“Benar! Ini merupakan cara diriku menyanyangi seseorang.” Kakek Darmawan mengatakannya secara langsung,”aku hanya ingin menyuruhnya menikahimu, menyuhnya melahirkan keturunan untukmu, membuat dia menjadi perempuan paling berharga didunia ini??..aku berbuat seperti ini, Apakah ada yang salah?”
“Perkataanmu ini hanyalah untuk sekedar memuaskan keinginanmu.” Miguel berkata dengan dingin,”kamu dari awal tidak pernah menggantikan apa yang dia pikirkan, apa yang dia inginkan? Kehidupan seperti apa, baru bisa membuat dia merasa bahagia?”
“Miguel, apa yang kamu mengerti?” Kakek Darmawan berkata dengan marah,”jangan mengira karena kamu adalah seorang presiden, maka kamu mengerti semua hal. Aku beritahukan kepada mu, pada saat kakek mu dan yang lainnya berjuang di gunung Svanaburcha, kamu yang masih kecil tidak tahu berada dimana.”
Miguel, tersenyum dingin:”karena kamu sudah membahas hal ini, maka aku akan berbicara terus terang kepadamu, aku harus menyelamatkan Vanessa, aku tidak bisa membiarkan terjadi sesuatu dengannya.”
“Kamu tidak akan membiarkan dirinya terjadi sesuatu?” Apakah kamu berani menukarkan posisi presidenmu dengan hal ini?” Kakek Darmawan berkata dingin,”Miguel apakah kamu berani?”
“Kakek, dunia luar yang kamu ketahui dahulu sudah berganti sejak lama.” Miguel mengatakan suatu kebenaran dengan tenang,”sekarang akulah pemimpin dari negara ini, jika satu orang saja aku tidak bisa menyelamatkannya, maka aku sebagai presiden tidak ada gunanya lagi.”
Terlebih lagi kakek Darmawan adalah keluarga satu-satunya Vanessa, Miguel tidak ingin beradu pendapat lagi dengannya, bersedia untuk mundur selangkah, tetapi orang yang dihadapannya tidak berniat untuk mundur, dia begitu memaksanya untuk melakukannya, maka dari itu janganlah menyalahkan di ajika dia melakukannya tanpa perasaan.
Kakek Darmawan tersenyum dingin:”negara ini dipimpin oleh dirimu? Lalu kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan, tidak memperdulikan orang yang lain?”
“Sebelum aku datang kesini, aku sudah menyuruh orang untuk menelusuri semua kejahatan yang kamu lakukan dan aku juga sudah memiliki buktinya.” Miguel mengangkat tangannya dan melihat waktunya, kembali berkata,”hanya dengan aku mengatakannya, semua informasi tentang dia bisa diketahui oleh semua orang, takutnya bisa merusak nama baik keluarga Shentul. Anda, kamu pikirkanlah baik-baik, sebenarnya lebih penting nama baik keluarga Shentul yang sudah dijaga selama bertahun-tahun atau orang lain yang lebih penting?”
“Apakah kamu sedang mengancam aku?” kakek Darmawan merasa sangat marah, tatapan matanya begitu tajam,”Miguel, perkataan tidak enak aku akan mengatakannya dihadapanmu, jika kamu tidak menikahi Vanessa, maka aku akan menyuruh dia untuk mati.”
“Mengapa anda begitu keras kepala? Jika anda menyayangi dia, maka anda akan menyuruh dia berasa dengan orang yang dia sukai dan melewati kehidupan yang dia inginkan, apakah tidak bagus?” Miguel sedikit mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh kakek Darmawan, tetapi dia juga tidak mengira jika dia akan begitu keras kepala, sama sekali tidak mendengarkan pendapat orang lain.
“Orang yang disukainya? Cinta? kakek Darmawan tersenyum dingin,”Miguel, kamu sebagai seorang presiden, apakah kamu benar-benar mengira jika didunia ini masih memiliki cinta sejati?”
“Apakah tidak ada?” Miguel kembali bertanya.
Dia bukan seseorang yang polos, tetapi ada orang yang memberitahukan kenyataan kepadanya, didunia ini benar-benar ada cinta yang tidak bisa dilepaskan dan ditinggalkan.
Kedua orang tua Oriella, bukankah bisa menjadi contoh yang sangat baik?
Kedua orang itu, saling mengerti, saling memperdulikan satu sama lain, hanya dengan satu tatapan saja membuat pasangannya sudah mengerti apa yang sedang dia pikirkan.
Karena keadaan yang begitu hangat ini, membuat Miguel mempercayai cinta.
kakek Darmawan menatap Miguel:”bisa mendengar kata-kata seperti ini dari orang yang bahkan tega membunuh kakaknya sendiri, benar-benar membuatku merasa terkejut.”
Miguel tidak menjawabnya, sejak awal dia tidak pernah mengatakan jika dia merupakan orang yang memiliki hati yang lembut, menghadapi musuh, dia tidak akan pernah merasa sungkan.
Kakak?
