Sebenarnya, hal yang paling tidak bisa diterima oleh Efa adalah pada saat orang mengatakan dia barbar dan Darwin malah menyetujuinya, meskipun takutnya dia benar-benar barbar hingga tidak memiliki obat yang dapat menolongnya, dia juga tidak ingin ada orang yang mengatakannya dibelakang.
Darwin tidak tergesa-gesa dan mengatakannya dengan lambat:”mereka mengatakan kamu barbar adalah kenyataan, mengatakan anak kita lebih tampan dari pada aku juga merupakan kenyataan. Tetapi selain aku, siapa lagi yang bisa membuat anak yang jauh lebih tampan dari pada aku.”
Efa:”benar-benar tidak memiliki muka!”
Darwin:”maka berikanlah aku muka.”
Efa masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada saat dia baru ingin mengatakannya, bel rumahnya sudah berbunyi, Oriella datang bersama lelaki yang dia sukai, maka dari itu baru begitu hormat membunyikan bel.
Dia memberikan peringatan kepada Darwin, memberi tahu jika dilain hari dia akan memberi Dariwn pelajaran, dan mengubah wajahnya menjadi senyuman lalu membuka pintu.
Pada saat pintu dibuka, orang yang berdiri didepan pintu bukanlah Oriella dan Miguel tetapi adalah Sebastian, Efa merasa sangat terkejut:”Tian, mengapa adalah kamu?”
Sebastian berkata:”mendengar dari nenek jika bibi kecil dan kakek ingin mengundang menantu masa depan keluarga Tanjaya untuk makan bersama, aku sebagai anak tertua dikeluarga Tanjaya juga ingin datang dan melihatnya.”
“Riella turun kebawah untuk menjemput orang, masih belum naik, kamu masuklah dan duduk terlebih dahulu.” Efa mundur selangkah, mempersilahkan Sebastian masuk kedalam kamar.
“Kakek.” Melihat Darwin, Sebastian menyapanya dengan sopan.
“Duduklah.” Darwin berkata, karena semua merupakan lelaki dewasa, tidak terdapat hal yang harus dibicarakan diantara mereka lagi, pada saat terjadi kecanggungan diantara mereka, Diego datang menghampiri Sebastian.
Berlari menuju kesisi Sebastian, menggunakan suara anak-anak yang sangat susah untuk didengar berkata:”kakak, kamu sudah datang.”
“Iya.” Sebastian menganggukkan kepalanya, memeluk anak kecil itu dan mengangkatnya,”Diego kecil, kamu sepertinya sudah bertambah tinggi lagi.”
“Tetapi masih jauh jika dibandingkan dengan kakak.” Diego memiliki umur yang sama dengan Jonathan, dan Sebastian jauh lebih besar daripada mereka, didalam mata lelaki kecil seperti mereka, kakak mereka sudah seperti pahlawan mereka.
“Karena Diego masih kecil, tunggu hingga beberapa tahun lagi, kamu pasti akan lebih tinggi dibandingkan kakak.” Sebastian mengelus kepalanya, tersenyum dan berkata.
“Tidak mau, aku tidak ingin lebih tinggi dibandingkan kakak!” Diego berkata dengan marah, menunjukkan wujud khas anak-anaknya yang begitu polos dan lucu.
“Mengapa?” Sebastian bertanya.
“Aku ingin kakak selalu menjadi kakakku, aku tidak ingin menjadi lebih tinggi daripada kakak, aku tidak ingin kakak memanggilku kakak.” Dipenglihatan Diego, pada saat dia sudah bertumbuh tinggi dan bertumbuh dewasa, bisa memiliki kemungkinan berubah menjadi kakak dari kakak, dan dia tidak ingin terjadi hal seperti itu.
“Tidak peduli kamu tumbuh seberapa tinggi, kakak akan selamanya menjadi kakakmu, selamanya tidak akan berubah.” Sebastian tersenyum dan berkata.
Didalam keluarga Tanjaya, kecuali Oriella semua memandang dirinya sebagai keluarga mereka sendiri, terutama Diego dan Jonathan, mereka selalu memanggil dia kakak, didalam mata mereka, dia bisa mendapatkan rasa hormat dari mereka.
Kedua anak ini benar-benar menyukai dirinya, dan hal yang sama, dia merasa bertapa pentingnya dirinya dari dalam kedua anak ini.
“Benarkah?” Diego bertanya.
“Tentu saja benar! Apakah kakak pernah bebrohong kepadamu?” Sebastian berkata.
Diego berfikir dengan serius, benar-benar tidak bisa memikirkan kapan kakaknya pernah membohongi dia, dia dengan cepat menggelengkan kepalanya:”kakak tidak pernah membohongi aku.”
