Ariella tidak tahu apa yang salah dengannya, kenapa bisa sesedih ini, seperti tamparan yang dilakukannya ke muka Carlson, sakitnya muncul di dalam hatinya.
Sebenarnya dia yang dipaksa Carlson untuk melakukan hubungan seksual, dia yang menjadikannya sebagai seorang pengganti, hanya menamparnya sekali saja, kenapa dia bisa merasa sebersalah ini?
Karena dia tak mengerti perasaan ini, jadinya sekarang dia sangat bingung, setelah menampar Carlson dia dengan paniknya pun lari.
Dia sama sekali tidak tahu harus berlari ke arah mana, dengan asal berjalan terus ke depan, sesampai ada satu tangan besar yang menghentikannya.
“Ariella….”
Ariella mengangkat kepala dan berhadapan dengan tatapan mata yang gelap, suara yang rendah dan serak, setelah mendengar suara itu malah membuat hatinya makin sakit lagi.
Beberapa waktu lalu, Ariella juga diperlakukan oleh Carlson seperti begitu, sewaktu itu dia juga menggunakan tatapan ini dan memandangnya, dipandang oleh dia seperti ini, membuatnya seperti dialah yang melakukan kesalahan.
Di waktu yang sama, Ariella juga mengerti, Carlson melalui penampilan dia melihat seseorang yang berbeda, seseorang yang dia cintai, ibu dari Ariella kecil, istrinya yang sudah meninggal.
Sesuatu perasaan yang aneh dan dingin tiba-tiba memasuki hatinya, tidak tahu sejak kapan air matanya telah membanjiri matanya, setetes air mata diam-diam sudah mengalir dari ujung matanya.
Seketika melihat Ariella yang sedang nangis, Carlson merasakan hatinya mulai menciut menjadi kecil.
Ariella sangat jarang nangis, dalam memori Carlson, jumlah Ariella menangis masih bisa dihitung, jadi setiap kali dia meneteskan air matanya, dia juga tak tahu harus berbuat apa.
Apalagi sekarang, dialah yang membuatnya nangis, dia tak tahu harus berbuat apa supaya air matanya tidak mengalir lagi.
Carlson langsung memeluknya, dengan lembut dan ringan menghapus air matanya:”Ariella, aku bukan sengaja membuatmu takut, aku hanya….hanya sangat marah. Kamu telah berjanji denganku untuk makan malam bersama tetapi kamu membatalkan janji dikarenakan lelaki lain. Kamu berbuat seperti ini, bisa membuatkku cemburu.”
Perkataan seperti ini, sepertinya sudah pernah dikatakan oleh Carlson, saat itu dia mengatakan dia akan cemburu, tetapi hanya karena dia memiliki identitas sebagai istrinya.
Sekarang dia cemburu karena di dalam hatinya telah mempunyai Ariella.
Ariella mencemberutkan bibirnya, dan menghentikan air matanya, berkata:”aku tidak mau makan malam bersamamu bukan karena orang lain, tetapi karena kamu.”
Surat yang ditulisnya terlalu menjijikan, orang yang melihtanya malah akan merasakan yang sebaliknya, tak mungkin dia tak tahu bukan?
“karena saya?”
Carlson berpikir dengan serius, semalam dari dia meneleponinya sampai dengan hari ini menerima pesannya, dia tidak pernah mengatakan apapun kepadanya, dia benar-benar tidak tahu salahnya apa?
Ariella berkata lagi:”kalau kamu benar-benar ingin mengejarku kembali, kamu kejar dengan benar, jangan kasih bunga, atau tulis surat menjijikan itu.”
“Bunga apa? Dan surat apa?” kecuali perasaan, di hal yang lain Carlson selalu tajam, dengan cepat mengerti apa yang dikatakan oleh Ariella, kelihatannya ada orang yang menggunakan namanya untuk mengantar bunga dan surat ke Ariella.
Dan orang yang sebegitu tidak punya pekerjaan, sehingga bisa membuat orang begitu membencinya, kecuali Efa, Carlson tidak bisa memikirkan orang kedua lagi.
“Kamu tidak tahu?” melihat perlakuan Carlson, tidak seperti lagi berbohong, yang paling penting adalah Ariella tidak percaya bahwa Carlson bisa menuliskan surat seperti itu.
Carlson menggelengkan kepalanya, walaupun dia sudah tau siapa yang melakukannya, tetapi untuk saat ini dia tidak akan mengatakannya.
Efa adalah adiknya, boleh dibilang apa yang dilakukannya mungkin adalah apa yang dipesankan Carlson, supaya Ariella tidak salah paham, dia lebih baik berpura-pura tidak tahu.
Weng..weng…..
