Carlson terhenti, dengan tangan kiri yang kosong itu, mengecilkan matanya itu.
Dia merasa marah, bukan marah kepadanya tetapi marah terhadap dirinya sendiri.
Jika waktu itu dia menemani Ariella, maka orang-orang itu tidak akan mencari kesempatan untuk membuat semua ini, dia tidak akan pergi darinya selama tiga tahun, dan bahkan tidak mungkin melupakan dirinya dan anaknya itu.
Riella kecil tidak merasa, telah meninggalkan tangan ayahnya itu, lalu dengan langkah kecilnya itu dia berjalan kearah Ariella, lalu mengandeng tangannya : “Kakak, Riella mengandengmu, biar kamu tidak terjatuh.”
Ariella memegang tangan Riella kecil, sambil mengangguk dia tersenyum.
“Riella, maka kamu temani saja kakak bermain, ayah ada sedikit kesibukan tidak bisa menemani kalian bermain.” Carlson berkata.
Riella kecil ingin lebih dekat kepada Riella besar, tentu saja Riella besar juga sebaliknya, maka dia akan membiarkan anak dan ibu ini berduaan.
Tidak ada dia disisinya, Ariella mungkin tidak akan membuka pikirannya, siapa tahu Riella bisa membuat Ariella mengingat lagi ingatan ini.
“Baik Ayah.” Riella kecil sedikit menggunakan otaknya lalu berkata, “Riella kecil bisa menjaga Riella besar.”
Carlson mengelus kepalnya itu : “Ayah percaya padamu.” Sambil berkata lalu dengan lembut berkata pada Ariella, “Aku ada sedikit urusan, sebentar lagi akan kembali.”
Ariella tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
“Ayah, urus dulu lah pekerjaanmu.” Riella mengandeng tangan Ariella, dengan langkah kakinya yang kecil itu dia berkata, tidak ada ayah yang menemaninya, hatinya tidak terluka sedikit pun.
Ketika Carlson pergi dari mereka, Riella kecil langsung dengan segera memegang rambutnya, dengan wajah bangga dia melihat Ariella : “Kakak, coba lihat rambutku yang diikat ini apakah bagus?”
Rambut Riella yang diikat itu, jika dikatakan lagi tidak begitu bagus, bahkan terlihat berantakan, tetapi Riella begitu lucu, ini membuat dia terlihat lebih gesit.
Tetapi tetap saja tidak bisa menghancurkan kepercayaan anak ini, Ariella menganggukkan kepalanya dengan lembut berkata : “Sungguh cantik.”
Mendengar orang lain memuji ini, Riella dengan sombong berkata : “Ayahlah yang mengikat rambut ini.”
Ariella terkejut… Dia tidak bisa membayangkan, Carlson lelaki seperti ini, bagaimana mungkin bisa menyisir rambut anak kecil?
Memutar otaknya lalu membayangkan Carlson mengikat rambut ini… Ariella merasa begitu sempurna, tidak bisa menahan ini, juga terlihat begitu hangat dan manis.
Istrnya pasti akan sangat bahagia bukan? Memiliki seorang suami yang begitu penyayang.
Jika dibayangkan, Ariella tidak tahan untuk tertawa dan sedikit cemburu, tetapi hanya sekedar cemburu saja.
Melihat Ariella yang tersenyum dengan cantik, Riella tidak bisa menahan untuk menempel pada paha Ariella, lalu dengan mata yang besar itu dia berkedip : “Kakak, bahagiakah?”
Kata yang tidak jelas, tetapi terlihat lembut, dilengkapi dengan kedua bola mata itu, membuat orang ingin memeluknya. Jangannya untuk mengikatkan rambutnya, anak yang begitu lucu itu, jika diberikan dunia ini dia pantas menerimanya.
Ariella tidak tahan untuk mencubit pipi anak itu : “Tentu senang.”
“Ayah juga senang!” Riella berkata.
“Ah? Ariella tidak mengerti.”
“Ayah bahagia!” Riella lalu berkata sekali lagi : “Hari ini bahagia.”
“Oh?” Ariella mengedipkan matanya : “Dulu tidak bahagia?”
“Dulu, dulu… Ayah merindukan ibu. Hari ini ada Riella besar, ayah bahagia!”
“…”
Perkataan anak kecil, jika ingin berkata langsung berkata.
