“Tuan Xu, ini dikantor kamu, tempat untuk bekerja, sepertinya tidak terlalu baik.” Elisa tetap duduk ditempat dan tidak berencana untuk menuruti kata Tuan Xu.
“Kamu tidak mau datang?” Elisa tidak bergerak, tiba-tiba Tuan Xu berdiri, kaki yang panjang, melangkah maju kesamping Elisa, lalu dengan cepat langsung menariknya kedalam pelukkan.
Tuan Xu lebih tinggi dibandingkan Elisa, alhasil dia harus menunduk menatapnya. Tatapan mata Elisa terlihat sangat bingung, ia tidak menyukainya, ia tidak ingin memulai bahkan bertatap mata dengannya.
Tuan Xu menggunakan tangannya untuk menaikkan kepalanya, arogan dan kasarnya berkata: “Elisa Elisa, Aku harus bersikap bagaimana ke kamu?”
Awal bertemu dengan wanita ini, dia merasa Elisa seperti sebuah vas bunga yang hanya tahu memanfaatkan kecantikkannya untuk memikat orang lain.
Tetapi dia juga merasa orang yang tahu cara memanfaatkan kelebihannya sebenarnya adalah orang yang cerdas.
Elisa adalah orang yang seperti ini, dia tahu jelas kelebihannya apa dan kemudian memanfaatkannya.
Lagipula setelah dia melihat sisi lain Elisa, dikehidupannya yang kesusahan, pasti akan banyak orang lebih memilih mati, dan mengakhiri semuanya.
Tetapi tidak dengan Elisa, dia menjalani kembali hidup dengan baik setelah keluar dari rumah sakit jiwa, lalu ia memulai kehidupan dari awal lagi setelah operasi plastik.
Setelah ia memulai kehidupan baru, Tuan Xu berpikir ia akan balas dendam, tetapi dia malah tidak melakukannya, dia hanya menetap dan menjalani hidup dengan semestinya.
Membuat Tuan Xu seakan melihat sisi lainnya yang baru, Elisa yang berbeda.
Bahkan dia tidak tahu, sejak kapan ia mulai memperhatikan Elisa, setiap gerak gerik Elisa sangat mempengaruhinya.
Dimatanya hanya dia orang satu-satunya, tetapi dimata Elisa sama sekali tidak ada keberadaan dia, bahkan ia tidak sekalipun memperhatikannya.
Tidak hanya beberapa sisi ini, yang semakin membuatnya tertarik, Elisa masih banyak memiliki sisi lain yang selama ini tidak pernah ia lihat.
Banyak hal yang tidak terpikirkan olehnya, tidak dimengerti olehnya, tetapi wanita itu dapat dengan cepat mengertinya.
Maka dari itu, hal yang ia tadinya tidak mengerti dan tidak terpikirkan, setelah diingatkan oleh Elisa dia langsung mengerti.
Jadi ia tidak tahu bagaimana mendeskripsikan wanita ini, tidak tahu juga apakah kehadiran wanita ini adalah keberuntungan baginya, atau bahkan malapetaka baginya?
“Tuan Xu, jangan memasang muka yang penuh dengan kasih sayang seperti itu kepadaku. Kamu harusnya tahu, diduniaku hanya uang yang nyata, selamanya juga tidak akan menjalani hubungan percintaan.” Kata Elisa.
Melewati begitu banyak pengalaman, Elisa sudah melihat dengan sangat jelas.
Jangan lagi berharap seorang pria akan mencintai kita, jangan lagi berharap dari seorang pria akan mendapatkan cinta yang kita inginkan.
Nikmatilah hidup sendiri, cintai diri sendiri, hidup sendiri dengan baik, biarkan saja orang yang merendahkan diri kita berbicara sebagaimana rupa.
“Kalau aku ngomong, aku ingin menjalani hubungan lebih gimana?” Tuan Xu menyipitkan matanya lalu melihat Elisa, dan melihat ekspresi Elisa.
Dia sangat nervous.
Jari tangannya bergemetar.
Bahkan lebih nervous daripada mendengar rencananya untuk memfitnah Carlson gagal, karena ia khawatir ia akan mendengar jawaban yang tidak ingin ia dengar.
“Tuan Xu, tolong lepasin akulah!” Elisa tersenyum dan mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan bercanda, “Aku masih dengan polosnya berpikir kalau kamu hanya mau bermain denganku, bukan jatuh cinta padaku. Lagipula cinta itu seperti narkoba, yang begitu kamu pakai, tidak akan bisa lepas lagi.”
