Tetapi kenyataan berdarah terpapar di depan mata Efa, Kakeknya yang baik hati mengirim orang untuk menculik Riella kecil yang masih kecil, orang-orangnya menembaki Kakaknya …
Hal-hal yang telah dilakukannya dulu, Efa mungkin masih bisa bersikap pura-pura bodoh, berpura-pura bahwa hal itu tidak benar, itu hanyalah sebuah kesalahan saja.
Tapi penculikan Riella kecil dan penembakan Carlson, dia melihatnya dengan matanya sendiri, dia menyaksikan ketika Asisten Dolvin menembak dan menyaksikan Kakaknya tertembak, darahnya mengalir, mewarnai kemeja putihnya menjadi warna merah darah.
Jika setelah melihat ini, Efa masih bisa menutup matanya, menganggap tidak ada yang terjadi, berpikir orang ini masih adalah Kakeknya yang baik hati, lalu apa perbedaan dirinya dengan hewan buas?
“Efa, aku adalah Kakek …”
“Aku tidak punya Kakek sepertimu, dan aku juga tidak menginginkan Kakek sepertimu.”
Setiap kali Efa mengatakan kata yang begitu menyakitkan padanya, hatinya sakit bagai dicabik, Efa hanya bisa menggunakan suaranya untuk menutupi kesedihannya.
Tidak tahu mengapa, jelas-jelas dia sudah bertekad mengeraskan hati, memutuskan semua hubungan dengannya, tapi hatinya masih saja merasa sakit.
Efa tidak pernah tahu bahwa sakit hati ternyata seperti ini, sakitnya seakan mati rasa, putus asa terhadap dunia.
Sikap tegas Efa membuat Sandoro mengerti bahwa hubungan kakek dan cucu di antara mereka sudah tidak akan pernah bisa kembali hangat seperti sebelumnya.
Sandoro menghela nafas panjang dan berkata: “Efa, tidak peduli apa kamu mengakuiku atau tidak, tapi kamu jangan lupa, keluarga Darwinlah yang membunuh orangtuamu. Kamu tidak boleh bersama dengan Darwin.”
Apa dia pikir Efa bisa bersama dengan Darwin atau tidak, semuanya dia yang memutuskannya?
Sejak awal, mereka bisa bersama atau tidak, keputusan itu semuanya ada di tangan Darwin.
Dulu, Efa tidak pernah mengerti mengapa Darwin harus menghindarinya, sekarang Efa akhirnya mengerti.
Sebenarnya dia tidak menyalahkan Darwin, tidak menyalahkannya sama sekali, masalah lampau ini tidak ada hubungannya dengan Darwin, terlebih lagi, masalah itu terkait dengan kepentingan nasional, Darwin adalah keluarga militer, berbuat seperti itu, tidak ada salahnya bukan?
Alasannya Efa bisa mengerti, tapi ketika memikirkan bahwa objek yang dieksekusi adalah orang yang memberinya kehidupan, merupakan Ayah dan Ibu yang selalu dimimpikannya berulang kali dalam mimpi masa kecilnya … Efa masih tidak bisa tidak menyalahkan.
Kenapa, kenapa harus dia?
Kenapa, kenapa harus Ayah dan Ibuku?
Ayah dan Ibunya tidak meninggalkannya, tapi mereka pergi karena terpaksa untuk melakukannya …
Memikirkan hal ini, Efa mengambil napas dalam-dalam, mendongak untuk menahan air mata yang akan mengalir turun, kemudian berkata: “Kamu tenang saja. Apa yang kamu khawatirkan tidak akan pernah terjadi.”
Ketika mengatakan itu, Efa berbalik dengan langkahnya yang rapuh kemudian pergi, bahkan dia sama sekali tidak melihat ke arah Darwin.
Haha …
Sebagai kerabat dari mata-mata, keluarga yang mengasuhnya dilukai oleh orang yang memiliki hubungan darah dengannya …. Rumah keluarga Carlson, dia sudah tidak bsia kembali ke sana, dan juga tidak punya muka untuk kembali ke sana.
Efa juga tidak tahu harus pergi ke mana.
Hanya bisa terus berjalan, ke mana langkahnya membawanya pergi.
Setelah kembali tersadar, pandangan mata Darwin meredup, melangkahkan kakinya yang panjang kemudian segera mengejarnya, dia menarik Efa masuk ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat.
Efa tidak melawan, air mata yang sedari tadi ditahannya menetes jatuh, membasagi pakaian Darwin.
Darwin tidak berbicara, Efa juga tidak berbicara, keduanya tidak ada yang memecah kesunyian.