Miguel tidak pernah menggangap orang yang selalu membuat perhitungan dengannya, dan membuat dia sedikit lagi kehilangan nyawanya sebagai kakaknya.
Mereka menyakiti dia, mengiginkan nyawanya, pada saat dia mendapatkan kesempatan untuk membalasnya, jika tidak menggunakan kesempatan itu untuk melenyapkan mereka, apakah masih akan memberikan mereka kesempatan untuk kembali menyakiti dia?
“Bagaimanapun, aku juga tidak bisa hidup lebih lama lagi, aku tidak ingin Vanessa sendirian didunia ini. Suatu hari dia akan mengerti, jika cinta sama sekali bukanlah apa-apa, kekayaan dan kekuasaan barulah suatu hal yang bisa membuat dia hidup lebih baik.” kakek Darmawan tiba-tiba berkata.
Meskipun semua orang mengatakan jika dia sedang bermimpi, dan juga merupakan keegoisannya belaka, tetapi semua yang dilakukannya adalah untuk kebaikan cucu perempuan yang sangat dia sayangi.
Vanessa adalah darah bagi keluarga Shentul, merupakan cucu yang paling dia sayangi.
Pada saat anak dan menantunya mengalami kecelakaan dan meninggal, dirinya lah yang membesarkan dia, kasih sayang dia kepadanya masih jauh lebih dalam dibanding kasih sayangnya kepada putranya yang lain, dia bisa menggunakan nyawa orang lain untuk menyempurnakan kebahagiaan Vanessa.
“Melihat kakek yang sudah membuat keputusan seperti ini, maka kita tidak perlu untuk meneruskan berdiskusi.” Miguel melihat kearah kakek Darmawan mengganggukkan kepala,”sudah hilang.”
Pada saat dia membalikkan kepalanya, melihat Vanessa yang sedari tadi mereka bicarakan berdiri dibelakang tubuh mereka, dirinya mengalirkan air mata menatap kakek Darmawan.
Miguel merasa terkejut:”Vanessa, kamu??..”
kakek Darmawan juga membalikkan kepalanya, melihat Vanessa yang berada dihadapannya, raut wajahnya berubah menjadi tidak enak dilihat:”Vanessa, sejak kapan kamu datang?”
“Kakek??.” Vanessa mengepalkan tangannya, membuka mulutnya dan kembali menutup mulutnya, dan kembali membukanya, begitu lama hingga terdengar suaranya yang menanyakan sesuatu,”Apakah benar adalah kakek?”
“Vanessa, kamu sedang bicara apa, kakek tidak mengerti.” kakek Darmawan menampilkan ekspresi tidak bersalah karena kemungkinan Vanessa tidak mendengarkan percakapan mereka sama sekali.
“Kakek, apakah benar kamu yang membunuh anakku?” dia berpura-pura tidak tahu, maka Vanessa akan bertanya dengan jelas.
Vanessa bertanya sangat ringan, nada bicaranya masih sangat lembut seperti biasanya, seperti tidak sedang terjadi apa-apa.
Jika tidak melihat wajahnya yang penuh dengan air mata, dari nada bicaranya tidak akan bisa terdengar jika dia sedang menanyakan pertanyaan yang sangat serius.
Karena hal yang dia perbuat sudah diketahui, kakek Darmawan mengehmbuskan nafas dalam, berkata:”kakek berbuat seperti ini untuk kebaikan kamu.”
“Melakukan hal seperti ini untuk kebaikan aku? Membunuh jabang bayiku untuk kebaikanku? Membunuh anak dari aku dan orang yang aku suka demi kebaikanku? Hahahaha????” Vanessa tertawa seperti orang gila,”kakek setiap hari mengatakan semua demi kebaikan aku, demi kebaikan aku???? tapi apakah kakek pernah benar-benar memikirkan aku?”
“Vanessa, jangan membuat keributan! Kamu pulanglah terlebih dahulu, disini tidak ada bagianmu berbicara.” kakek Darmawan menggunakan nada bicaranya memerintah sama seperti pada saat dia sedang berada dikediamannya.
“Kakek, aku akan menanyakan terakhir kali kepada kakek, apakah kakek pernah benar-benar setulus hati memikirkan aku? Bahkan jika hanya satu detik saja itu sudah cukup bagiku.” Vanessa mengigit erat bibirnya, menunggu jawaban dari kakeknya.
kakek Darmawan tidak berbicara sama sekali.
Kakeknya yang terdiam, sama seperti terdapat sebuah palu yang memukul erat dirinya, benar-benar menghancurkan hati lembut Vanessa.
“Kakek, terima kasih karena kakek sudah merawatku selama beberapa tahun.” Dia membuka mulutnya, menampilkan senyuman yang sangat indah.
kakek Darmawan”????”
kakek Darmawan masih belum mengatakan sesuatu, Vanessa sudah terlebih dahulu menabrakan dirinya kepada dinding.
Gerakan dia sangatlah cepat, sangat cepat hingga pada saat Miguel menyadarinya, dia sudah menabrakan dirinya kepada dinding, darah segar mengalir dari atas kepalanya, seperti bunga poppy yang sedang bermekaran.