Mục lục
NOVEL SUAMIKU TERNYATA SEORANG PRESDIR
Thiết lập
Thiết lập
Kích cỡ :
A-
18px
A+
Màu nền :
  • Màu nền:
  • Font chữ:
  • Chiều cao dòng:
  • Kích Cỡ Chữ:

Bab 187 Apakah Mau Mempertahankan Anak





Carlson sedang dalam perjalanan bisnis. Efa juga bergabung dengan kru film untuk syuting beberapa hari yang lalu. Tubuh mama Carlson tidak baik, dan seketika rumah langsung sepi.





Ariella ingin menjaga ibu Carlson, tetapi perutnya semakin lama semakin berat, ibu Carlson juga memahaminya dan membiarkannya beristirahat.





Ariella juga tidak ingin keluar untuk jalan-jalan di halaman rumahnya. Jika dia bertemu kakek Carlson, itu akan mempengaruhi suasana hatinya. Tetapi sangat membosankan untuk berada terus-terusan dalam kamar, dan tiba-tiba dia memikirkan Puspita.





Dia juga tidak tahu apa yang dilakukan Puspita. Kemarin malam Puspita tidak membalas pesan WeChat yang dikirim olehnya. Lebih baik dia meneleponnya dan bertanya.





Ariella mengambil ponselnya dan menelponnya, tetapi tidak ada yang menjawab, dan dia menelepon yang kedua kalinya, juga tidak ada yang menjawab. Ketiga, keempat kali baru ada yang menjawab.





Suara Gusti muncul dari telepon: “Ariella, ada masalah apa?”





Tiba-tiba mendengar suara Gusti, Ariella menghela nafas, dan langsung berkata: “Gusti, apakah Puspita ada di sana?Aku ingin mengobrol dengannya. ”





“Puspita sedang tidak bisa berbicara sekarang.”Kata Gusti.





Suara Gusti terdengar berat, seolah dia berusaha menyembunyikan sesuatu.





Puspita tidak membalas pesan WeChat tadi malam. Dan hari ini, dia tidak menjawab telepon. Ariella menebak mungkin ada yang terjadi diantara mereka berdua. Dia bertanya: “Gusti, apakah kamu bertengkar dengan Puspita?”





Dulu, mereka juga sering bertengkar, tetapi mereka akan segera berdamai dalam waktu cepat. Puspita adalah orang yang tidak akan mengingat dendam. Gusti juga dikendalikan dengan ketat olehnya. Jika ingin berdamai Puspita tidak susah, dan tidak akan ada pertengkaran yang melewati beberapa hari.





Gusti memandangi dua pria yang sedang berjaga di samping ranjang rumah sakit Puspita. Mereka menggunakan isyarat tangan untuk melakukan sebuah tindakan, yang artinya jika dia tidak mengikuti instruksi mereka, mereka akan mencabut kabel oksigen Puspita.





Kemarin malam, kalimat terakhir Puspita sebelum koma adalah jangan memberi tahu Ariella tentang ini, dia khawatir Ariella akan cemas dan akan berpengaruh terhadap dia dan bayi dalam perutnya.





Tetapi dilihat dari situasi sekarang, Gusti tidak memiliki pilihan kedua. Jika dia tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Ariella, nyawa Puspita akan terancam.





Gusti dengan terpaksa mengatakan yang sebenarnya: “Ketika aku pulang kerja kemarin sore, studio tiba-tiba terbakar dan Puspita …”





“Kenapa dengan Puspita?”Ariella melompat karena cemas dan karena dia melompat terlalu cepat dan perutnya terasa sedikit sakit, tetapi dia terlalu cemas dan tidak menyadari sakit perutnya.





Setelah menunggu cukup lama, Gusti menambahkan: “Puspita terbakar oleh api. Dan sekarang, masih berada dalam unit perawatan intensif, sangat mungkin…”





Dan juga sangat kebetulan, ketika orang-orang itu memaksa dia untuk memanggil Ariella, telepon Ariella kebetulan masuk. Dia ingin menunda sedikit lebih lama tetapi tidak ada cara lain.





“Di rumah sakit mana? Aku akan pergi sekarang.” Meskipun dia berjanji kepada Carlson kalau dia tidak akan keluar rumah beberapa saat ini, tetapi ketika Ariella teringat bahwa Puspita masih terbaring di unit perawatan intensif, bagaimana dia bisa duduk diam di rumah.





“Ariella, kamu tidak perlu datang, Puspita tidak ingin membuatmu khawatir.”Gusti berharap bahwa Ariella dapat memahami isyaratnya, tetapi dia juga tahu jelas temperamen Ariella, dan dia tidak bisa duduk diam jika Puspita ada masalah.





Jika harus menyalahkan maka salahkan saja kebakaran yang datang begitu tiba-tiba, itu terjadi tanpa ada pertanda, dan orang yang lain tidak terluka, tetapi malah Puspita terluka parah oleh itu.





“Gusti, dia terluka begitu parah, jika aku tidak pergi melihatnya, apakah aku masih manusia?”Masih ingat pertama kali ketika dia meninggalkan rumahnya, dia ditemani oleh Puspita dan datang ke Kota Pasirbumi dari Kyoto. Bagaimana mungkin dia tinggal diam pada saat seperti ini?





