Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 441 Suasana Hatinya Membaik Banyak





“Dokter, aku ????” meski dokter sudah memberitahu dengan penuh keyakinan, masih saja Ariella tidak tenang.





Karena pasien adalah Carlson, suaminya, orang yang paling ia pedulikan, itulah sebabnya mengapa hatinya yang penasaran, tidak mudah percaya begitu saja.





“Berikan obatnya padaku,” ucap Carlson.





Sepertinya ia harus meminumnya, memperlihatkan Ariella bahwa ia baik-baik saja, barulah Ariella akan tenang.





Dokter cepat-cepat memberikannya obat, Carlson mengambil dan ingin segera menelannya, Ariella menelan ludah dan menggenggam kesepuluh jarinya dengan tegang.





Melihat Carlson meneguk obatnya, cepat-cepat Ariella memapahnya, memperhatikan ekspresi Carlson sungguh-sungguh, memastikan tidak ada keanehan yang terjadi.





Setelah melihat sejenak dan memastikan Carlson baik-baik saja, Ariella mulai tenang, menitikkan air mata kekhawatirannya.





“Percaya pada dokter dan padaku,” kata Carlson.





Ariella menggangguk dengan keras, “Hm.”





????





Setelah Carlson memulai pengobatannya, Ariella selalu memperhatikan dengan teliti kondisi badan Carlson.





Setelah satu periode pengobatan, tidak nampak perubahan pada mata Carlson, tetap saja buram.





Ariella kembali menanyakan dokter berbagai hal yang harus diperhatikan, setiap hari selalu menyiapkan makanan Carlson secara langsung, membantu Carlson memperbaiki pola makannya.





Setelah dua periode, penglihatan Carlson nampak membaik, mampu melihat dengan baik siluet Ariella.





Sampai hari ini, Carlson sudah memulai periode pengobatan ketiganya, namun efeknya tidak sebaik periode kedua, perkembangan berhenti disana.





Setiap kali mendapati Ariella duduk dengan gelisah, Carlson selalu menenangkannya, “Ariella, jangan khawatir, keadaan sudah jauh membaik.”





“Benarkah?” Ariella khawatir Carlson hanya sekedar menghiburnya saja, sehingga ia tidak mempercayai apapun yang Carlson katakan.





Carlson menggelengkan kepalanya, “Sejak kapan aku membohongimu?”





Ia tidak pernah membohongi Ariella tentang apapun, tetapi untuk membuat Ariella tetap tenang, tidak jarang Carlson berbohong demi kebaikan.





Ariella berbalik menuju ruang kecil di kamarnya, mengambil jarum jahit, “Lihatlah, apa ini?”





Carlson membuka matanya lebar-lebar, hanya mampu melihat bentuk menyerupai tangan Ariella, tapi tidak mampu melihat jelas benda yang dipegang di tangannya.





Carlson selalu menggeleng, dan mendengar ucapan Ariella, “Sementara istirahatlah di rumah, jangan memikirkan masalah pekerjaan.”





Beberapa hari ini adalah hari-hari penting dalam pengobatan mata Carlson, Ariella harus mengawasinya baik-baik, tidak mengijinkan Carlson sibuk akan hal lain.





“Baiklah,” demi membuat Ariella tenang, Carlson menurut. Membiarkan orang lain menyelesaikan masalah pekerjaannya, melewati dua hari yang tidak sibuk.





Tibalah hari terakhir pengobatan Carlson, memasuki tahap dimana Ariella tidak bisa tertidur tenang.





Terjaga semalaman, namun tidak ingin mengganggu Carlson dan Riella kecil, Ariella hanya bisa berpura-pura tertidur dan memejamkan matanya.





Esok paginya, sesaat setelah Carlson terbangun, Ariella langsung terduduk, bertanya dengan penuh kekhawatiran, “Bagaimana, Carlson?”





Carlson mengedipkan matanya, meraih kacamata di sampingnya dan menatap Ariella. Dalam pandangannya, sosok Ariella masih buram, namun keadaannya sudah jauh membaik.





Carlson tertawa, “Aku sudah bisa melihat gadis besarku, hanya saja belum begitu jelas. Seperti kata dokter, jika ingin kembali seperti semula, penglihatanku butuh waktu untuk membiasakan diri, jadi ini sangatlah lumrah.”





“Carlson????” Ariella tidak bisa berkata-kata setelah memanggil nama Carlson.





“Dasar bodoh, sudah tidak apa, mengapa menangis,” Carlson mengusap wajah Ariella dengan lembut, mengecup ringan ujung mata Ariella yang berlinang air mata.





“Aku hanya bahagia,” bahagia setelah melewati banyak rintangan, akhirnya penglihatan Carlson bisa membaik, mereka sekeluarga pun akan baik-baik saja.





Carlson tertawa dengan suara rendahnya, “Apakah kau berencana ingin menunjukkan padaku kau menangis seperti Riella kecil?”





Ariella cemberut, “Tangisku sepertinya akan terlihat lebih buruk dibanding ia.”





“Kalau saja anak kita mendengar ibunya menyebut tangis Riella kecil buruk, sepertinya ia akan sangat sedih.”





Buru-buru Ariella melihat Riella kecil yang tidur di tengah mereka, untunglah ia masih tertidur lelap dan tidak mendengar apapun.





Carlson tertawa, “Riella kecil kita tidak akan sepelit itu,”





“Kau menggodaku,” jawab Ariella geram.





“Memang ingin menggodamu,” Carlson berhasil mengalihkan perhatian Ariella sembari tersenyum hangat.





Betapa indahnya bisa melihat Ariella dan Riella kecil.





Karena keluarga Carlson tidak tahu menahu soal mata Carlson, jadi jika penglihatannya membaik dan Ariella ingin merayakannya, maka Ariella harus mencari alasan lain, berharap seluruh keluarganya bisa bahagia selalu seperti saat ini.





Tanpa keraguan, Riella kecil bermain petak umpet dengan abang Hansel.





Darwin yang terbiasa tidur di dekat sungai wilayah kemiliteran selama bertahun-tahun, tiba-tiba beralih menjadi pegawai kantoran, sesibuk apapun, pasti akan mendatangi Moonriver.





Jika beruntung, maka ia bisa mengejar jam makan malam.





Baginya makan malam bukanlah tujuan utamanya, datang makan malam sebenarnya agar bisa menarik seseorang untuk membuat hangat tempat tidurnya.





Setelah sekian lama sendiri, sekali membuka diri, ia tidak dapat menutupnya kembali, ingin membalas hutang-hutang selama ini.





Mengingat kembali dulu tidur di wilayah kemiliteran dengan ranjangnya yang keras, mampu membuatnya merasakan tulangnya sendiri, lalu memikirkan sekarang tidur dalam kenyamanan. Hari-hari seperti ini, ia hanya ingin menjelaskannya dengan satu kata ?C nikmat!





Masalah penculikan masih belum terselesaikan, Efa juga masih diam di rumah, setiap hari menunggu datangnya malam.





Tanpa ada perjanjian, Efa dan Darwin sama-sama mendeskripsikan kenyamanan selama beberapa hari terakhir ini ?C sungguh nikmat!





Ayah dan Ibu Carlson seperti biasa menjalani harinya lebih lambat dari orang lain, menyaksikan anaknya bertumbuh dewasa dan berkeluarga, bahkan memiliki anaknya sendiri, penuh kebahagiaan.





Ketika sekeluarga sedang bercengkrama, lagi-lagi Ariella menerima telepon tak dikenal, sama seperti biasanya, sang penelepon tidak berbicara apapun saat Ariella mengangkat teleponnya.





Ia diam, Ariella diam, menunggu apa yang bisa diperbuat si penelepon.





Keduanya terdiam cukup lama, akhirnya penelepon kehilangan kesabarannya, berkata-kata setelah merubah suaranya, “Ariella, aku mengirimkan sebuah hadiah untuk Riella kecil, semoga ia menyukainya.”





“Siapa kau sebenarnya?” Orang ini, menelepon Ariella berkali-kali, juga mengiriminya hadiah, Ariella merasa penelepon tidak ada maksud jahat padanya.





Tidak bermaksud jahat, lalu kenapa bersembunyi dan tidak mau bertemu, mengapa menghubunginya dengan cara seperti ini?





Dalam ingatannya, ia tidak mengenal siapapun orang seperti ini.





“Tidak usah bertanya siapa aku, kau cukup ingat baik-baik bahwa aku tidak akan menyakitimu, kuharap kau bahagia.”





Menutup teleponnya setelah selesai berbicara, membuat Ariella bertanya-tanya.





Baru saja mengakhiri telepon, pembantu di rumahnya datang membawa sebuah paket.





Ariella membukanya, terdapat sepasang sepatu kaca yang indah di dalam kotak tersebut.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK