Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 159 Mengandalkan Diri Sendiri Membeli Mobil





Ariella lanjut mengatakan: “orang lain boleh memandang aku rendah, tetapi aku tidak akan memandang diriku sendiri demikian, aku selalu menganggap diriku sendiri tidak bisa dibanding dengan orang lain. Aku juga percaya bahwa pria yang benar-benar mengerti dan menghargai aku pasti datang ke sisiku.”





“Ariella, di dalam hatiku kamu selalu sangat hebat, jauh lebih hebat dari banyak orang.” perkataan yang diucapkan oleh Puspita bukanlah hanya untuk menenangkan Ariella, tetapi Puspita memang selalu merasa bahwa Ariella yang paling hebat.





Mengetahui bahwa Ariella adalah orang yang hebat, dan patut untuk dijadikan teman.





Pada tahun Ariella mengalami hal tersebut, dia tidak memikir banyak lagi untuk menemani Carlson pergi ke Kota Pasirbumi, mereka berdua memulai bisnis dan merencanakan masa depan yang cerah bersama.





“Puspita, kamu tenang saja, tidak ada seorang pun yang dapat menjatuhkan aku.” Ariella tersenyum dan berkata lagi, “Menurut pendapat aku, kebahagiaan tidak hanya bisa ditunggu melainkan harus diperjuangkan, kita juga harus mempertahankan ketika mendapatkannya dengan sepenuh hati, jangan menyerah hanya karena sedikit halangan.”





Jadi, Ariella sudah mengerti dan tenang, dia tidak akan meninggalkan Carlson hanya karena beberapa kata dari kakek Carlson.





Dan juga Ariella percaya dengan Carlson bahwa dia tidak pernah memandang rendah Ariella, dia selalu mendukung Ariella。





Puspita mengangguk: “Ariella, aku tahu selama ini kamu sangat berusaha. Kamu yang berusaha begini, bagaimana mungkin dewi kebahagiaan tidak peduli denganmu?”





“Iya, aku juga berpikir demikian.” Ariella kembali tersenyum lagi, dan minum air, “Puspita, cobalah untuk mendapatkan lebih banyak pesanan, kita harus cari lebih banyak uang, supaya hidup kita menjadi lebih baik.”





Melihat Ariella tertawa, Puspita juga ikutan tertawa dan menepuk pundaknya: “Bersama-sama kita cari uang, semoga bisa cepat beli rumah dan mobil.”





Ariella berpikir lagi dan berkata: “Apa nanti setelah pulang kerja kita pergi lihat mobil, aku ingin beli mobil.”





Puspita membalasnya: “Kamu bukannya dari dulu selalu bilang harus hemat uang, kenapa mendadak ingin beli mobil?”





Lalu Ariella berkata lagi: “Setiap hari naik taksi sangat boros, mungkin kalau nyetir mobil sendiri akan jauh lebih hemat.”





Lagi pula, taksi tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam villa, hanya bisa sampai depan pintu gerbang, setiap hari harus jalan kaki setengah jam untuk masuk ke dalam, terlalu lama dan melelahkan, sangat tidak praktis.





Dan juga, dia ingin beritahu kakek Carlson bahwa dia mampu untuk membeli mobil dengan kemampuan ekonomi sendiri, cukup bisa menjalani hidupnya dengan baik tanpa bergantung dengan keluarganya.





Kelak setelah sudah bisa cari uang sendiri, Ariella juga ingin membeli sebuah rumah, jikalau nanti Carlson sudah tidak punya uang, Ariella juga bisa menghidupinya.





Setelah berpikir demikian, Ariella tambah rajin bekerja, berharap bisa mendapatkan penghargaan untuk setiap gaun pengantin yang didesain untuk setiap pelanggan.





Kalau mereka suka, kemudian dikenalkan ke teman-temannya, disebarkan sana sini, semakin sebar semakin ramai, karena demikian mereka tidak usah takut kalau tidak ada pesanan.





Sibuk sampai sore hari, kebetulan di momen yang sangat sibuk untuk desain konsep, biasanya Ariella selesai sibuk baru makan ataupun tidak makan juga tidak masalah.





Tetapi hari ini pada saat jam makan, meskipun dia sibuk, dia tetap meminta Puspita untuk memesan makanan, dia boleh tidak makan, tetapi bayi di dalam perut tidak boleh kelaparan.





Sekarang dia bukan hanya Ariella, tetapi juga istri Carlson dan seorang ibu yang bahagia, tidak peduli melakukan apa, pasti akan selalu teringat mereka.





Sore hari setelah pulang kerja, Puspita menemani Ariella bersama-sama pergi melihat mobil, dia tidak mampu membeli mobil mewah, namun mobil seharga dua ratus jutaan bukanlah suatu masalah untuk dia.