Jadi seumur hidupnya dia tidak akan mencintai pria manapun lagi, tidak akan dengan bodohnya mengorbankan perasaannya lagi.
Karena tidak layak.
Tidak ada siapapun yang pantas mati-matian dikejar olehnya.
“Brengsek, ingin rasanya aku membunuhmu.” Tuan Xu langsung menarik pinggang Elisa yang membuat Elisa menempel dengan erat di badannya.
Tenaga yang digunakan sangat besar, ketika Elisa menempel ditubuhnya, ia sama sekali tidak bisa bergerak.
Ketika mereka menempel menjadi satu seakan seperti satu orang, Elisa bahkan bisa merasakan darah Tuan Xu yang panas.
Kedua tangan Elisa pelan-pelan memegang lembut dari bahu hingga kebagian dada Tuan Xu dengan senyum yang menawan dan menggoda: “Tuan Xu, ngga kelihatan ya kalau kamu suka tipe yang begitu unik, menyukai wanita yang seperti aku.”
“DIAM!” Tuan Xu menyumpel mulutnya agar dia tidak dapat melanjutkkan pembicaraannya.
Setiap kali mendengar Elisa sedang menghina dirinya sendiri, setiap kali melihat dia tertawa paksa, Tuan Wiradinata ingin sekali mematahkan lehernya.
“Tuan Xu, kamu juga tidak mau mendengar kebenarannya.” Elisa tersenyum renyah, dan terlihat bola mata-nya yang bersinar-sinar.
Tidak tahu sejak kapan, ia sudah terbiasa untuk tidak merespon orang dengan lemah lembut lagi untuk membohongi orang, tetapi tidak perduli ia ketemu masalah seperti apapun, ia akan tetap menjalaninya walaupun harus dengan rasa keberatan.
Karena dia tahu, didunia ini selain dirinya sendiri, tak ada lagi orang yang menyayanginya. Dia hanya sendiri, hanya ingin hidup lebih baik, hanya mengandalkan dirinya sendiri, karena tidak lagi bisa mengandalkan orang lain.
“Sialan, aku suruh kamu diam, kamu malah tidak menanggapinya!” Tuan Xu menundukkan kepalanya dan mencium Elisa dengan sangat kasar.
Ciuman dia liar, arogan, dan kasar, seperti ingin menghisap nyawa Elisa.
“Egh……” Elisa mencoba untuk memberontak, tetapi dia dibekap dengan sangat erat tanpa ada sedikit kelonggaran.
Tangan Tuan Xu mulai meraba dari bawah baju Elisa lalu kebagian punggungnya.
Lalu ia sedikit menundukkan kepalanya dan berbisik halus disebelah telinga Elisa: “Elisa, kalau kamu membujukku, aku akan menyayangimu dengan sepenuh hati, dan tidak akan membiarkan orang lain untuk menyakitimu.”
Elisa membasahkan bibirnya, mata yang berkaca-kaca semakin terlihas jelas, tetapi dia tetap berusaha tertawa dengan senyuman menawan, sambil menggeramkan kedua tangannya.
“Elisa, turutlah, aku akan menyayangimu!” Tuan Xu menyium wajahnya terus menerus.
Kemeja Elisa yang berantakan, membuat napsu seseorang semakin meningkat.
Elisa tertawa: “Tuan Xu, aku sudah lembut bagaikan air jernih, apakah kamu masih tidak puas? Jadi aku harus selembut apa agar kamu puas?”
Suaranya yang lembut itu, membuat Tuan Xu langsung mengangkat rok nya, lalu melakukan hubungan cinta dengan paksa seperti dulu.
Setiap kali dia selalu menggunakan seluruh tenaganya, setiap kali dia selalu ingin berhubungan dengannya, setiap kali dia ingin memakannya.
Bahkan kalau tidak ada bekas memar ditubuhnya, ataupun dia tidak menangis memohon, dia tidak akan pernah puas.
Lalu kali ini ia harus menelan rasa kekecewaan, walaupun sekujur tubuh Elisa sudah memar-memar, tetapi dia tetap bersikeras menahan rasa sakit dan tidak bersedia untuk memuji dia.
Elisa mengepal kedua tangannya, kuku tajamnya membuat telapak tangan menjadi terluka, bahkan ia mengigit bibirnya hingga berdarah dan matanya masih terlihat jelas berkaca-kaca, tetapi ia tetap tidak bersedia memuji pria itu.
Apakah dia tidak sakit?
Apakah dia sama sekali tidak bisa merasakan sakit?