Tetapi membuat Ariella merasa ada yang tidak beres… Dia dan Carlson hanya kebetulan saja, tidak mungkin karena ada alasan lain bukan? Hanya anak kecil saja yang sembarangan berkata.
“Dimana ibumu?”
Tetapi, Ariella tidak tahan untuk bertanya.
“Ibu telah terbang keatas~” Riella membuka kedua tangannya, lalu mengayunkan tangannya seperti burung, “Ayah dan Riella sedang menunggu dia pulang.”
Perkataan Riella begitu lucu, membuat Ariella yang mendengar ini merasa sangat tidak nyaman.
Dia mengelus kepala Riella : “Riella kecil, siapa yang memberitahu kamu jika mama telah terbang keatas?”
“Bibilah yang memberitahu Riella.” Riella mengedipkan matanya, lalu menunjuk keatas, “Bibi berkata, mama dengan tidak sengaja terbang keatas, tunggu Riella tumbuh dengan besar, lalu mama akan kembali.”
Ariella berlutut didepan Riella kecil, lalu memberikan sedikit cubitan diwajahnya itu dengan lembut dia berkata : “Riella kecil, apakah Riella boleh memelukmu lagi?”
Riella kecil membuka kedua tangannya lalu berada didalam pelukan Ariella : “Riella besar bebas memeluk, Riella kecil tidak akan meminta uang.”
Ariella memeluk Riella kedalam pelukannya, dengan erat memeluknya, tidak tahu mengapa, ketika mendengar Riella menyembut ibunya itu, hatinya sedikit merasakan kesedihan.
Riella kecil menunjuk ruangan kecil disana dengan senang dia berkata : “Kakak, itu adalah taman bermain Riella dan adik.”
“Jadi Riella ingin mengajak Riella besar ke tempat bermainmu?”
“Benar.”
Ariella sambil mengendong Riella kecil berjalan kearah taman bermain.
“Kakak masuklah.” Riella dengan ramah mempersilahkan Ariella masuk, seperti tuan kecil yang mempersilahkan Ariella masuk.
Dia bukannya tidak pernah bertemu dengan orang asing, tetapi dia tidak begitu ramah dengan semua orang asing, dan tidak mungkin dengan gampang menceritakan semua hal pada orang lain, terlebih lagi tidak mungkin mengizinkan orang lain masuk ke taman bermainnya.
Dia dengan ramah mempersilahkan Ariella masuk, bukan hanya karena dia telah menyelamatkan adiknya, tetapi karena dia sungguh menyukai Riella besar.
Taman kecil Riella ini, semua didesign serba kecil, setiap ukuran kamar dibuat menjadi kecil.
Ada dapur, ada kamar, ada ruang tamu, ini membantu Riella agar lebih bisa mandiri lagi.
Setiap ukuran disini sangat unik, seperti ada seseorang dengan segenap hatinya melakukan ini.
Riella menarik tangan Ariella lalu memperkenalkan semua ini, dengan mata besar yang berkedip itu dia bertanya : “Kakak, apakah kamu menyukai ini?”
Ariella menganggukkan kepalanya : “Menyukai. Sungguh menyukai ini.”
Riella kecil lalu berkata : “Semua ini ayahlah yang melakukan ini.”
Mendengar suara Riella yang lembut itu, seketika membuat hati Ariella sedih. Melihat tatapan Riella yang begitu lembut.
Ayah Riella ini sungguh menyayangi dia, Riella juga lucu dan sangat mengerti perasaan orang lain, tetapi kasih sayang didunia ini, tidak ada yang bisa mengantikan kasih sayang seorang ibu.
“Kakak…” Riella sedikit menarik ujung bajunya, ingin menunjukkan sesuatu kepada Ariella.
“Riella, apakah kakak boleh menciummu?” Ariella bertanya.
Ariella sudah dari tadi ingin memberikan kecupan diwajahnya itu, setelah dia berpikir lama, hatinya terdorong untuk berkata seperti itu.
Siapa sangka baru saja perkataan dia dilontarkan, Riella kecil datang dan memberikan sebuah kecupan : “Riella yang mencium kakak.”
Seketika diberikan kecupan oleh bibir kecil itu, dan air liur dibibir itu tertinggal diwajah dia, membuat hati Ariella melembut juga mencair…
Lalu dia memegang wajah kecil itu, dengan hati-hati dia memberikan kecupan diwajah Riella, lalu memeluknya kedalam pelukan.