“Rumah Sakit Rakyat Utama Kota Pasirbumi.”Gusti mengatakan alamatnya dan memandangi dua orang yang berjaga di samping ranjang Puspita.





Salah satu dari mereka berkata: “Jika dari awal bekerja sama baik-baik dengan kami, bukankah tidak akan ada masalah apa-apa, jangan macam-macam, bukankah hasil akhirnya sama.”





Gusti mengepalkan tinjunya, dengan penuh rasa kebencian dan kesedihan, dia yang sekarang hanya bisa berdoa agar Ariella bisa aman-aman saja.





Setelah menutup telepon, Ariella dengan cepat mengganti pakaiannya dan berbalik ke arah pintu keluar, tetapi baru melangkah dua langkah perutnya sakit.





Dia mengigit bibirnya dan sambil menahan rasa sakit berkata, “Bayiku sayang, jangan nakal. Ibu akan pergi menjenguk bibi Puspita. Lebih tenang sedikit ya?”





Bayi di perut tampaknya bisa memahami kata-kata Ariella, dan dia tiba-tiba menjadi lebih tenang, tidak membuatnya sakit lagi.





Kondisi kesehatan ibu Carlson sangat buruk akhir-akhir ini, dan Ariella juga tidak mengganggunya.





Ketika dia turun tangga, dia melihat Kakek Carlson duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Dan dia masih dengan sopan menyapa kakek Carlson: “Kakek, aku ada sedikit urusan harus pergi dulu.”





Kakek Carlson menatap Ariella selama beberapa detik, tersenyum dan berkata dengan ramah, “Hati-hati di jalan, pulanglah lebih awal.”





Senyum Kakek Carlson terlihat sangat damai, seolah-olah dia telah mengenakan topeng diwajahnya, dan topeng tersebut sengaja dibuat terlihat ramah dan sempurna, tetapi itu sebenarnya penuh kepalsuan.





Ariella terpaku dan merasa bahwa senyum kakek Carlson menakutkan, tetapi dia tetap mengangguk dan berkata, “Baik.”





Ariella meminta sopir rumah untuk mengantarnya ke Rumah Sakit Rakyat Utama Kota Pasirbumi.





Ariella tidak tahu bahwa kamar perawatan Puspita sudah dikendalikan oleh orang lain, sampai Gusti memberitahu Ariella tentang situasinya, rumah sakit baru melanjutkan pemberian obat kepada Puspita.





“Nyonya muda, duduklah dengan tenang. Mungkin nanti akan ada sedikit situasi kecil , tapi jangan khawatir, itu tidak akan menyakiti kamu dan bayimu.”Ketika mobil melaju ke jalan utama kota, sopir memandang Ariella melalui kaca spion dan tiba-tiba mengucapkan kalimat seperti itu.





“Apa maksudmu?”Ariella merasa gelisah , tetapi sebelum sempat merespons. Tiba-tiba mobil-mobil di sekitarnya tiba-tiba mengalami tabrak beruntun. Mobil yang ditempati Ariella tidak tertabrak, tetapi dia terjebak di tengah dan tidak bisa keluar.





“Apa yang terjadi?” Ariella tanpa sadar memegang perutnya, baru saja dia selesai bertanya, pintunya dibuka, dan asisten kakek Carlson duduk di sebelahnya.





“Kamu, apa yang kamu inginkan?” Ariella tidak pernah membayangkan bahwa asisten kakek Carlson akan muncul di sini.Dia tiba-tiba seperti mengerti sesuatu, tetapi sudah terlambat, dia jatuh ke dalam perangkap yang sudah dirancang dari awal.





Asisten itu berkata, “Antara bayimu dan kamu hanya bisa memilih satu, siapa yang akan kamu pilih?”





Ariella menggeramkan giginya dan menatap asisten itu dengan perasaan penuh kebencian : “Tidak boleh terjadi sesuatu kepada bayiku, dan juga tidak boleh terjadi sesuatu kepada diriku. Aku akan memilih keduanya.”





“Tuan besar sudah berpesan, hanya bisa memilih satu.” Asisten itu tersenyum dingin dan berkata, “Jika kamu bersikeras melindungi dirimu, maka kami tidak keberatan membuat bayi di perutmu jatuh.”





“Apakah kalian berani!” Ariella menyelinap dan memegang ponselnya dan dia ingin diam-diam menelpon Carlson.





Sekarang hanya Carlson yang bisa menyelamatkan dirinya dan bayinya, dan dia tidak bisa mempercayai orang lain.





Tetapi dia baru saja bergerak sedikit. Asisten itu langsung meraih tangannya dan merebut ponselnya. Dia berkata, “Demi kesempatan ini, Tuan besar sudah menunggu setengah tahun, jika mau menyalahkan, salahkan dirimu yang tidak beruntung.”





Ariella menggeramkan giginya dan memelototi asistennya: “Kalian berani!”





Asisten itu berkata, “Aku beri kamu kesempatan terakhir, apakah lamu ingin melindungi bayimu?”

Danh Sách Chương:

Bạn đang đọc truyện trên website TruyenOnl.COM
BÌNH LUẬN THÀNH VIÊN
BÌNH LUẬN FACEBOOK