Darwin tidak pernah melihat Efa yang bagai kehilangan jiwanya, dulu tidak peduli menemui masalah apapun, Efa selalu bisa menanganinya dengan cara yang unik.
Betapa Darwin berharap, Efa bisa seperti dulu, memeluknya dengan kencang dan meninjunya, mengancam akan meledakkan markasnya.
Berharap Efa berdebat dan berteriak memaki padanya: “Darwin, dasar bajingan, aku pasti akan memberimu pelajaran.”
Tapi kali ini, Efa tidak melakukan apa-apa, hanya menangis dalam diam di dalam pelukannya, seolah-olah dia telah ditinggalkan oleh seluruh dunia.
Sekian lama, Efa mendongak dan menatap Darwin dengan matanya yang berkaca-kaca, sepertinya ingin mengingat penampilannya lekat-lekat.
“…” Darwin membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tenggorokannya sepertinya tersumbat, tidak bisa mengatakan apa-apa.
Apa yang bisa dia katakan pada Efa?
Mengatakan bahwa orangtua-mu adalah mata-mata, sudah sepantasnya dieksekusi?
Atau mengatakan tidak peduli orang seperti apa orangtua dan kerabatmu, kamu adalah Efa, merupakan anak yang diakui oleh keluarga Carlson?
Kalimat terakhir, bisa dikatakan pada Efa, tapi orang yang harus mengatakan ini, sudah pasti bukan Darwin.
Efa menarik kembali pandangan matanya, menyeka air mata, mengatupkan bibirnya, menunjukkan senyum yang cemerlang pada Darwin.
Efa sepertinya ingin Darwin mengingat ekspresi senyumnya, dan bukan mengingat tampang Efa yang menangis seperti kucing kecil.
“Darwin, jaga dirimu baik-baik!” Ketika Efa tersenyum, dia menunjukkan dua gigi gingsulnya yang lucu, sangat memikat, seolah-olah dia masi merupakan Efa yang tidak takut pada apapun.
Setelah tersenyum, Efa kemudian berbalik, punggungnya tegak lurus, setiap langkahnya itu lambat tapi tegas.
Darwin memandangi punggung Efa yang ramping, tidak bisa menahan untuk tidak mengulurkan tangannya, ingin menangkapnya kembali, tetapi dia pada akhirnya tidak menangkapnya, Darwin menarik kembali tangannya.
Dia adalah putra dari musuhnya, mereka ditakdirkan untuk memiliki celah yang tidak dapat dilintasi, ditakdirkan tidak bisa bersama hingga tua.
Darwin menatap punggung Efa, mengawasinya yang berjalan menjauh selangkah demi selangkah, semakin jauh darinya … Tak terkendali, Darwin kemudian mengikutinya, tidak meminta untuk bisa memeluknya lagi, bisa melihat Efa aman dari kejauhan itu sudah cukup.
Setelah berjalan sekian lama, sebuah mobil sport merah yang begitu arogan datang dengan cepat, mobil itu tiba-tiba berhenti di depan Efa.
Mobil itu berhenti, seorang pria yang mengenakan kaos putih dan kacamata hitam keluar dari dalam mobil …
Dia mendorong kacamata hitam itu ke atas kepalanya dan berjalan ke arah Efa: “Ayo pergi, naik ke mobil.”
Efa menatapnya, tidak bergerak, sepertinya tidak mengenalnya.
“Tidak mengenalku?” Rico mengeluarkan tissue, menyeka air mata Efa, “Ternyata kamu begitu jelek ketika menangis.”
Rico menyeka air matanya dengan kencang, sambil menyeka sambil berkata, “Jangan menangis, itu bukan masalah besar. Bahkan jika langit runtuh, bukankah masih ada orang yang tinggi yang menahannya. Di dunia ini, tidak ada rintangan yang tidak bisa dilewati.”
“Ya.” Efa mengangguk keras, tersenyum pada Rico, tapi senyum ini sedikit tidak enak dilihat.
Wajah Rico begitu jijik: “Benar-benar jelek. Melihat senyummu ini, aku sudah akan memuntahkannya apa yang kumakan di siang hari ini.”
Mendengarkan kata-katanya, Efa mengatupkan bibirnya, mengulas senyum tipis.
Yang dia katakan benar, jika langit runtuh masih ada yang menahannya, tidak ada rintangan di dunia yang tidak bisa dilewati.
Tidak peduli apa yang terjadi, Efa masih harus hidup dengan baik, hidup untuk orangtua yang sudah meninggal, hidup untuk menebus dosa Kakek, dan hidup untuk dirinya sendiri.
Di kejauhan, Darwin memandang Efa memasuki mobil Rico, mengawasinya pergi dengan mata kepalanya sendiri, dan dia tidak bisa melakukan apa-apa.