Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 492 Tidak Tenang


Sore ini, Ariella menelepon Carlson, setelah dia bilang sedang sibuk, dia tak lagi meneleponnya.


Dia tidak menelepon bukan berarti tidak perhatian padanya, melainkan tidak ingin mengganggunya kerja, tapi setiap kali dia tidak dirumah dia tetap menunggunya pulang.


Setiap kali selalu begini, tidak pernah tidak seperti ini.


Oleh karena itu, tidak perduli Carlson sibuk sampai semalam apapun, dia hanya bisa sesegera mungkin pulang kerumah, bagaimana mungkin dia tega membiarkan Ariella menunggunya semalaman.


Melihat cahaya yang menyala di ruangan itu, Carlson hanya merasa bahwa kelelahan hari yang sibuk telah hilang tanpa jejak.


Bibirnya tanpa sadar terangkat sedikit, dan langkah di kakinya tanpa sadar dipercepat, dan dia tidak sabar menunggu beberapa langkah lagi untuk muncul di depan Ariella.


Ketika Carlson berjalan ke pintu gerbang utama, Ariella juga sedang berjalan kearahnya.


Dia mengenaka piyama bergambar kartun berwarna pink satu set dengan piyama Riella, lampu yang menyinari wajahnya di malam hari, membuat wajahnya tampak merah, sangat menggoda,


“Kenapa masih belum tidur?” Dia bertanya, dengan senyuman diwajahnya.


Tidak menjawabnya, Ariella berinisiatif mengaitkan lengannya dan berkata: “Sibuk sampai semalam ini, lain kali jika dapat beristirahat di luar dan beristirahatlah di luar.”


Carlson mengelus kepalanya dan tersenyum lembut: “Jika aku istirahat di luar, bukankah kamu jadi menunggu semalaman.”


Ariella meliriknya dengan tidak puas: “Aku bukan orang bodoh. Kamu menelepon dan memberi tahu aku bahwa tidak bisa pulang, aku tidak akan menunggu kamu lagi, bagaimana mungkin aku menunggu semalaman.”


Carlson tiba-tiba berhenti dan memegangi wajahnya, dan berkata dengan sangat serius : “Tapi tanpamu, aku tidak bisa tidur.”


Tidak tahu sejak kapan menjadi sebuah kebiasaan, tidak ada Ariella yang berbaring di sampingnyaketika bangun tidur tidak dapat melihatnya, ia tidak bisa tidur nyenyak lagi.


Wajah Ariella tanpa sadar memerah saat Carlson memandangnya penuh kasih. Dia menunduk dan bertanya : “Apakah sudah makan malam?”


“Belum.” Baru duduk di atas meja sudah bermasalah, makanpun belum, Carlson membawa orang-orangnya pergi.


“Apa yang ingin kamu makan, aku akan memasaknya.”


“Mie,” Carlson ingat bahwa Ariella pernah memasaknya sekali ketika dia baru menikah, dan rasanya enak.


“Kamu pergi ke atas untuk mandi, setelah selesai mandi, kamu sudah bisa makan.”


“Aku akan menemanimu.” Carlson tidak lapar jika dia hanya tidak makan sekali, dia hanya merindukan saat mencuci sayur dan memasak bersamanya.


“Oke, kalau begitu kamu bertanggung jawab untuk mencuci sayuran.”


“Baiklah.”


Oleh karena itu mereka suami istri berdua, satu orang bertanggung jawab untuk mencuci sayuran, dan satu orang bertanggung jawab untuk merebus air dan menyiapkan bumbu, tidak perlu waktu lama untuk membuat semangkuk mie yang harum.


Ariella memandang Carlson dan berkata : “Aku sudah lama tidak membuat mie, aku tidak tahu bagaimana rasanya?”


Carlson berkata : “Istri aku yang memasaknya, pasti enak.”


Ariella tersenyum : “Kalau begitu kamu makan lebih banyak.”


Carlson makan mie, Ariella duduk diam didepannya sambil menatapnya.


Tidak peduli sudah berapa lama berlalu, walaupun sudah menjadi ayah dari seorang anak berumur empat tahun, tetapi gaya hidupnya masih tetap tidak berubah.


Setiap pagi bangun tidur saat buka mata, dia melihatnya duduk disamping jendela membaca koran, seperti hari kedua pernikahan baru mereka beberapa tahun yang lalu.


