Ariella sama sekali tidak menduga Riella kecil sudah menerimanya sebagai ibunya, dia pun merasa sangat terharu dan puas.
Malam hari, dia dan Carlson menemani Riella kecil tidur, pagi hari begitu membuka mata langsung melihat Riella kecil, mengangkat kepala dan melihat Carlson yang duduk di samping jendela membaca koran, mendengar Riella kecil bangun, Carlson langsung mengangkat kepala dan melihatnya lalu tersenyum.
Beberapa hari ini selalu dilewati seperti ini, kehidupan seperti ini sangat membosankan, tapi membuat orang merasa tenang.
Beberapa hari ini, tanpa sadar bisa teringat banyak hal.
Seperti teringat puspita, teringat saat mereka pergi ke sekolah bersama, dan juga teringat dengan penghianatan Ivander dan Elisa, lalu juga teringat saat dia dan puspita datang ke kota Pasirbumi.
Tapi masalah setelah dia datang ke kota Pasirbumi, terkadang akan muncul sedikit bayangan dibenaknya, yang lainnya dia sudah tidak ingat.
Mungkin alasan dia tidak ingat karena Carlson mengatakan terlalu banyak padanya, semua yang dia katakan padanya sudah bergabung dengan ingatannya, bahkan dia sendiri juga tidak bisa membedakan dengan jelas, sebenarnya mana ingatannya dan mana yang dia dengar dari orang lain?
Mengingat ini, Ariella perlahan mendesah, Carlson tidak ada di rumah, Riella kecil juga tidak ada di rumah, setiap saat seperti ini, adalah saat yang paling membosankan.
Setiap dia merasa bosan, salah satu pilihan adalah duduk di ruang gambar, menggambar dan menggembangkan imajinasinya, membuat karya yang berasal dari dalam hatinya.
Semenjak dia mengetahui dirinya adalah istri Carlson, ibu dari Riella kecil, Ariella pun perlahan mendesign baju untuk mereka sekeluraga.
Carlson mengatakan, mereka tidak pernah mengadakan acara pernikahan, tunggu setelah dia mengingat masa lalunya, atau tunggu saat dia bersedia, mereka akan mengadakan sebuah acara pernikahan.
Walaupun Carlon adalah suaminya, tapi masalah mengadakan acara pernikahan, Ariella tetap ingin menunggu sampai ingatannya kembali baru diadakan.
Acara pernikahan adalah sebuah acara yang saklar dan romantis, dia tidak ingin mengadakan acara pernikahan disaat ingatannya masih belum kembali.
Bagaimanapun juga harus menunggunya teringat masa lalunya dengan Carlson dulu, tunggu setelah dia selesai mendesign baju untuk mereka sekeluarga, baru memikirkan waktu untuk mengadakan acara pernikahan.
Saat Ariella fokus, pengurus rumah Nurmala pun memberitahunya: “Nona, tuan besar datang, ingin kamu menemuinya di ruang tamu.”
“Tuan besar?” Ariella berpikir, lalu bertanya, “Kakek Carlson?”
“Iya, orang tua.” Pengurus rumah dengan hormat menjawab.
Mengenai kakek Carlson, Ariella pernah mendengar Carlson mengungkitnya, tapi dia tidak mengatakannya dengan jelas, 3 tahun lalu saat Carlson pulang dari tugan kerja, kakeknyalah yang memberikan kotak abunya pada Carlson.
Padahal dia masih hidup, kakek Tanjaya dari mana mendapatkan kotak abu itu?
Hal ini benar-benar sangat aneh, hanya saja Ariella masih belum menemukan semua ingatannya, dalam seketika dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Di dalam ingatan Ariella sekarang, sama sekali tidak ada keberadaan orang tua ini, tapi saat mendengarnya mencarinya, dalam hati sangat menolak, tapi, dia adalah orang tua, ingin menemuinya, dia tidak mungkin ada alasan untuk menolak.
Ariella menganggukkan kepala, berkata ada Nurmala: “Aku beres-beres dulu, aku akan segera kesana.”
“Baik.” Setelah mendapatkan perintah, Nurmala pun pergi.
Semenjak Carlson memanggil semua pelayan dan memerintah mereka, sikap semua orang sangat baik pada Ariella, siapapun tidak ada yang berani tidak hormat padanya.
Pengurus rumah Nurmala menganggap Ariella sebagai nyonya di rumah ini, sikapnya pada Ariella tidak ada bedanya dengan sikapnya pada Carlson.
Setelah beres-beres, Ariella pun secepatnya pergi ke ruang tamu, saat masuk dia pun melihat orang tua itu sedang duduk di sofa, sedang berbicara dengan asisten yang berdiri di sampingnya.
Mereka membelakangi pintu, jadi tidak menyadari Ariella sudah datang, Ariella hanya melihat bagian belakang mereka, tidak bisa melihat wajah mereka.
Ariella berdiri di depan pintu, tanpa sadat mencibirkan bibir, setelah menunggu sebenatar, dia baru berjalan ke sana.
Berdiri di samping orang tua dan asisten Dolvin pun mendengar suara langkah kaki Ariella, membalikkan kepala melihat Ariella.
Ariella melihat wajah asisten dengan jelas, dan melihat dengan jelas tatapan asisten Dolvin yang dingin.
Melihat wajah ini, seketika Ariella merasa ada petir yang mengenainya, dibenaknya muncul berbagai ingatan.
Dia, dia, pria ini, wajah ini, 3 tahun lalu dia tidak jarang muncul di mimpinya.
Setiap dia bermimpi, pria ini selalu tersenyum dingin, mengambil jarum suntik yang besar dan menyuntik cairan yang tidak diketahui apa ke dalam tubuhnya.
Melihat wajah yang selalu muncul di benaknya, Ariella hanya merasa dirinya masuk ke dalam mimpi yang sangat mengerikan.
Pusaran hitam yang akan menelannya…
“Jangan, jangan kemari, lepaskanlah aku, lepaskan aku, jangan biarkan aku melihatmu, pergi….” Ariella menutup telinganya dan menjerit, dia sudah melupakan dirinya.
Secara refleks dia pun membalikkan badan dan ingin lari, tapi barusan berlari beberapa langkah, asisten Dolvin langsung menghalangi jalannya.
Dia masih tersenyum, “Nyonya muda, tidak menduga kita akan bertemu lagi.”
“Jangan, jangan sakiti anakku.” Saat ini, Ariella sepertinya kembali ke 3 tahun lalu, dia dikurung di dalam mobil, terus memanggil namun tidak ada yang menghiraukannya, memanggil Carlson, Carlson pun berada di bagian barat yang jauh.
Dia tidak bisa melakukan apapun, hanya bisa melihat pria itu memerintah orang untuk menyuntiknya.
Dia juga mendengar pria ini sedang menelepon kakek Tanjaya…
Setelah itu, dia tidak tahu apapun lagi.
Setelah dia mulai sadar, dia berbaring di ranjang operasi yang mengerikan, dia melihat dokter memotong bagian perutnya, melihat dengan matanya sendiri mereka mengeluarkan Riella kecil dari perutnya.
Dia mendengar suara tangisan bayi, dia sangat ingin menggendong anaknya sendiri, tapi dia tidak bisa mengeluarkan suara, hanya bisa melihat anaknya dibawa pergi, samar-samar dia mendengar mereka mengatakan ibu dari anak ini sudah meninggal.
Saat itu, dia sudah mengerti, tuan besar Tanjaya itu menginginkan nyawanya, dan tidak hanya ingin menyuruhnya meninggalkan Carlson.
Setelah dokter menjahit lukanya, asisten dari tuan besar Tanjaya itu pun menyuntikkan sesuatu padanya, setelah itu dia benar-benar tidak mengetahui apapun lagi.
Setelah dia sadar, dia sudah berbaring di salah satu rumah sakit di Milan, dia bahkan tidak tahu bagaimana dirinya bisa dibawa ketempat itu.
Setelah dia sadar, orang yang menemani di sisinya adalah Zeesha, saat itu Zeesha memeluknya dan menangis keras, terus menegaskan kalau dirinya mati, dia juga tidak bisa hidup lagi.
Saat itu, Ariella sudah melupakan semuanya, semua masalah yang terjadi diberitahukan oleh Zeesha padanya.
Mulai dari saat itu, dia bukanlah Ariella yang sebenarnya lagi, dia berubah menjadi boneka yang dikontrol Zeesha, Zeesha menggunakan cinta yang dia palsukan untuk mengikatnya, dan mengubah semua kehidupan masa lalunya.