“Riella, ayo pergi keluar sama Kakek.” Darwin datang menghampiri, lalu membawa pergi Riella kecil.
Pertemuan orang dewasa sama sekali tidak membuat Darwin tertarik, ia lebih tertarik bermain dengan anak kecil.
“Kakak ipar, aku pergi bermain keluar ya.” Darwin pergi. Efa yang tidak betah pun pergi mengikuti Darwin.
Ayah Tanjaya dan Ibu Tanjaya kembali menarik Sebastian berbicara, hubungan mereka dengan Sebastian memang tidak terlalu dekat, tetapi mereka berusaha untuk melakukan pendekatan.
Setelah Carlson memperlihatkan wajahnya, ia bergegas kembali ke ruangan kantor untuk bekerja, sepertinya akan melakukan rapat melalui video call, Ariella juga tidak terlalu mengerti.
Karena Ariella tidak ada kerjaan maka ia pergi membantu Nurmala mengantar cemilan dan buah kepada semua orang, sebagai tuan rumah perempuan, ia berharap semua orang yang datang dapat pulang dengan hati yang gembira.
“Kamu ngga nurut lagi.” Carlson melihat Ariella mengantar buah ke kantor, kedua alis berkerut seperti menjadi satu.
“Aku ngga ada kerjaan.” Kehamilan kedua ini tidak seperti kehamilan pertama, Ariella masih bisa berloncat-loncat, kondisi tubuhnya sangat baik.
Carlson menarik Ariella untuk duduk diatas kakinya: “Mumpung semua orang sedang berkumpul, gimana kalau kita umumin ke ayah dan ibu masalah kehamilan keduamu.”
“Ngga boleh, kita sudah ngomong dari awal, tunggu tiga bulan ke depan baru diumumin.” Ariella masih ada rasa sedikit khawatir, ia takut kalau orang lain tahu akan ada yang ingin mencoba memukuli anaknya.
Mungkin kekhawatiran ini tetap ada karena masalah saat hamil Riella kecil. Karena bagaimanapun dia melewati masa yang menyeramkan, sampai saat ini jika ia memikirkannya lagi ia masih dapat merasakan betapa putus asanya dia saat itu.
“Baik, tunggu kamu mau umumin kita baru kasih tahu ayah dan ibu.” Masalah ini, Carlson selalu mendengarkan apa kata Ariella.
“Makasih atas pengertian kamu.” Ariella berdiri, mengulurkan kedua tangannya lalu memijat bahunya, “Kamu kerja saja, tidak perlu pedulikan aku.”
Carlson tidak akan dapat menghiraukan keberadaannya disini, hanya saja ia dapat mengontrol dirinya sendiri, Ariella tidak akan menyadari jika ia terpengaruh oleh keberadaannya.
Ketika mereka berdua sedang bersama, kebanyakan waktu mereka melakukan hal-hal nyaman seperti ini, makanya mereka selama ini tidak pernah bertengkar.
Berbeda dengan Darwin dan Efa, salah satu dari mereka seperti bom dan satunya lagi adalah timah, yang kalau tidak kita perhatiin akan meledak begitu saja.
“Darwin, kamu jalan cepat banget, kamu sebenarnya mau kemana sih?” Efa juga berjalan dengan cepat, tetapi gerakan Darwin jauh lebih cepat, bahkan walaupun dibahunya ia mengendong Riella kecil tetapi kecepatannya tidak terpengaruh.
Tidak tahu apakah Darwin sengaja atau tidak, seharian ini ia tidak memperdulikan Efa.
“Efa, aku bawa Riella kecil keluar main, kamu ngapain ikutan?” Darwin dapat melihat kalau Riella kecil tidak terlalu suka dengan kakak barunya, tidak ingin melihatnya sedih, jadi dia membawanya keluar.
Efa malah ikut keluar……hmm, diluar dugaannya.
Tetapi sekarang sedang diluar, ia tidak bisa melakukan apa yang ia ingin lakukan, lagi pula ada Riella kecil yang bakal jadi nyamuk, lebih baik kalau meminta Efa untuk pulang.
“Darwin, kamu begitu suka dengan anak kecil, kalau gitu kita balik bikin satu yuk.”Akhir-akhir ini muka Efa semakin tebal.
Mereka berdua sudah menjalankan hubungan dengan waktu yang cukup lama, seharusnya dalam keadaan normal Efa harusnya akan hamil, tetapi sampai saat ini perutnya tidak memberikan respon apapun.
Memikirkan hal ini, Efa melihat kearah Darwin: “Weh. Darwin, apakah kamu punya masalah?”
Darwin menaikkan satu alisnya: “Apaan?”