Menatapnya, Ariella mengenang masalalu yang telah lama berlalu, disaat semakin mendalam, dia mendengar suara Carlson: “Ariella, hari ini kamu ke tempat Ferdian, dia mencarimu ada keperluan apa?”


Ariella dengan bengong menggelengkan kepala : “Tidak ada apa-apa.”


“Jika butuh bantuan, kasih tahu.” Dia hanya khawatir Ariella ada masalah, tapi tidak enak hati mengatakan padanya.


Ariella mengedipkan mata, tersenyum berkata : “Tidak mengatakan apapun, hanya memasak semeja makanan buat aku.”


Carlson kembali bertanya : “Dia masak?”


Ariella: “Kamu juga merasa tidak masuk akal bukan. Aku juga merasa begitu. Orang yang biasanya begitu malas tiba-tiba menjadi rajin. Jika tidak melihatnya sehat-sehat saja, aku mengira dia jatuh sakit.”


Carlson sedang meminta orang untuk melacak orang misterius, begitu mendengar tingkah laku Ferdian yang aneh, hal pertama yang diingat adalah orang misterius tersebut.


Biasanya orang yang membenci bau asap, tiba-tiba mau memasak, ini membuat Carlson berpikir banyak.


“Carlson, apa yang kamu pikirkan?” Ariella mengangkat tangannya dan melambai di depan mata Carlson.


“Apakah dia mengatakan sesuatu padamu?” Carlson meraih tangannya dan bertanya lagi.


“Kami tidak berbicara tentang apa pun, hanya berbicara tentang pekerjaan sehari-hari.”


“Minta dia sering datang ke rumah, Riella suka pamannya.” Carlson tidak menanyakan Ariella lagi, bertanya terlalu banyak, mudah membuat Ariella curiga.


Dia memiliki keraguan di hatinya, maka minta orang lain untuk memeriksa.


Ariella dan Carlson kembali ke kamar, dan Riella, yang sudah tidur malah duduk, dua bola matanya yang besar dipenuhi dengan ketakutan.


“Riella!” Ariella bergegas menghampiri Riella, memeluknya yang tidak memiliki rasa aman, dengan lembut menepuk punggungnya.”Riella tidak takut, Ayah dan Ibu ada di sini.”


“Ibu …” Riella bereaksi untuk waktu yang lama, mendekap dalam pelukan ibunya, dan dua tangan kecilnya memegang erat pakaian ibunya.


“Riella, Ayah juga ada di sini,” Carlson memeluk mereka ibu dan anak bersamaan, dan satu tangannya mengelus kepala Riella.


Riella mengangkat wajahnya, mengedipkan matanya yang sembab, dengan lembut berkata, “Ayah, jangan tinggalkan Riella.”


Mungkin Abang Hansel yang tiba-tiba pergi, dan Riella merasa sangat tidak nyaman di dalam hatinya, disaat di melihat siapapun, dia akan merasa sepertinya dia akan ditinggalkan kapan saja.


“Riella, kamu adalah kesayangan Ibu dan Ayah, bagaimana mungkin Ayah dan Ibu tidak menginginkanmu?” Carlson mengangkat Riella dan mencium wajah kecilnya. “Ayah pergi bekerja, dan pasti akan kembali setelah bekerja menemani Riella kecil kami.”


“…”


Riella membuka besar mata dan masih tidak percaya apa yang dikatakan Ayah, karena Abang Hansel mengatakan ini padanya, tetapi Abang Hansel akhirnya pergi.


Dia sangat takut sangat takut, takut Ayah dan Ibunya akan seperti Abang Hansel, ketika dia membuka matanya, dia tidak akan pernah melihat mereka lagi.


“Riella, percaya sama Ayah.” Carlson memeluk erat anak perempuannya, dengan pelan menepuk pundaknya, dengan tujuan memberinya dukungan, agar dia merasa aman.


Riella memanyunkan mulutnya, berkata : “Ayah tidak boleh membohongi Riella.”


Carlson menganggukkan kepala, berkata : “Ayah tidak mungkin membohongi Riella.”


Menghabiskan waktu yang banyak untuk membujuk Riella tidur, Ariella menatap Carlson dengan kasihan : “Maaf!”


Carlson berkata : “Bodoh? Mengapa tiba-tiba bilang maaf?”


“Kamu kerja sampai semalam ini sudah capek, pulang rumah masih harus membujuk anak.” Ariella menghirup hidungnya, menyalahkan dirinya sendiri, “Aku yang dirumah pun tidak bisa menjaga anak dengan baik.”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK