Henry, Carlson dan Ferdian sebelumnya adalah teman sekolah, dan hubungan mereka tergolong baik.
Yang berarti Henry kemungkinan besar tahu hubungan dia dengan Carlson dan Ferdian, sudah tahu hubungan dia dengan mereka, Henry kenapa masih melakukan hal yang keterlaluan itu padanya.
Memikirkan hal ini, Ariella ingin sekali mengambil pisau lalu membegal Henry.
Seperti pribahasa, tidak boleh membully istri teman, orang yang membully istri teman adalah seseorang yang tidak baik, Carlson tidak seharusnya kenal dengan orang seperti itu.
Tiba-tiba, Ariella kepikiran dengan design yang diberikan Henry kepadanya.
Kalau Henry kenal dengan Carlson dan Ivan, berarti design yang ada ditangannya itu bukan ia gambar sendiri melainkan ia mendapatinya dari Carlson atau Ivan.
Kalau dia ingin mencuri, seharusnya ia mencuri design milik Ivan, Karya Ivan kalau dijual keluar harganya akan sangat tinggi, mencuri karya milik dia tidak akan dapat buka harga yang tinggi.
Sedangkan baju pengantinnya yang didesign untuk dirinya sendiri, tidak ada merek, kalaupun dijual juga tidak dapat dijual mahal, Henry mengambilnya untuk apa?
Kecuali dia adalah seorang psikopat?
Ariella meghentikan langkahnya, lalu melihat kearah Carlson dan bertanya: “Carlson, tadi siang kamu bilang kamu sedang sibuk itu karena mau ketemu dengan Henry?”
“Bukan mau ketemu dia, hanya saja tadi setelah menyelesaikan pekerjaannya tanpa sengaja bertemu dia, katanya dia sedang menunggu rekan kerja perempuannya……tak disangka teman rekan kerja perempuannya adalah kamu.” Jawab Carlson sambil mengelus kepala Ariella.
Kalau saja Carlson tahu sejak awal rekan kerja perempuannya Henry adalah Ariella, tidak perlu Henry yang pergi mencari, Carlson pasti akan langsung dengan cepat pergi mencarinya.
“Aku dan dia hanya sebatas teman kantor.” Mungkin ia takut Carlson dapat melihat apa yang dilakukan Henry padanya, Ariella bahkan tidak melihat kearahnya saat berbicara.
“Hubungan kalian kalau bukan teman kantor, memang mau hubungan apa lagi? Carlson menarik ujung hidungnya, memanjakannya lalu memeluknya, “Ariella, janji sama aku, kamu akan terus bersamaku sampai tua.”
“Aku pasti akan terus bersamamu sampai tua. Kalau tidak bersamamu, mungkin kamu bisa mengampuni aku, tapi anak-anak tidak akan bisa mengampuni aku.” Ariella menarik tangan Carlson dan menempelkan pada perutnya, dan tersenyum tipis, “Bisa hamil anak kita lagi, aku sangat senang.”
“Bodoh!” kata Carlson dan menundukkan kepalanya untuk mencium kening Ariella.
Ariella membalikkan kata-katanya: “Kamu tuh yang bodoh.”
Carlson tidak membalasnya lagi, lalu membawanya masuk ke mobil, dia juga ikut masuk ke dalam mobil dan memeluknya: “Kamu tidur dulu, nanti kalau sudah sampai rumah sakit aku bangunin kamu.”
“Carlson…… Aku ngga mau kerja lagi di kantor PM.” Pekerjaan bagi Ariella sangat penting, tetapi baginya Carlson dan keluarga ini jauh lebih penting.
Ia sadar disampingnya ada sebuah bom yang kapan saja bisa meledak, Ariella tidak bodoh, masih dengan sengaja membiarkan orang lain meledakkan bom itu.
Kalau saja terjadi sesuatu, bagaimana dengan anak pertamanya? Bagaimana dengan Carlson? Dan bagaimana anak ada yang dikandungannya?
Waktu yang seperti ini, ia tak lagi sendiri, apapun keputusan yang akan diambil, ia tetap harus memikirkan mereka terlebih dahulu, tidak boleh sembarangan.
Tidak bisa bekerja di kantor PM, memang akan menjadi sebuah penyesalan baginya, tetapi dia masih bisa mencari pekerjaan lain untuk menggantinya.
Tetapi keluarga dia dan Carlson, tidak ada yang bisa menggantinya.
Carlson mencium keningnya lagi: “Baik, kalau begitu kamu berdiam dirumah saja, jaga kandunganmu, mau kemana jalan-jalan, aku akan temenin kamu.”
Ariella tidak pergi kerja adalah suatu hal yang bagus, tetapi dia seseorang yang gila bekerja tiba-tiba mengeluarkan ide untuk tidak bekerja, Carlson mau tidak mau menjadi curiga, apakah dia tahu sesuatu?
Tetapi melihat kondisi saat ini, sepertinya tidak banyak orang yang tahu tentang Fernando yang beberapa tahun lalu tidak meninggal, ditemukan oleh Ferdian dan berita kasus pembunuhannya.
Hanya Carlson dan Ferdian yang tahu, lalu Henry dan beberapa anak buah lainnya, persentase Ariella tahu tidak terlalu tinggi.
Tidak tinggi, tetapi tidak dapat menjamin 100%.
Ariella bercanda dan berkata: “Kamu tidak akan membenciku karena aku tidak bekerja kan dan memintamu untuk menghidupi aku.”
“Aku suka……” Perkataan Carlson terpotong karena bunyi telepon yang masuk, dia tersenyum minta maaf kepada Ariella, lalu segera mengangkat telepon, “Bagaimana?”
Telepon terdengar suara Asisten Henry: “Tuan Carlson, sudah ketemu orang yang menyebarkan foto diinternet kemarin. Dia tinggal disekitar pelabuhan, sering berada didaerah situ. Kemarin malam dia kebetulan sedang keluar, lalu tidak sengaja mengambil foto.”
Carlson terdiam lalu bertanya: “Apakah masih ada informasi lainnya?”
Henry menjawab: “Aku masih akan menyuruh beberapa orang untuk lanjut melakukan pemeriksaan tentang orang ini, untuk melihat apakah dia dibayar oleh orang lain? Atau mungkin semua bukti sudah dibeli oleh pembunuhnya.
“En.” Carlson memberikan jawaban yang sangat singkat.
Setelah mematikan telepon, Carslon membenarkan kacamatanya, Ariella langsung mengelus punggungnya: “Aku sudah tidak apa-apa, kita tidak perlu ke rumah sakit lagi, kamu pulang beristirahat aja.”
Pekerjaan Carlson sangat sibuk, mengkhawatikan masalah Group Aces yang begitu besar, masih harus membagi waktu untuk menjaganya lagi, Ariella merasa tidak enak hati.
“Ngga boleh, kamu harus pergi ke rumah sakit untuk cek. Kalau saja baby berani membuatmu sakit lagi, aku akan memukul bokongnya.” Carlson tidak menginginkan anak lagi, ia tidak ingin melihat Ariella menderita.
“Kamu yakin rela?” Melihat Carlson yang memanjakan anak perempuannya ia tahu kalau dia adalah ayah yang baik, dia tidak akan rela memukul anak-anaknya.
“Baby kalau sampai berani membuat Ibu kesakitan, kamu lihat aku rela atau tidak.” Carlson memeluk Ariella, dia sangat khawatir, dia ada perasaan yang tidak enak, khawatir cepat atau lambat Ariella pasti akan mengetahui masalah Fernando.
Karena kekhawatirannya ini, siang ini dia duduk dengan tidak tenang, otaknya kosong, hal yang terpikirkan setiap kali adalah Ariella.
Memikirkan suatu hari Ariella mengetahui masalah Fernando, dia harus berbuat apa agar masalah ini tidak menyakitinya.
Tentu saja, sebelumnya dia harus berusaha untuk mencegah agar masalah ini tidak terdengar sampai ke telinga Ariella, walau tidak tahu apakah benar akan menyakitinya atau tidak.
……
Melakukan tes kehamilan dirumah sakit, dokter memberitahu mereka, tubuh ibu dan janin sangat sehat, kedepannya hanya perlu dua minggu sekali datang ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan lagi.
Ariella berterima kasih kepada dokter, lalu melihat Carlson yang nervous, dan tertawa: “Kamu lihat, kamu nervous banget, aku kan bukan hamil untuk yang pertama kalinya, aku sudah ada berpengalaman, kamu tidak perlu khawatir.”
“Aku nervous karena istriku, memang ada yang berani mempunyai pendapat lain.” Carlson membawa Ariella duduk disebelah kiri depan mobil, ia berencana menyetir sendiri untuk mengantarnya pulang.
“Katanya di Pelabuhan ada kasus pembunuhan, kepala korban sampai terputus, bayangkan kematiannya begitu sengsara.”
“Yaampun, membayanginya saja sudah sangat menyeramkan!”
Dari sebelah ada dua orang laki-laki yang melewati mobil mereka sambil berbicara, Ariella sudah mendengar berita ini seharian.
Tapi kali ini yang ia dengar jauh lebih parah daripada yang ia dengar tadi pagi, tadi pagi hanya bilang seluruh badan korban penuh dengan luka, tetapi sekarang kepala korban terputus.
Inilah yang dinamakan informasi yang disebarkan dari satu orang ke orang lain tidak sesuai, tidak tahu terakhir akan disebarkan seperti apa.