Efa melihat Darwin, lalu melihat perutnya: “Aku hitung-hitung, beberapa hari ketika kita sedang bersama aku dalam keadaan mendekati hari dapet aku, tetapi aku tetap tidak hamil……pastinya aku tidak ada masalah, apakah kamu yang punya masalah?”
Efa merasa dia tidak ada masalah, dapat makan tidur, dapat berlari loncat, pokoknya sangat sehat, mungkin bisa jadi karena umur Darwin yang sudah cukup tua, persentase sperma hidupnya rendah sehingga ia tidak bisa hamil.
Memikirkan dirinya yang masih muda, kenapa dulu ia bisa sebuta itu sampai bisa menyukai seseorang seperti Darwin yang sudah tua dan tidak dapat membuat orang hamil?
Mungkin Darwin menggunakan guna-guna, makanya perempuan muda nan cantik jelita yang tiada tanding seperti dirinya bisa menyukai dia.
“Efa, diotakmu itu ada apa sih?” Darwin menjitak kepala Efa, biar dia dapat berpikir lebih jernih.
“Apaan?” Efa kesal sampai berbicara dengan sangat keras, “Darwin, kamu jangan menggunakan cara ini untuk coba-coba mengalihkan pembicaran ya.”
“Riella sayang, ayo ikut Kakek pergi, kita ngga perlu peduliin Bibi kecil.” Ini adalah penghinaan bagi seorang pria, jadi Darwin tidak ingin memperdulikan Efa lagi.
“Kakek dan Bibi kecil mau lahirin satu baby yang cantik?” Riella kecil bertanya dengan matanya yang lebar dan berbinar-binar.
Kalau Kakek dan Bibi kecil dapat melahirkan satu adik yang mirip dengan Mianmian, nanti ia akan mempunyai dua adik perempuan yang akan menemaninya bermain, alangkah indahnya hal tersebut.
“Bukan Kakek yang ngga mau melahirkan satu dengan Bibi kecil, tetapi Bibi kecil kamu yang tidak berguna.”
Baru saja Darwin berbicara, Efa langsung menendang pinggulnya: “Darwin, kita kedokter untuk ngecek biar tahu siapa yang sebenarnya adalah masalah.”
“Kalau saja kamu yang ada masalah……” Efa menyipitkan matanya, lalu tersenyum jahat, “masalah ini aku tidak akan memberitahu orang lain.”
Darwin tidak senang lalu berkata: “Siapa yang bilang aku ada masalah?”
“Kalau kamu ngga ada masalah, kenapa aku sampai sekarang ngga hamil?” Efa terus memastikan kalau masalah ada pada diri Darwin.
Karena bagaimanapun dia adalah pria tua yang sudah berumur tiga puluh tahunan, tidak seperti dirinya yang masih muda, jadi kalau tubuh dia ada sedikit masalah itu hal yang sangat wajar.
Mata Riella kecil melebar, sebentar melihat kearah Darwin dan sebentar melihat kearah Efa.
Matanya yang berbinar-binar terus memutari kedua orang tersebut, aneh, Kakek dan Bibi kecil sedang membicarakan apa, dia sama sekali tidak mengerti.
Mereka sempat menyebutkan kata sakit, tetapi melihat Kakek dan Bibi kecil yang bertengkar dengan berteriak, sedikitpun tidak terlihat seperti orang sakit.
Mendingan ayah dan ibunya, mereka tidak pernah bertengkar, karena saling memberikan kasih sayang.
Memikirkan ayah dan ibunya yang saling memberikan kasih sayang, Riella kecil langsung terpikir: “Kakek, Bibi kecil, kalau kalian ngga bertengkar, kalian baru bisa melahirkan anak yang baik.”
Dia adalah anak yang lucu, itu semua karena ayah dan ibu saling memberikan kasih sayang baru bisa melahirkannya.
Darwin tertawa dan berkata: “Siapa yang kasih tahu kamu?”
Riella kecil berkata dengan serius: “Ayah dan ibu selalu saling memberikan kasih sayang dengan cium dan pelukan.”
“Anak yang pintar, Bibi kecil sayang banget sama kamu.” Efa mengelus kepala Riella kecil, “Kalau gitu Bibi kecil dan Kakek ngga akan bertengkar lagi, dan berusaha melahirkan satu anak yang lucu seperti kamu.”
“Riella yang paling lucu.” Bibi kecil dan Kakek boleh melahirkan anak, tetapi anak yang dilahirkan tidak boleh lebih lucu dari dirinya.
Kalau anak mereka lebih lucu dari dia, maka semua orang akan tidak menyukai dirinya lagi.
Jadi Riella kecil hanya ingin Bibi kecil dan Kakek melahirkan anak seperti adiknya yang hanya bisa menangis.