Ding dong??
Bel rumah kembali berbunyi.
“Kali ini pasti Riella yang membawa Miguel.” Efa kembali membuka pintunya, dan dengan yakin jika ini merupakan tamu penting yang sedari tadi mereka tunggu, tetapi bukan hanya Oriella dan Miguel dibelakang tubuh mereka diikuti beberapa orang yang membawa hadiah.
“Bibi, ini adalah Miguel, kekasihku. Abang Hansel, ini adalah bibiku. Aku berfikir kamu pasti masih ingat dengannya, karena wanita secantik dirinya, sangat sulit untuk dilupakan oleh orang.” Oriella memperkenalkan dengan sangat terbuka, memperkenalkan statusnya sebagai kekasih Miguel, dan tidak lupa untuk memuji bibinya.
Kepribadian Efa benar adalah barbar, tetapi dia suka mendengar perkataan yang memuji dia, sering-seringlah memuji dia, maka hal apapun akan mudah untuk dikatakan.
Oriella benar-benar mengetahui hal ini, merupakan hal yang paling disukai bibinya, mencegah agar bibinya tidak sengaja menyulitkan Abang Hansel.
“Halo!” mengenai status Efa, Miguel sudah mengetahuinya, memanggilnya kakak, dia juga tidak memiliki hubungan dengan keluarga Ferguso, tetapi juga tidak bisa mengikuti Oriella memanggilnya bibi, dan menyebabkan dia memanggil dengan sangat canggung.
“Aku hanya menyuruhmu datang untuk makan, sudah cukup jika orangnya datang, mengapa kalian membawa begitu banyak hadiah.” Efa berkata dengan bahagia,”pindahkanlah masuk ekdalam, karena hadiah sudah diterima, aku juga tidak bisa menyuruh untuk tuan presiden untuk pulang bukan.”
Efa merupakan orang yang realistis, hadiah yang diberikan oleh Miguel tentu saja tidak akan buruk, jika nantinya dia ingin menjualnya pasti akan menghasilkan uang yang banyak, dia tentu saja menyukainya.
Beberapa orang tersebut memasukkan hadiah kedalam rumah, lalu pamit undur diri, bahkan tidak terdengar sama sekali suara barang yang dipindahkan.
Pada saat orang-orang tersebut sudah pergi, Efa menatap sekali hadiah tersebut, tersenyum dan berkata:”hadiah ini pastinya tidak akan murah. Jika tuan presiden tidak memperdulikannya maka suruhlah orang untuk mengantarkan struk belanjaan kepadaku.”
“Efa.” Darwin memanggilnya, memutuskan ucapan Efa,”Riella, suruhlah dia masuk terlebih dahulu, jangan berdiri didepan pintu seperti itu.”
Oriella kembali memperkenalkan:”Kakek, ini merupakan kekasihku Miguel. Abang Hansel, ini merupakan kakekku, kalian seharusnya sudah pernah bertemu.”
“Iya.” Kedua lelaki itu menganggukkan kepalanya, mereka bukan hanya pernah bertemu, tetapi mereka pernah melakukan kerja sama, hanya saja Oriella yang tidak mengetahuinya.
Oriella dan Miguel masuk kedalam rumah baru menyadari jika didalam rumah masih terdapat satu orang lagi, Oriella tanpa sadar sudah membuat suatu batasan:”Sebastian, mengapa kamu ada disini?”
Sebastian membalikkan kepalanya, menatap Oriella, lalu kembali menatap Miguel:”mendengar nenek yang berkata jika bibi ingin mengundang makan, menyuruhku untuk datang kemari dan melihat.
Pada saat dia mendapat telepon dari nenek Tanjaya, Sebastian mengira jika tetua sengaja menyulitkan dia, tetapi dia kembali berfikir jika neneknya bukanlah orang yang seperti itu.
Beberapa tahun ini, neneknya tidak pernah membedakan dia dengan anak kandung keluarga Tanjaya, neneknya hanya ingin menyuruh dia yang sebagai kakak untuk membantu adiknya dan tidak memiliki maksud lainnya.
“Jika sudah melihatnya maka kamu pulanglah terlebih dahulu.” Mungkin karena jarak diantara mereka terlalu dalam, Oriella merasa tidak nyaman, selalu merasa khawatir jika dia akan melakukan sesuatu.
“Baik.” Sebastian menyimpan kembali pandangannya, menundukkan kepalanya melihat Diego,”Diego kecil, kakak akan pergi terlebih dahulu, lain hari baru akan makan bersamamu.”
“Kakak, mengapa tidak ingin makan bersama disini?” Diego kecil tidak mengerti, dahulu pada saat makan semua ada disini, sekarang mengapa ingin pamit terlebih dahulu?