Telepon pribadi Carlson tiba-tiba saja berbunyi, berkata:”Maaf, saya angkat telepon dulu.”
Ariella memalingkan kepalanya, menenangkan perasaannya dulu, dan terdengar suara Carlson yang dengan anehnya sangat lembut berkata:”Ya, Riella tunggu ayah disana, harus baik-baik, jangan beronar, ayah segera membawa kakak Ariella kesana.”
Carlson menutup teleponnya, menanyakan Ariella lagi:” Riella kecil menunggu kita di restoran Lily yang berada di sekitar, menungguku membawa kakak Ariella kesana.”
“Ayo.” Ariella bergerak berjalan dulu.
Carlson dengan cepat mengikutinya, dalam hati mendesah, mengejar seorang wanita memang membutuhkan kemampuan yang mendalam, berbanding dengan melakukan bisnis mengejar wanita susahnya berkali lipat.
……..
Ariella kecil tahu bahwa hari ini bakal makan siang bersama dengan kakak Ariella, dari awal sudah membawa Mian Mian ke restoran Lily ruang 1808 untuk menunggu.
Tetapi setelah menunggu lama tetap saja tidak melihat ayahnya membawa kakak Ariella datang, maka dari itu Ariella kecil meneleponi ayahnya untuk menyuruh mereka cepat datang.
Mendengar ayahnya berkata akan segera membawa kakak Ariella datang, dia pun berlari ke depan pintu, menmbuka matanya yang besar melihat pintu lift.
Lift sudah terbuka beberapa kali, tetapi orang yang keluar bukan orang yang ditunggunya, dia merasa sangat kecewa.
Sewaktu dia sedang merasakan kekecewaan, ada suara bunyi ding dong, pintu lift terbuka, kali ini dia langsung kelihatan ayahnya dan kakak Ariella yang berjalan keluar dari lift.
“Kakak….”Riella kecil dengan cepat berlari kesana, karena tubuhnya yang kecil dan bersamaan dengan kecepatannya larinya, sejenak pun jatuh ke karpet.
“Riella.” Ariella dengan hanya dua langkah berjalan kemari, dan menggendong Ariella kecil,”Cepat beritahu, mana yang sakit?”
“Aku tidak sakit.” Ariella kecil memegang muka Ariella dan menjawab.
“Lain kali tidak boleh berlari cepat lagi.”Ariella melihat Ariella kecil yang segitu gemesnya, hatinya pun meleleh menjadi sebongkah air.
Dia menggendong Ariella kecil ke dalam pelukannya, tatapan matanya memfokus ke Ariella kecil, bagaimanapun tidak bisa beralih:”Riella kecil, kamu kenapa bisa sebegitu gemesin?”
Ingin membuat Ariella kecil ini menjadi anaknya sendiri, dengan begitu dia bisa setiap hari menemaninya, dan tidak berpisah dengannya.
“Riella sangat cantik dan lucu.” Ariella kecil sangat percaya diri, mungkin percaya dirinya berasal dari sifat Efa, dia pun merasakan dirinya paling cantik dalam dunia ini.
“gong..gong..gong….” mian mian yang berada di sebelah juga mengeluarkan suara, menunjukkan keberadaannya, jangan setelah melihat Ariella kecil, pun melupakannya.
“Mian mian juga sangat lucu.” Ariella mengendong mian mian, mengelus-elus kepalanya,”Bocah kecil, kenapa kamu juga sangat gemesin?”
“Mian mian adalah adiknya Riella, kalau Riella lucu, mian mian juga lucu.” Ariella memuji mian mian, bagi Riella kecil itu sama saja dengan memujinya, dia juga sangat senang.
Ibu dan anak berdua ini setiap bertemu seperti tidak melihatnya dan mengabaikannya, Carlson mengeleng-geleng kepala, berkata:”Riella, cepat membawa kakak Ariella balik kamar, jangan membuat kakak Ariella lapar.”
Riella kecil:”Kakak, kamu duduk bersama Riella ya.”
Ariella:”Ya, kakak paling suka duduk bersama Riella.”
Mian Mian: gong..gong..gong…”
Carlson tetap saja tidak menemukan kesempatan untuk ikut berbicara.
Mungkin restoran Lily ruang 1808, mempunyai kenangan indah mereka berdua.
Carlson masih ingat jelas sewaktu Ariella dengan serius mengajarnya mengupas udang, masih ingat dia diam-diam menciumnya, mukanya yang memerah.
Kenangan yang sudah berlalu, dari awal juga sudah terlupakan.
Tetapi itu bukanlah masalah, Ariella sudah kembali, berada disampingnya dan menemaninya, dia bisa mendengarnya, bisa menyentuhnya, walaupun dalam hati Ariella hanya ada Riella kecil, dia juga sudah puas.