang segera tenggelam, kecantikannya sangat memesona.
Bunga ini sepertinya bukan dari orang yang sedang bercanda dengannya itu, dan selain orang yang bercanda dengannya, orang yang bisa terpikirkannya untuk memberikan bunga adalah Carlson.
Carlson!
Pria ini mengapa sangat hebat dalam memesonanya dan membuat hatinya berdetak kencang?
Perasaan ini tidak pernah dialaminya selama 3 tahun ini, walau hanya mendengarkan dia berbicara, hatinya seperti bukan lagi miliknya.
“Riella…”
Di depan pintu ruangnya, tiba-tiba terdengar satu suara, Riella dengan refleks menyembunyikan kartu itu ke belakang badannya, dengan awkward tertawa:”Tuan Billy, pagi!”
Billy melihatnya, dengan peduli berkata:”Bagaimana kesehatanmu? Kalau masih kurang sehat istirahat dirumah dulu, setelah sembuh baru mulai kerja lagi.”
“Tuan Billy, aku sangat baik.”
Riella mendengar perkataannya sangat aneh, kapan kesehatannya bermasalah? Kalaupun kurang sehat, itu juga sudah penyakit lama, tidak perlu beristirahat.
Billy berkata:”Kemarin kamu tidak datang kerja, telepon juga tidak tersambung, aku langsung menelepon ke telepon Ayahmu. Dia bilang kamu sedang sakit, karena terlalu mendadak, jadi lupa untuk telepon ke kantor.”
“Oh, sekarang saya sudah sembuh.” masih menyusahkan Ayahnya untuk berbohong, atasannya juga sangat peduli dengannya, Riella sangatlah malu dan tidak enak terhadap semuanya.
“Kalau sudah sembuh maka baiklah.” Billy tertawa, pandangannya fokus terus ke arah bunga yang berada di mejanya, beberapa kali ingin menanyakan sesuatu, tetapi akhirnya tetap tidak mengatakan apapun, menganggukan kepalanya saja, dan berjalan pergi.
Pikiran Riella sangatlah sederhana, juga tidak melihat ada yang berbeda dari pandangan Billy, menempatkan bunganya dengan baik, juga segera bekerja.
Akhir-akhir ini pesanan yang dikerjakannya adalah milik Carlson, dia sebenarnya jelas bahwa Carlson tidak benar-benar ingin mencarinya untuk design baju, hanya karena wajahnya yang mirip dengan istrinya, dan dia juga mencari cara untuk mendekatinya.
Karena pesanannya tidak terburu-buru, Riella juga memanfaatkannya, menggunakan waktu kerjanya untuk men-design baju anak kecil.
Riella kecil memberikannya jimat, dia juga ingin memberikan hadiah buat Riella kecil, tetapi dia jelas tahu bahwa Riella kecil sudah mempunyai semuanya, jadi dia terpikir untuk membuat sesuatu dengan tangannya sendiri, maka dia membuatkannya baju.
Walaupun hadiahnya ringan, tetapi yang paling penting adalah maknanya dan perasaannya.
Pada saat Riella sibuk tertunduk menggambar karyanya, sesibuk sampai tidak punya waktu untuk minum air, teleponnya yang diletakkan di meja juga berbunyi.
Melihat nama yang muncul di layarnya, alis matanya dengan refleks naik sedikit, dengan lembut tersenyum:”Halo?”
“Lagi ngapain?”
Suara Carlson yang rendah dan seksi juga terdengar sampai telinga Riella.
“Lagi kerja.”
“Makan siang apa? Aku menyuruh orang untuk mempersiapkannya dulu.”
Dia bertanya dengan langsung, membuat Riella susah untuk menolaknya, tetapi, tetapi dia juga tidak pernah berjanji akan makan bersamanya.