Dulu Ariella sangat tertarik tentang merek sebuah mobil, bahkan sudah menelitinya, mereka langsung pergi ke toko 4S tersebut.





Ariella langsung tertarik dengan salah satu mobil pada pandangan pertama, setelah mencoba menyetirnya, dia langsung membayar uang muka dan akan datang dua hari lagi untuk membawa mobilnya.





Baru saja melakukan pembayaran, Carlson langsung menelepon dia, suara Carlson di telepon selalu rendah dan menggairahkan: “Kamu lagi dimana?”





“Aku lagi beli mobil.” membeli mobil termasuk suatu hal yang besar, tidak dapat disembuyikan, dan dia juga tidak mau menyembunyikannya dari Carlson.





“Kalau begitu aku pergi jemput kamu.” suaranya tetap begitu rendah seperti biasa.





Ariella pergi sendiri untuk membeli mobil, tanpa memakai uang Carlson, namun Carlson tidak merasa malu sama sekali, bahkan juga tidak bertanya kenapa Ariella membeli mobil.





“Baik.” setelah telepon berakhir, Ariella mengirim GPS ke ponsel Carlson.





Sekitar 20 menit, Carlson sudah sampai.





Puspita tahu bahwa pasti ada yang ingin dibicarakan di antara Ariella dan Carlson, jadi dia sapa dan pamit duluan.





Setelah naik mobil, Carlson memegang tangan Ariella, dan menatapnya: “Ariella, ada beberapa hal yang aku pikir tidak cukup bijaksana.”





“Kenapa bisa?” Ariella menatapnya juga.





Carlson menatap wajah Ariella yang putih, mengamati senyumannya yang kuat, mendadak harinya merasa tidak enak.





Ariella tiba-tiba datang membeli mobil, pasti ada alasannya.





Carlson bisa menebak dari melihat penampilannya saat ini, Ariella tidak ingin memberitahu alasan yang sesungguhnya, jadi Carlson tidak bertanya lebih lanjut lagi.





Tidak akan tahu jawabannya bila tidak tanya, jika tanya mungkin masih bisa tahu jawabannya, jadi Carlson membuka pertanyaan: “Kenapa tiba-tiba ingin membeli mobil?”





“Sudah dapat uang, jadi ingin memberikan diri sendiri sesuatu hal yang besar. Surat izin mengemudi sudah ada bertahun-tahun, sekarang saatnya untuk digunakan.” jawabannya sangat normal, sehingga Carlson tidak bisa menemukan cela dari jawabannya.





Setelah melihat Ariella beberapa waktu, Carlson berkata lagi: “Selain masalah pekerjaan, dulu semuanya dibantu uruskan oleh orang sekitar, jadi aku lebih kurang mengerti dan belakangan ini baru tahu.”





“Tidak masalah kamu hanya mengerti sedikit, yang penting aku lebih mengerti sudah cukup, jadi aku bisa kapanpun mengingatkan kamu.” Ariella merasa sangat lucu, Carlson mengatakannya tentang ini kepadanya, secara tidak langsung sudah mengakui bahwa EQnya sangat rendah.





Melihat betapa seriusnya Ariella berbicara dan matanya yang begitu penuh dengan kepercayaan diri, Carlson menyadari bahwa hari ini Ariella sangat berbeda dengan hari biasanya, tapi dia tidak tahu berbeda dimananya.





Setelah dilihat-lihat, Carlson kemudian menundukkan kepala mencium Ariella, ciumannya sangat lembut, hanya mencium bibirnya secara perlahan, lalu dilepaskan lagi.





Ariella memegang tangannya dan tersenyum: “Pulang dulu saja. Nanti setelah sampai rumah aku beritahu satu kabar baik.”





Carlson menaikkan alisnya: “Tidak bisa beritahu sekarang?”





“Demi kebaikannya, sekarang tidak boleh beritahu dulu.” apabila Ariella beritahu Carlson sekarang, nyetirnya pasti jadi bahaya karena Carlson pasti terlalu senang, jadi lebih baik tunggu sudah pulang rumah baru beritahu dia saja.





“Ada apa?” Ariella semakin menutupinya, Carlson malahan semakin tertarik.





“Sudah dibilang pulang rumah baru aku beritahu, kenapa masih tanya terus, tuan Carlson yang seperti ini sama sekali tidak lucu.” Ariella mencubit-cubit pipi Carlson, “Tuan Carlson, pintar, sangat patut.”





Mendadak diperlakukan seperti seorang anak kecil, wajah Carlson langsung tidak normal sehingga dia langsung menghadap ke arah depan, menyetir pulang rumah.

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK